Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 5: 'Perginya cinta yang baru dimulai'


BITTERSWEET

Chang Min membuka lokernya perlahan, mengambil baju putih dan sabuk hitam. Di sampingnya berdiri Zhoumi yang sedang melakukan hal yang sama. Mereka akan melakukan latihan karate, karena sebentar lagi akan ada lomba karate antar mahasiswa. Keduanya kini tengah berganti pakaian.

"Chang Min-ah, pasti kau tahu kalau Seo Hyun tadi malam pergi kencan?" tanpa menunggu jawaban dari Chang Min, Zhoumi melanjutkan perkataannya."Jung Soo melakukan hal yang sangat romantis, dengan menyewa kafe dan memainkan alat musik, bernyanyi, membagikan mawar merah. Dan yang paling manis saat dia memberikan mawar terakhir pada Seo Hyun, mengecup tangannya lalu berpelukan!" hati Chang Min terasa sakit mendengarnya, sebenarnya dia sangat tidak ingin memiliki perasaan yang menyiksa batinnya ini.

Berulang kali ia menepis perasaan cintanya pada Seo Hyun, tapi itu sulit baginya. Entah harus menanggapi seperti apa? Zhoumi menceritakannya dengan detail, membuat Chang Min berpikir bahwa itu adalah adiknya. Tidak mungkin dia bisa bersamanya.

"Benarkah?" kata yang keluar pertama dari mulut Chang Min mendapat anggukan cepat dari Zhoumi. "Seo Hyun tidak menceritakannya padaku, dia hanya memberikanku t-shirt." disaat kencan pun Seo Hyun ingat padanya, dan Chang Min sempat protes pada Seo Hyun kenapa harus t-shirt berwarna pink?

Dia juga sempat berpikir untuk memberikan t-shirt itu pada Dong Hae yang memang sangat menyukai warna pink melebihinya, tapi dia urung melakukannya karena itu pemberian dari Seo Hyun. Adiknya, iya hanya seoarang adik.

"Apa? bahkan dia mengingatmu ketika bersama kekasihnya!" kaget Zhoumi. "Gara-gara hal itu, aku jadi terlihat tak romantis di depannya." sesal Zhoumi, entah siapa yang dia maksud.

Yang jelas dia harus seorang wanita yang Zhoumi sukai. Berulang kali Chang Min tanya siapa dia? Zhoumi menolak untuk menjawabnya, dia belum siap jika hubungannya diketahui banyak orang. Itulah, permintaan wanitanya tadi malam di kafe yang sama dengan tempat kencan Seo Hyun dan Jung Soo.

***

Ju Yeon terus saja memandang aneh kearah Seo Hyun, sepertinya ia ingin menanyakan sesuatu tapi ragu untuk mengatakannya. Seo Hyun merasa risih dipandang sahabatnya seperti itu. Sedang Ji Hyun menyelidik, matanya menatap tingkah Ju Yeon yang mencurigakan.

Kehadiran ketiga lelaki yang biasa bergabung dengan mereka pun diacuhkan. Henry tak tahan dengan ketiga tingkah wanita yang telah ia anggap sahabat sejak dus tahun lalu.

"Hmm, Ju Yeon, Seo Hyun, Ji Hyun kenapa kalian saling menatap seperti itu?" ucap Henry memandangi wajah ketiganya dengan polos, Ryeo Wook dan Si Won yang berada disitu pun ikut penasaran.

Ji Hyun menghela napas sejenak setelah melepas topangan tangan pada dagunya. "Ju Yeon, aku curiga padamu!" tudingnya membuat Ju Yeon melongo ke arah Ji Hyun. "Dari tadi kau menatap Seo Hyun, seperti mangsa!Jangan membuatku takut!" Ju Yeon mulai salah tingkah dan hal itu dimanfaatkan Seo Hyun untuk menyudutkan Ju Yeon.

"Ju Yeon-ah! Apa yang sedang kau pikirkan tentangku?! Cepat katakan!" kini Ju Yeon memandang Seo Hyun memasang senyum yang terlihat dipaksakan, dia mengelak bahwa tidak ada apa-apa. "Jangan bohong! Akh, apakah kau menyukaiku?!" kaget Seo Hyun membuat yang lain terkejut pula.

"Mana mungkin." geleng Ryeo Wook, bersamaan dengan Si Won dan Henry.

"ANIYO (TIDAK)! Aku sudah memiliki namjachingu (boyfriend)?! Jadi tidak mungkin menyukai Seo Hyun, jangan berpikir bahwa aku penyuka sesama jenis." Ju Yeon segera menutup mulutnya, dan teman-temannya langsung memasang wajah menyelidik.

Bukankah ia baru saja keceplosan soal memiliki kekasih. Pada akhirnya Juyeon sendiri yang mengingkari keinginannya untuk tidak memberitahukan hubungannya dengan Zhoumi. Ia bahkan berbicara tentang kencan pertamanya yang kalah romantis dengan Seo Hyun, bahkan Zhoumi tak memberinya bunga. Jung Soo pun melewatinya, karena bunga sudah tersisa satu, dan itu pun untuk Seo Hyun.

***

Seperti olimpiade di tahun-tahun sebelumnya Seo Hyun memenangkan olimpiade tahun ini, ia dijuluki ratu penghitung. Tapi sampai sekarang dia belum mengetahui apa yang ia ingin capai? Keahliannya hanya bisa merangkai bunga, pikirnya.

"Selamat Lee Seo Hyun!"

Untuk kesekian kalinya kata selamat terdengar, Seo Hyun sangat senang karena orang-orang disekelilingnya membuat kejutan party atas kemenangannya dalam olimpiade matematika. Jung Soo yang berinisiatif merayakan hal ini, dia sudah cukup dekat dengan keluarga Lee. Apalagi ia tahu kalau ayah Seo Hyun adalah teman ayahnya yang pernah memberikan modal usaha dulu.

"Hmm temanku sudah dewasa, sudah bisa memilih lelaki yang baik seperti Jung Soo Oppa." goda Ji Hyun membuat Seo Hyun malu, di sisi lain Chang Min menggerutu meminum soju dengan sekali teguk.

So Min menyadarinya, ia terus bertanya kapan Chang Min bisa melupakan Seo Hyun karena tidak mungkin seorang kakak dapat bersama dengan adik sedarah. Kecuali jika kenyataan berubah, ucap So Min dalam hati tanpa ada jawaban. Tentu saja dia tahu perihal Chang Min yang menyukai Seo Hyun.

"Zhoumi Hyung! Suaramu jelek! Biar aku saja yang menyanyi." teriak Ryeo Wook mengambil paksa mic di tangan Zhoumi yang sedang berduet dengan Ju Yeon.

Pesta yang diadakan di tempat karoke menjadi ajang penyaluran bakat dalam suara, sebelumnya Jong Woon dan Jung Soo yang berduet menyanyikan lagu berjudul 'Dolls'. Eun Hyuk dan Dong Hae bernyanyi sambil memperlihatkan dance duo mereka. Semuanya ikut bernyanyi, kecuali Chang Min. Malam manis diatas kepahitan kenyataan yang sedang dirasakannya, begitu membuat dada sesak. Aku mohon hentikan perasaan aneh ini,

"Tak bisakah kenyataan berubah?" Tanya Chang Min pada dirinya sendiri, suaranya hanya dapat terdengar olehnya.

Pandangan matanya sayu melihat ke arah Seo Hyun yang sedang bernyanyi dengan Jung Soo.

***

Seo Hyun berdiri di depan cermin, menatap dirinya yang mengenakan gaun putih selutut yang sempat ia lihat dibutik ketika kencan pertamanya dengan Jung Soo. Ternyata yang Jung Soo berikan malam kemarin adalah gaun tersebut. Ia kira Jung Soo tak jadi membelikannya. Dan tampaknya ia sangat senang dengan gaun putih itu. Sampai kakaknya datang-pun ia tak tahu.

"Kau cantik." ucap mengejutkan Chang Min diambang pintu kamar Seo Hyun, ia mendekati Seo Hyun dan berdiri di sampingnya.

"Benarkah?! Gaun ini yang terlalu cantik." elak Seo Hyun.

"Oppa baru melihat gaun ini, kau baru membelinya?" penasaran Chang Min tersenyum melihat adiknya yang terlihat senang.

"Gaun ini dari Jung Soo Oppa!" seru Seo Hyun masih dengan ekspresi senangnya, sedang Chang Min seketika merubah ekpresi senangnya dengan kekecewaan yang tak kentara.

Bisakah kenyataan ini berubah tanpa harus menyisakan perih. Di saat seperti ini Chang Min masih mencoba tersenyum mengatur perasaannya yang sangat sulit untuk dikendalikan. Jika ia bisa memilih, ia tak mau memiliki perasaan cinta begitu dalam terhadap adiknya. Itu pun jika ia bisa.

Seo Hyun sadar akan ekspresi senyum kekecewaan yang Chang Min buat, dia sendiri memikirkan hal yang sama. Dia merasa sudah menjadi wanita yang jahat, karena telah masuk dalam hidup penuh kebohongan. Bagaimana bisa kenyataan begitu pahit, menorehkan luka hati yang mengetahui bahwa cinta pertamanya tak dapat tergapai.

Bisakah kenyataan berubah? Batin keduanya bergulat dengan pikiran-pikiran tak logis.

***

Suasana taman gaedon sejuk seperti biasanya, membuat ketenangan dalam diri Seo Hyun. Ia melangkah tanpa ditemani kakak yang selalu disampingnya. Rasanya memang berbeda, tapi dia harus mulai membiasakannya. Tanpa ia sadari ada yang mengikutinya dari belakang. Lelaki itu berjalan perlahan, meminta agar para pekerja jangan menyapanya. Jika itu terjadi dia akan ketahuan oleh Seo Hyun.

"Selamat pagi Nona Seo Hyun!" sapa pekerja kakek paruh baya membuat lelaki yang sedang mengikuti Seo Hyun lega karena kakek itu tidak menyapanya. "Pagi Tuan Muda!" sontak lelaki yang mengikuti Seo Hyun menghela napas lalu membalikkan badan.

Seo Hyun menyadarinya, ia berbalik dan melihat punggung yang sangat ia kenal.

"Dong Hae Oppa!"

Dong Hae menggerutu pada kakek tersebut yang telah membuatnya gagal untuk mengagetkan Seo Hyun. Kakek itu hanya melengos tak mengerti, sedang Seo Hyun tersenyum melihat tingkah kakaknya.

Kini ia memiliki teman berjalan di taman yang menjadi tempat melepas penatnya, menghirup wangi bunga yang bermekaran cukup membuatnya tenang. Apalagi jika bunga itu adalah bunga lily, yang ia suka sejak ia tahu bahwa ibunya sangat menyukai bunga tersebut.

Tapi sebenarnya hal tersebut tak mampu membuatnya melupakan masalah yang menyakiti hatinya. Sesekali dia menghela napas berat, lalu membuangnya dengan keras. Membuat Dong Hae penasaran kenapa adiknya itu melakukan hal itu berulang kali setelah menghirup bunga lily.

"Sebenarnya apa yang kau pikirkan? Sampai menghela seperti itu!?" dengan wajah polos nan tenang Dong Hae memegangi satu per-satu bunga lily, menunggu adiknya merespon pertanyaannya.

Dia tahu betul suasana hati Seo Hyun yang baik atau-pun buruk sama saja, ia akan mengunjungi pekarangan bunga lily menghirup harumnya dan berharap dapat mengurangi beban pikirannya.

"Apakah Oppa bisa dipercaya? Jika iya, aku akan menceritakannya." kata Seo Hyun sebagai penawaran, Dong Hae kini memandangnya serius dia terpaku pada dua benda yang Seo Hyun pakai.

Gaun putih dan kalung berbandul kunci yang cocok dengan imagenya, terlihat cantik sampai Dong Hae terpikat. Tapi malaikat cintanya berhasil membuat Dong Hae agar tak terjerat jauh dalam cinta antar saudara seperti Chang Min.

"Ceritakanlah agar kau menjadi lebih baik, aku akan membantumu dan tidak akan menjadi Eun Hyuk hyung yang selalu tak dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia. Tidak akan pernah!" Dong Hae menggelengkan kepala diakhir kalimat, mengundang tawa dari Seo Hyun.

Dia berpikir akan menceritakan semuanya pada Dong Hae, apa pun yang terjadi. Tentu saja agar bebannya berkurang...

***

Jung Soo berlari ke arah Seo Hyun, sepertinya ia membawa kabar gembira. Dari kejauhan Seo Hyun sudah melambaikan tangan. Setelah ia menceritakannya pada Dong Hae, perasaannya merasa lebih baik. Ia bertekad untuk mulai mencintai Jung Soo, dan mengikis nama Chang Min dihatinya.

"Sepertinya kau bahagia sekali, ada apa?" Tanya Seo Hyun setelah Jung Soo duduk di sampingnya, mereka sedang berada di taman kampus tepatnya dibawah pohon rindang.

Setelah Jung Soo mengatur napasnya, ia mulai menjawabnya tapi raut kesedihan kini terpampang jelas diwajah putih berlesung pipinya. Bagaimana tidak? Dia harus meninggalkan kekasihnya dalam waktu yang cukup lama, ia takut jika Seo Hyun akan berubah selepas ia kembali.

"Waeyo (Kenapa)...?" tuntut Seo Hyun, ketika melihat ekspresi sedih Jung Soo membuat firasat buruk muncul begitu saja.

Dia berharap itu bukan karena Jung Soo tahu kalau sebenarnya dia menyukai Chang Min, tidak mungkin. Batinnya. Ketika mengingat ucapan Dong Hae bahwa ia tak akan menceritakan rahasianya.

"Jika aku menghilang darimu untuk beberapa saat, kau tidak akan merubah perasaanmu padaku-kan? Dan kau akan menungguku sampai kembali, bukan? Ayolah, katakan bahwa kau tidak akan melakukannya, dan akan setia padaku!" kini giliran Jung Soo yang menuntut, bukankah ini akan lebih menyakiti hatinya jika terlalu berharap.

Seo Hyun mulai gugup, ia tak tahu harus menjawab apa? Andai saja ada Dong Hae dia pasti bisa bertanya akan pertanyaan Jung Soo, tapi kenyataannya tidak ada.

"Hmm..." tak tahu kata apa yang harus Seo Hyun ucapkan selanjutnya. Jung Soo masih setia menunggu. "Apa maksud Oppa! Tentu aku akan menunggumu!" tawa Seo Hyun membuat Jung Soo sedikit lebih lega, tapi ia masih menuntut jawaban untuk pertanyaan lainnya.

Seakan mengetahui apa yang sedang dipikirkan Jung Soo, Seo Hyun melanjutkan. "Mungkin perasaanku akan berubah jika Oppa terlalu lama meninggalkanku, maka dari itu kata 'setia' adalah sebuah janji yang sederhana. Memangnya Oppa mau pergi kemana? Berapa lama?" Tanya antusias Seo Hyun, berharap jawabannya adalah Jung Soo tidak akan pergi kemana-mana sehingga ia dapat benar-benar mengikis nama Chang Min dihatinya dengan mulai mencintai Jung Soo.

"Baiklah, karena ini adalah impianku dan cita-citaku jadi aku harus senang!Tapi karena ini adalah sebuah perpisahan aku menjadi sedih, apalagi aku hanya baru memiliki momen sedikit denganmu." Seo Hyun mengeryitkan dahinya heran. "Aku akan pergi ke Seoul untuk menjalani trainee, dan debut dibawah management Star House selama kurang lebih dua tahun." seketika Seo Hyun menatap Jung Soo sedih, karena apa yang ia khawatirkan benar-benar terjadi.

Tanpa merespon Seo Hyun kembali memandang lurus, matanya menahan air mata yang memberontak untuk keluar. Andai saja ia memiliki bendungan lebih kuat, pasti air matanya tidak akan mudah menetes. Bagaimana bisa Jung Soo meninggalkannya begitu lama, sedang dia baru ingin memulainya. Jung Soo melihat air mata Seo Hyun jatuh membasahi pipi, lalu ia segera berlutut dihadapan Seo Hyun. Menghapus air mata Seo Hyun dengan kedua ibu jarinya.

"Bagaimana ini? Aku telah membuat seorang wanita menangis! Uljima (Jangan menangis)." tapi tangis Seo Hyun malah semakin keras, bahkan menyita orang-orang yang sedang berlalu lalang ditaman.

Sepertinya ia merasa sangat bersalah telah membohongi Jung Soo, dan kini ia harus benar-benar setia menunggu Jung Soo. Yang ia khawatirkan adalah, apa dia bisa melakukannya? Kecuali jika kenyataan pahit berkata lain. Jung Soo semakin panik, ia memeluk Seo Hyun untuk menenangkannya. Kehangatan, kenyamanan, dan keamanan yang Seo Hyun rasakan. Jung Soo Oppa, apa yang harus aku lakukan sekarang?

***

Ju Yeon mengejar kakaknya yang sangat keras kepala, berulang kali dia meminta Oppanya itu untuk tidak mengaturnya lagi karena ia merasa sudah besar untuk memilih apa yang ia inginkan. Apalagi ini masalah hati.Hee Chul memasuki rumah, hendak masuk kamarnya. Tapi suara Ju Yeon berhasil mengurungkan niatnya,

"OPPA! Kau tidak mengerti perasaanku, kau hanya memikirkan pamormu sebagai orang ternama di kampus!" sebenarnya Ju Yeon tak berani berbicara seperti itu pada kakaknya, tapi karena ini menyangkut hidupnya ia memberanikan diri untuk menentang keinginan kakaknya.

"Kau sudah berani mengeraskan suaramu pada Oppa!!?" Hee Chul tak biasanya semarah itu pada adiknya, Ju Yeon mulai menangis.

"Kenapa? Apa hanya Oppa yang bisa berteriak! Aku juga bisa! Pokoknya aku akan terus bersama Zhoumi Oppa, aku tidak mau dengan Ryeo Wook! Dia hanya sahabatku! Jangan pernah mengurusi urusanku lagi! Pergilah jika kau mau pergi!" bentak Ju Yeon, mendapatkan tamparan keras dari Hee Chul.

Ju Yeon memegang pipinya yang sekarang sudah terlihat memerah akibat tamparan dari Hee Chul. Air matanya semakin deras, setelah menatap Hee Chul, Ju Yeon berlari menuju kamarnya lalu menutup pintu dengan keras. Hee Chul menuju kamar Ju Yeon, ia tahu pasti adiknya tidak akan membukakan pintu untuknya.

"Mianhae Ju Yeon-ah, Oppa terlalu kasar padamu. Kau tahu sendirikan setelah Eomma meninggal, Appa tak pernah kemari untuk menjenguk kita. Dia pergi tanpa memperdulikan kita."

Ju Yeon masih terisak, tapi dia bisa mendengar perkataan Hee Chul dengan jelas. Karena kini Hee Chul sedang menyender di pintu kamarnya, begitupun dengan Ju Yeon yang sedang duduk menyender di sisi lain pintu.

"Semenjak itu Oppa merasa mempunyai tanggung jawab lebih terhadapmu. Berusaha memenuhi kebutuhanmu, agar kau tidak menanyakan keberadaan appa lagi. Aku takut jika Zhoumi menyakitimu, jadi oppa rasa Ryeo Wook lebih baik" dibalik pintu Ju Yeon mendesah, berpikir Oppanya mulai memikirkan ke egoisannya lagi. "Tapi jika kau bisa membuktikan bahwa Zhoumi itu pria yang baik untukmu, oppa akan menyetujui hubungan kalian,"

Saking senangnya Ju Yeon langsung berdiri dari duduknya, sambil menghapus air mata, ia tersenyum membuka pintu kamarnya. Dan... 'Dukk~' Hee Chul yang masih bersandar dipintu tersebut pun terjatuh, sontak Ju Yeon menyingkir, lalu tertawa.

"Hahaha, Oppa Mianhae." Ju Yeon membantu Hee Chul untuk berdiri.

"Seharusnya kau bilang dulu kalau mau membuka pintu!Aigoo, pantatku!" protes Hee Chul memegang pantatnya yang dengan keras menghantam lantai.

"Mana aku tahu oppa ada disitu!Hmm, jadi aku boleh bersama Zhoumi?!" Hee Chul yang telah berdiri dari jatuhnya langsung mendapatkan pelukan dari adiknya itu. Yang ia ketahui lebih manja dari pada adik bungsunya yang entah berada dimana bersama ayahnya. "Gomawo, karena oppa telah bekerja keras untuk menghidupiku. Mianhae geurigo Saranghae..." ucap Ju Yeon membuat Hee Chul terharu sampai menitikan air mata.

"Hiks, adik kecilku"

***

Sebelum Jung Soo pergi ke Seoul, dia ingin memiliki momen perpisahan yang baik. Bertanda bahwa akan ada pertemuan kembali. Mereka berdua berkeliling di taman gaedon, dengan Seo Hyun yang memakai gaun putih pemberian dari Jung Soo.

alan yang sering ia lewati bersama Chang Min kini ia lewati bersama Jung Soo. Tangan mereka saling bertautan, erat genggaman tangan Jung Soo seakan tak ingin melepaskan Seo Hyun.

"Yeppeo (Cantik)," lirik Jung Soo membuat Seo Hyun tersipu, apakah seperti ini rasanya dipuji oleh namjachingu? Tanya tak terdengar Seo Hyun.

"Selamat siang nona!" sapa beberapa pekerja di taman, mereka terlihat sibuk mengurusi tanaman tapi masih menyempatkan diri untuk menyapa putri pemilik kebun.

"Apa lelaki di sampingmu itu namjachingu-mu?" tanya Tuan Hong, ketua pekerja dengan ramah. Membuat Seo Hyun menatap Jung Soo.

"Nde, Jung Soo imnida." ucapnya ramah dengan suara lantang, sepertinya dia tipe lelaki yang mudah bergaul.

Keduanya kini berada di pekarangan bunga lily, ini ketiga kalinya Jung Soo mengunjungi tempat kesukaan Seo Hyun. Keduanya tak menyadari kehadiran Chang Min. Chang Min berlaga tak melihat apa-apa ketika Jung Soo mencium kening Seo Hyun. Ketika dia berbalik, sudah ada Dong Hae dihadapannya. Tersenyum polos, berlaga sok menangkap basah seorang yang sedang mengintip.

Jung Soo hendak mencium bibir Seo Hyun, seakan tak bisa menghindar Seo Hyun hanya mampu memejamkan mata. Tapi tiba-tiba terdengar suara Eun Hyuk, sebelum akhirnya Dong Hae membekam mulutnya. Membawanya menjauh dari pekarangan lily, Chang Min mengikuti Dong Hae dan Eun Hyuk. Seo Hyun merasa lega, dia tidak perlu melakukan first kiss-nya. Sedang Jung Soo tersipu malu, ia beralih melihat sekeliling dengan canggung.

"Bunga lily benar-benar cantik." Jung Soo mencoba untuk tidak menciptakan kecanggungan berlanjut lama.

Seo Hyun menanggapinya kikuk dengan melontarkan perbandingan. "Lebih cantik mana denganku?" Seo Hyun menyadari apa yang ia tanyakan, dia tersenyum sendiri kenapa bisa bertanya seperti itu. Penasaran juga dengan jawaban Jung Soo,

"Bunga ini cantik, Tapi kau lebih cantik. Mana mungkin aku lebih mencintai bunga..." Seo Hyun menahan tawanya, inikah yang sering disebut gombal.

Seo Hyun terus mengajak Jung Soo berkeliling, dia menjelaskan semua arti-arti bunga yang ada di taman. Ia memetik satu bunga mawar, dia bilang setangkai bunga mawar merah berarti cinta pada pandangan pertama atau dapat juga diartikan masih mencintaimu. Lalu ia kembali memetik dua bunga mawar. Jika tiga tangkai bunga mawar itu berarti aku mencintaimu. Dan ketika Jung Soo meminta bunga mawar itu, lalu beralihlah tiga tangkai bunga cantik ditangannya. Dia bilang, karena Seo Hyun telah memberikan bunga padanya berarti ia telah menyatakan cintanya pada Jung Soo.

"Lalu bagaimana, jika sembilan tangkai bunga mawar?" pertanyaan Jung Soo yang terkesan candaan, dia berpikir tidak ada artinya tapi ternyata ada. Seo Hyun menjawab dengan pasih.

"Kita akan bersama selamanya!" Jung Soo mengira kalau itu hanya candaan Seo Hyun agar bisa menggodanya.

"Pegang ucapanmu!" mereka pun tertawa.

"Tapi artinya benar-benar itu Oppa!" Seo Hyun meyakinkan, lalu Seo Hyun menerangkan arti bunga lainnya.

Dia bilang bahwa mawar hitam memiliki arti yang tak ia suka yaitu 'kamulah obsesiku', sedang mawar putih berarti cinta murni dan suci. Bunga aster sebagai simbol cinta dan kehalusan, bunga anggrek kecantikan, gadis cantik bahkan di cina dikenal sebagai symbol banyak anak.

Jung Soo memperhatikan Seo Hyun yang tengah tertawa, tak menyangka anggrek memiliki arti seperti itu. Masih banyak yang ingin Seo Hyun jelaskan pada Jung Soo. Tapi karena sebentar lagi ia akan pergi, ia lebih ingin mengetahui banyak tentang Seo Hyun ketimbang bunga.

"Akh, kau begitu mengetahui arti bunga-bunga. Tapi aku hanya ingin lebih mengetahuimu saat ini. Aku ingin mengetahui apa yang kau suka dan apa yang tidak kau suka! Makanan apa yang kau suka?"

"Samgyetang!" seru Seo Hyun mengetahui bahwa makanan itu sangat baik untuk kesehatan, dia bilang Jung Soo juga harus sering-sering makan sup itu karena dapat mengembalikan tenaga yang telah terkuras setelah melakukan banyak aktivitas.

Jung Soo mencoba mengingatnya, lalu ia melanjutkan kewarna, lagu dan masih banyak lagi. Selanjutnya Seo Hyun yang bertanya balik pada Jung Soo. Menyenangkan! Pikir Seo Hyun dan Jung Soo bersamaan.

***

Jong Woon dan Young Woon telah duduk bersama adiknya Ryeo Wook selama satu jam, tapi tak ada yang memulai pembicaraan. Jong Woon berdehem, membuat kedua pasang mata memandangnya.

Ryeo Wook tahu bahwa kedua kakaknya akan mengatakan sesuatu, dan seperti biasanya mereka tak bisa mengawali pembicaraan. TV yang sedari memutarkan acara cartoon tak mampu untuk mengalihkan pikiran ketiganya, walaupun terlihat kucing dan tikus itu membuat kelucuan yang berada di atas rata-rata. Tetap saja tak ada tawa terdengar dari ketiganya.

"Apa yang akan kalian bicarakan?" Ryeo Wook mulai memulai pembicaraan, dia tak tahan jika harus berdiam seperti ini terus.

"Itu, hmm itu..." jelas Young Woon terbata, masih tidak tahu harus memulainya dari mana.

"Katakan saja!Kalian membuatku jengah!" seru Ryeo Wook berhasil membuat kedua kakaknya terkejut, tak biasanya Ryeo Wook berbicara seperti itu.

"Kita akan pergi ke Seoul kurang lebih selama 2 tahun, jadi kita telah mencoba menjodohkanmu dengan Ju Yeon." perkataan Young Woon menyita perhatian Ryeo Wook, dia seakan ingin mendegar perkataan selanjutnya dari kedua kakaknya.

"Tapi Ju Yeon menolak, dia bilang kalian hanya bersahabat. Lagi pula Hee Chul hyung bilang Ju Yeon sudah mempunyai namjachingu." Ryeo Wook kecewa mendengarnya, sebenarnya perihal Juyeon sudah memiliki namjachingu dia sudah tahu.Lelaki beruntung itu adalah Zhoumi. Jong Woon melanjutkan, "Ryeo Wook-ah kita sudah mencoba membantumu, tapi ketahuilah cinta itu tidak bisa dipaksakan." petuah demi petuah memasuki telinga Ryeo Wook.

"Aku tidak memaksakan cinta, lagipula siapa yang meminta kalian menjodohkanku dengan Ju Yeon!? Jika ingin pergi, pergi saja! Aku tidak peduli, di sini masih ada Appa!" sifat pemarah Ryeo Wook kembali terlihat, membuat keduanya enggan untuk meninggalkan adik bungsunya itu.

"Bukankah kau mencintai Ju Yeon?" heran Young Woon, mengingat pembicaraannya dengan Henry.

Jong Woon bilang bahwa Ryeo Wook sudah dewasa rupanya.

Sambil tersenyum Ryeo Wook menjawab, "Tentu, tidak seperti kalian!Pasti Henry yang memberitahukannya." tebaknya tak salah, "Memang benar aku menyukai Ju Yeon, tapi seperti Hyung bilang cinta tidak bisa dipaksakan. Aku senang jika melihatnya senang, walau bukan karenaku!" Jong Woon semakin salut dengan sifat dewasanya Ryeo Wook.

"Tapi kau tahu bukan? Appa jarang pulang, dan kita akan pergi lama untuk menjalani trainee." Jong Woon mulai memperlihatkan kekhawatirannya, sesekali ia melirik televisi yang masih menayangkan cartoon kejar-kejaran antara kucing dan tikus itu.

"Ne, aku bisa mengajak Henry menemaniku. Geokjonghajima (Jangan khawatir)," balas tenang Ryeo Wook, meyakinkan kedua kakaknya agar jangan begitu khawatir padanya.

Kim bersaudara itu pun terlarut dalam keharuan, mereka berpelukan seperti anak kecil. Ketiganya mulai menonton dengan fokus. Kini terdengar tawa yang sangat keras disaat cartoon yang cukup popular itu akan selesai. Rumah besar ini akan terlihat sepi untuk beberapa bulan. Maka mereka akan membuatnya ramai selagi bisa.

***

Kelima lelaki yang akan mulai merintis karirnya di Seoul telah meninggalkan Busan, semua orang yang mengantarnyapun telah pulang keberbagai tujuan. Chang Min melihat dengan jelas bahwa Jung Soo lagi-lagi mencium Seo Hyun tapi yang sekarang di pipi. Dan kali ini banyak yang melihatnya, membuat Chang Min sedikit mencibir. Dong Haekembali menyadarinya. Chang Min memilih pergi ke restoran keluarga So Min, ketimbang pulang kerumah bersama adik-adiknya.

Ju Yeon diantar pulang oleh Zhoumi. Ryeo Wook tak terlihat patah hati sedikit pun, membuat Henry lebih tenang. Henry akan menginap dirumah Ryeo Wook begitupun dengan Si Won.

"Aku ikut dengan kalian!" teriak Ji Hyun yang tak tahu harus pulang dengan siapa, Ju Yeon tak berniat mengantarkan-nya pulang begitu juga dengan Seo Hyun. "Setelah mereka memiliki kekasih aku selalu ditinggalkan! Menyebalkan!" keluh Ji Hyun yang sudah berada diantara ketiga lelaki yang memandangnya aneh.

"Apa kau juga akan menginap dirumah Ryeo Wook?" Tanya Siwon tenang.

"Heh? Aku tidak bilang seperti itu." heran Ji Hyun memandang ekspresi ketiga sahabat prianya itu yang terkesan menggoda. "Apa yang kalian pikirkan?!"

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya balik Ryeo Wook.

"Akh, pasti itu akan menyenangkan!" seru Henry, mengingat hanya ada dia dirumah bersama pamannya. Han Geng pergi, walaupun tak begitu dekat dengan kakaknya tapi ia sebenarnya membutuhkan teman serumah. Itulah yang ia pikirkan bisa serumah dengan sahabatnya.

"ANDWAE!!!" teriakkan Ji Hyun mencapai 2000khz sampai Shin Dong yang tertidur tersentak, lalu kembali melanjutkan mimpinya.

Ji Hyun berlari meninggalkan ketiga sahabatnya, dia memutuskan untuk pulang sendiri saja. Daripada harus menginap di rumah Ryeo Wook. Seketika terdengar tawa terbahak-bahak dari ketiganya, Si Won sampai memegangi perutnya akibat sakit karena tertawa.

"Apa Ji Hyun berpikir kita memintanya untuk tidur bersama? Haha ha,"

***

So Min membawakan beberapa goreng ayam, dan sebotol minuman bersoda. Dia duduk tepat dihadapan Chang Min. Mereka telah dekat layaknya seorang sahabat, bukan sebagai penggemar lagi. Bahkan orang tua So Min telah mengenal Chang Min dengan baik, itu karena So Min sering membicarakan tentangnya setiap kali pulang kuliah. Sampai-sampai ibunya menyuruh agar dia lebih fokus belajar saja,

"Kau ikut mengantarkan power boys?" Tanya So Min tak mau mengalihkan pandangannya dari Chang Min, dia masih berharap bahwa Chang Min dapat memandangnya juga dan mencintainya. Melupakan Seo Hyun, beralih melihatnya sebagai wanita.

"Hmm," singkat Chang Min sambil memakan goreng ayam yang mulai ia sukai setelah So Min menyuruhnya untuk memakannya, So Min tersenyum senang dapat melihat Chang Min makan dengan lahap.

Ia puas dan merasa senang, asalkan dia dapat sedekat ini terus dengan Chang Min. Selama Chang Min masih menganggapnya ada walau hanya sebagai teman bercerita tentang cintanya, itu lebih baik. Daripada tidak sama sekali.

"Makanlah perlahan Oppa." senyum So Min terus saja mengembang, walau Chang Min tak pernah membalasnya.

Dia tahu, bahwa lelaki yang dihadapannya ini hanya butuh teman untuk mengertinya, mendengarkannya dan yang terpenting memberikan saran.

***

Dong Hae terus saja mencoba membuat Seo Hyun tenang, selama rasa sukanya tidak terungkap pasti semuanya akan baik-baik saja dan kembali seperti semula. Tapi tetap saja Seo Hyun tak yakin, dia takut kalau saja mengucapkannya tanpa sadar.

"Bagaimana kalau Chang Min Oppa terus bertanya padaku? Aku harus menjawab apa?" hal-hal yang mungkin terjadi terus saja Seo Hyun pertanyakan, berharap Dong Hae bisa memberinya saran.

"Ya kau tinggal jawab, bahwa kau tidak menyukainya!"

Pintu kamar terbuka dengan disusul pertanyaan dari orang yang membukanya. "Tidak menyukai siapa?" Eun Hyuk mendekati Dong Hae dan Seo Hyun, yang didekati merasa takut apabila Eun Hyuk mendengar percakapan mereka sebelumnya.

***

To be continued,

Yang penasaran kapan Kyu Hyun -nya muncul lagi, harap tunggu ya... author juga nggak nyangka uri oppa belum nongol lagi 😆.

Kalau mau bisa baca short story yang ini:



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro