Chapter 4 : 'Menolak perasaan terlarang'
Seoul, Korea Selatan.
"Oppa, aku akan menjawab pernyataanmu kemarin siang. Aku telah memikirkannya dan aku rasa... aku juga tertarik padamu," kata Seo Hyun dengan gugup, merasa bersalah juga karena sebenarnya ingin menunjukan pada Chang Min bahwa ia telah memiliki kekasih.
"Aku akan menjadi kekasihmu, jadi buatlah rasa tertarik ini menjadi perasaan suka." pernyataan Seo Hyun membuat Jung Soo terkejut sekaligus sangat senang.
"Kau menerimaku!?" saking tak percayanya Jung Soo memandang gadis berwajah bulat dengan rambut tergerai demi meminta kejelasan.
"Hmm~" angguk Seo Hyun meyakinkan.
"Berarti mulai sekarang kita resmi menjadi sepasang kekasih" senang Jung Soo, lalu menggenggam tangan Seo Hyun, "Aku berjanji akan membuatmu jatuh cinta padaku cepat atau lambat," ia melanjutkan sembari menarik Seo Hyun dalam pelukannya.
Mereka pun pergi menghampiri ke 7 lelaki yang sedang sibuk memasukan barang-barang ke mobil, untuk mengakhiri liburan mereka dan kembali ke Busan.
***
Seo Hyun dan Jung Soo berada di gudang dekat laboratorium bahasa, dimana mereka pernah terkunci di dalamnya. Yang kini menjadi tempat rahasia mereka jika ingin bertemu.
"Sudah aku bilang jangan beritahu siapa pun!" marah Seo Hyun duduk di kursi yang sering Jung Soo gunakan di gudang ini.
Ia selalu ke sini karena tempat ini adalah tempat tersepi di kampusnya. Sehingga dia bisa beristirahat tanpa takut kebisingan mengganggu tidur siangnya.
"Kau ingin hubungan kita tidak diketahui orang, begitu?"
"Bukan seperti itu, tapi aku takut kalau fansmu marah padaku." Seo Hyun mengucapkan apa yang bukan dalam hatinya, Jung Soo menggenggam tangan Seo Hyun dan menatapnya.
"Aku akan melindungimu, tenanglah." kini Jung Soo memeluk Seo Hyun, gadis itu baru menyadari seberapa besar dirinya dicintai dan semakin merasa bersalah.
Dia takut jika nanti ia akan menyakitinya. Sekarang pun dia sedang melakukannya, menyakiti perasaan seseorang yang tulus mencintainya.
Hati Chang Min seakan berhenti berdesir ketika melihat wanita yang ia cintai dalam pelukan orang lain, seketika ia teringat kalau wanita itu adalah adiknya. Jadi dia berhak memilih cinta yang membuatnya bahagia, dan Chang Min sebagai kakaknya harus mendukung bukannya malah melarang.
"Bagaimanapun Seo Hyun adalah adikku, jadi tak seharusnya aku mencintainya lebih dari seorang adik." lirih Chang Min lalu pergi menjauh dari gudang.
***
Pertanyaan demi pertanyaan terlontar untuk pasangan baru di Namgwang University, siapa lagi kalau bukan Jung Soo dan Seo Hyun. Mereka sedang berada dikantin dengan anggota Power Boys, Lee bersaudara, dan teman seangkatan Seo Hyun.
"Kapan kalian mulai berpacaran?" penasaran Hee Chul, begitupun dengan yang lain tak terkecuali Chang Min
"Waktu kita terakhir di Seoul, sebelum naik mobil untuk pulang!" senang Jung Soo, berbeda dengan Chang Min yang terlihat sedih enggan berada diantara mereka.
Berulang kali ia meyakinkan rasa cintanya hanya sekedar kakak kepada adiknya, tapi semua itu tak mampu membuatnya cukup yakin akan perasaan yang menyiksa hatinya. Kenyataan begitu nyata menyakiti hatinya, yang rapuh.
"Chang Min Oppa!" suara yang sangat Chang Min kenal, tapi bukan suara Seo Hyun melainkan So Min yang selalu mengikutinya. "Lama kita tak bertemu, aku merindukanmu!"
Zhoumi terlihat mengejar So Min, dia sangat kelelahan rupanya. "Dia terus menanyakanmu, dan memintaku untuk mengantarkannya bertemu denganmu." jelas Zhoumi mencoba mengatur napasnya, Ju Yeon sedikit terkekeh melihatnya dan itu membuat Zhoumi malu dan segera bersikap wajar.
"Ayo kita pergi!" Chang Min menarik tangan So Min.
"Kemana?" Tanya So Min sambil terus mengikutinya.
"Kemanapun yang kau inginkan."
Tentu So Min sangat senang, karena sebelumnya Chang Min tidak pernah melakukan hal seperti ini. Bahkan dia selalu dingin, dan acuh pada setiap penggemarnya di club karate.
Pasti anggota GantleMin akan iri melihat kejadian ini. Pikir So Min.
Zhoumi merasa aneh dengan sikap Chang Min, tapi ia menyimpulkan. "Aku rasa Chang Min sudah menyukai So Min." Seo Hyun memandang kepergian oppa yang sangat ia sayangi dengan sedih, tapi ketika Jung Soo melihatnya ia langsung tersenyum.
"Itu bagus, jadi So Min Eonni tidak usah mengikuti Chang Min Oppa terus!" seru Ji Hyun, "Iyakan Ryeo Wook-ah!?"
"Hmm, iya. Mengikuti seseorang yang kita suka itu melelahkan jika tidak ada hasilnya!" ucap Ryeo Wook melirik Ju Yeon sekilas, rupanya ia berada di posisi So Min tapi yang ia ikuti adalah Ju Yeon.
Jong Woon dan Young Woon yang berada diantara Ryeo Wook, mengeryit memandang adiknya. Henry menyadari kalau Ryeo Wook menyukai Ju Yeon, disisi lain Zhoumi saling pandang dengan Ju Yeon. Tapi tidak setelah Hee Chul berdehem, Han Geng menyikut Hee Chul untuk jangan mengganggu. Sedang Young Woon dan Si Won malah sibuk adu panco, mereka mulai akrab rupanya.
***
Chang Min tidak tahu harus pergi kemana, dia berulang kali menuntut So Min agar membawanya kesuatu tempat. So Min pun mengajaknya ke restoran ayam milik keluarganya. Ayah So Min menyiapkan daging ayam yang banyak untuk tamu special putri-nya itu.
"Makanlah Oppa, agar kau merasa lebih baik."
Seakan tahu kalau idolanya sedang memiliki masalah, So Min memberikan tips agar Chang Min dapat melupakan masalahnya dengan makan.
Chang Min mengambil sepotong paha ayam, dia melihat So Min tak yakin. Dibalas anggukan So Min, yang mengisyaratkan bahwa Chang Min harus memakannya. Dengan harap-harap cemas So Min memperhatikan Chang Min yang mulai membuka mulutnya, dan perlahan memasukan goreng paha ayam.
"Ini enak!" ujar Chang Min seperti anak kecil.
Senyum So Min merekah, ia langsung berteriak-teriak bahwa Chang Min menyukai daging ayam ayahnya. Sehingga para pelanggan memandangnya, terbawa senang. Chang Min pun tersenyum, dia baru sadar banyak senyuman untuknya dari orang-orang yang menyukainya. Dia berjanji tidak akan mengacuhkan GantleMin lagi. Dan hal itu disambut senyum yang semakin mengembang dari So Min, rupanya ia sangat senang dengan keputusan Chang Min.
***
Seo Hyun yang sedang asyik membaca novel dikagetkan oleh kedatangan ibunya, tapi setelah itu ia melanjutkan aktivitasnya. Kadang wajahnya serius, lalu kemudian tertawa. Sepertinya novel itu berhasil membuatnya mengeluarkan berbagai ekspresi, Ji Woo yang memperhatikannya tersenyum. Seo Hyun merasakan belaian Ji Woo, seakan mengerti ia bertanya ada apa?
"Seo Hyun-ah, sudah satu minggu ini kau dan Chang Min terlihat berbeda tidak seperti biasanya. Apa kalian sedang ada masalah?" wajah Ji Woo berubah serius, tentu itu membuat Seo Hyun bingung harus menjawab apa.
"Apakah terlihat seperti itu?" ujar Seo Hyun seperti bukan pertanyaan. "Kami tidak apa-apa, mungkin itu perasaan Eomma saja." Seo Hyun mengelak sambil terus berpura-pura membaca novel, padahal dia sudah tidak fokus membaca sejak ibunya datang.
"Eomma harap seperti itu, tapi Appa, Eun Hyuk dan Dong Hae-pun beranggapan sama. Bahkan mereka bilang di kampus pun kalian saling diam, katakan pada Eomma ada apa?" Ji Woo masih saja penasaran, membuat Seo Hyun terpojokan.
Seo Hyun duduk menghadap ibunya. "Eomma, aku dan Chang Min Oppa tidak apa-apa. Mungkin itu perasaan kalian saja, kami baik-baik saja." Seo Hyun terus saja meyakinkan sang ibu, mana mungkin dia bilang kenyataannya bahwa Chang Min telah menyatakan cinta padanya.
Entah ekspresi macam apa yang akan diperlihatkan ibunya nanti, dia tidak ingin membayangkannya sama sekali.
"Kalau begitu aku akan ke taman Eomma." Seo Hyun beranjak dari kasurnya, mengecup pipi ibunya lalu berlari keluar kamar.
Ji Woo hanya bisa menggeleng, ia berharap apa yang dikatakan Seo Hyun benar.
***
Sepanjang perjalanan menuju pekarangan bunga lily, Seo Hyun menekuk kepalanya melihat langkah kakinya yang perlahan. Dia menghiraukan setiap sapaan para pekerja taman. Tak biasanya Seo Hyun seperti itu, ucap salah satu pekerja.
Sampai akhirnya dia sudah berada di tengah-tengah bunga lily yang sangat ia sukai, hembusan napasnya terdengar keras. Ketika ia hendak mengangkat wajahnya, terlihat jelas wajah yang sedang memenuhi pikirannya.
"Chang Min Oppa." yang disebut namanya hanya tersenyum, manis sekali.
Kini mereka duduk dibangku yang dulu mereka buat bersama, tepat didekat bunga lily putih. Keduanya bingung ingin memulai percakapan apa, kecanggungan diantara mereka terlihat jelas.
Seo Hyun mengayunkan kedua kakinya, dan secara bersamaan Chang Min pun melakukannya. Entah kebetulan atau apa? tapi dengan kejadian itu mereka saling pandang, lalu tertawa menyadari kecanggungan yang menurut mereka aneh sekali.
"Oppa, tadi Eomma bertanya padaku. Apa aku dan Oppa baik-baik saja?" Seo Hyun mengawali pembicaraan, sebenarnya dia tidak ingin diam-diaman seperti ini dengan kakak tersayangnya. Tapi dia bingung harus bagaimana?
Chang Min menatap lurus kedepan, sekumpulan lily kuning bergerak bersamaan karena hembusan angin.
"Mianhae, ini karenaku. Anggap saja aku tidak pernah mengatakan hal itu, lupakan saja kejadian malam itu. Mungkin saat itu aku sangat mengkhawatirkanmu, jadi aku melakukan hal konyol seperti itu..." jelas Chang Min sambil tersenyum miris mengakuinya, tentu perkataan yang keluar dari mulutnya tidak sesuai dengan hatinya.
"Jadi kita akan melakukan hal seperti biasanya, kan?" Tanya Seo Hyun tanpa mengharap jawaban. "Kalau begitu ayo kita pergi berkeliling, berjalan di tengah-tengah pohon pinus sambil bergandengan tangan. Kita sering melakukan itukan? Kajja..." kali ini Seo Hyun yang menarik tangan kakaknya, Chang Min tak bisa mengelak ia mengikuti Seo Hyun sambil bergelut dengan pikirannya.
Sepanjang perjalanan Chang Min mencoba terus meredam perasaannya, yang ia yakini itu hanyalah cinta sebagai kakak kepada adiknya bukan kepada gadis yang ia sukai. Bisa berjalan beriringin begini pun sudah cukup bagi Chang Min, asal ia menyadari kenyataan yang benar-benar manis bahwa dia adalah kakak Seo Hyun.
***
Pagi-pagi sekali Seo Hyun sudah sibuk di dapur, ia adalah anggota keluarga yang bangun paling dulu di antara yang lain. Ji Woo yang terbangun karena keramaian di daerah kekuasaannya mendekati Seo Hyun heran.
Tak biasanya putri kesayangannya itu masuk dapur apalagi sampai memasak. Seharusnya dia merasa senang akan hal itu, dia pun mencoba untuk memberitahu kehadirannya. Tapi Seo Hyun mengetahuinya terlebih dahulu, sehingga menghentikan aksi ibunya yang berniat mengejutkannya
"Eomma, kau tidak bisa membuatku terkejut bukan!?" bangga Seo Hyun membuat Ji Woo malu.
"Iya," kecewa Nyonya Lee kentara sekali dibuat-buat. "Lagian putri Eomma tak biasanya memasak di dapur, memangnya masak apa sih?" lanjut Ji Woo penasaran dengan apa yang sedang Seo Hyun masak.
Akhirnya mereka memasak bersama, di sisi lain Chang Min tersenyum melihat kedua wanita yang ia sayangi. Lalu pergi menjauh dari dapur menuju ruang makan. Rupanya dia pun tak mau kalah dengan Seo Hyun, jadi dia berinisiatif untuk membereskan meja makan. Dia tak sabar untuk makan sarapan yang dibuat Seo Hyun.
Seo Hyun datang dengan membawa segelas susu stoberi, dari kejauhan Eun Hyuk sudah menelan ludahnya. Semua orang di rumah tahu kalau Eun Hyuk sangat menyukai segala sesuatu yang berbau stoberi, bahkan dia membeli topi berbentuk stoberi. Memang seperti anak kecil, tapi itulah Eun Hyuk mengoleksi semua yang berbentuk stoberi.
"Chang Min Oppa ini untukmu!" seru Seo Hyun menaruh segelas susu stoberi itu dihadapan Chang Min, seketika Eun Hyuk memajukan kepalanya mencoba mengetahui lebih jelas perkataan Seo Hyun.
"Seo Hyun! Kenapa kau hanya membuatkan susu stoberi untuk Chang Min?!" protes Eun Hyuk. Membuat Dong Hae tersenyum puas, dia dengan santainya memakan bokkkumbap (nasi goreng ala korea) yang Seo Hyun buat dengan dibantu ibunya.
"Ekh, aku lupa kalau Eun Hyuk oppa juga suka susu stoberi. Apa perlu aku buatkan sekarang?" Seo Hyun hendak kembali ke dapur, tapi dengan segera Eun Hyuk menolak dan menyuruh Seo Hyun makan sarapannya saja.
"Sepertinya kalian sudah baikan." celetuk Eun Hyuk melihat keakraban Chang Min dan Seo Hyun kembali seperti dulu. Ji Woo dan Yong Joon sebagai orang tua merasa senang.
Dong Hae pun berpendapat sama, tapi ia merasa ada yang aneh dengan kedua adiknya itu. Ia berpikir begitu keras, sampai pada pemikiran yang tak mungkin. Dia harap itu bukan masalah perasaan, karena jika benar seperti itu maka akan sulit. Dengan segera ia menepikan pemikirannya yang semakin jauh, dengan menggeleng kasar.
"Apa makanannya tidak enak Oppa?" Tanya Seo Hyun pelan melihat tingkah Dong Hae, dan langsung Dong Hae jawab. "Tidak, bokkumbap buatanmu sangat enak sampai aku ingin tambah lagi." Dong Hae mengambil beberapa sinduk bokkumbap, yang berhasil menutupi kegugupannya.
Eun Hyuk yang melihatnya berdecak, agar Dong Hae menyisakan bokkumbap tersebut untuknya. Melihat hal itu Ji Woo berpikir untuk membuat sarapan yang sama besok, tentunya lebih banyak karena ternyata anak-anaknya ini makan banyak juga. Yong Joon mengiyakan, Karena ia pun butuh makan banyak untuk bekerja mengurusi taman gaedon dan distributor tanaman yang semakin banyak pesanannya.
Bukan hanya taman gaedon yang ia urusi, tapi perusahaan yang menjual berbagai jenis tumbuhan pada toko-toko bunga. Kelak perusahaan yang diberi nama Gaedon Flowers akan ia wariskan pada salah satu anaknya. Dan sepertinya Chang Min-lah yang memenuhi syarat, karena dia paling menyukai tanaman, paling peduli pada taman gaedon sama seperti Seo Hyun. Sedangkan Eun Hyuk dan Dong Hae sibuk dengan hobi-nya, mereka sama sekali tak ingin mengurusi tanaman jika tak disuruh.
***
"Dong Hae-ya, kita kembali berdekatan!" seru Eun Hyuk merangkul adiknya yang hanya berbeda beberapa bulan itu.
Dong Hae tak mengelak, dia balas memeluk kakaknya dengan mengatakan hal yang sulit ia katakan. "Hyung!" Eun Hyuk mengerutkan dahi, memandang heran kearah adiknya yang menunjukan wajah polos.
"Kau selalu mengatakan itu sesukamu, kenapa tak bisa memanggilku hyung setiap harinya!" Eun Hyuk menunjukan wajah kesalnya.
"Mungkin karena usia kita tak jauh berbeda" pikir tak yakin Dong Hae. "Hyung, Eun Hyuk Hyung! Hyung!" tambahnya dengan bersikap menggemaskan menggoda saudaranya agar berhenti kesal.
Chang Min mulai menstarter mobilnya lalu melaju perlahan menjauhi kediaman keluarga lee. Sedang Seo Hyun melihat kearah Eun Hyuk dan Dong Hae, merasa tertarik dengan kelakuaan keduanya mungkin. Melihat dan mendengar kejadian langka, saat Dong Hae berulang kali memanggil Eun Hyuk dengan sebutan 'hyung'.
***
Sebelum keluar Jang Seongsangnim yang merupakan dosen dibidang matematika, berkata bahwa Seo Hyun terpilih mewakili kampusnya untuk mengikuti olimpiade matematika antar kampus. Seo Hyun sangat senang dan berterima kasih pada guru Jang yang telah membimbingnya selama ini. Jang Dong Gun adalah guru yang sangat Seo Hyun segani, ia pun mengakui keahlian berhitung Seo Hyun yang luar biasa. Guru yang berusia diawal 40-an itu, menawarkan diri untuk mengasah lebih dalam lagi kemampuan Seo Hyun dalam mata pelajaran matematika.
"Selamat Seo Hyun, kau berhak mengikuti olimpiade itu!" Ju Yeon yang pertama mengucapkan selamat, disusul dengan Ji Hyun yang tidak menyesali bahwa ia sama sekali tidak menyukai matematika sejak SMA.
"Aigoo, kau hebat Seo Hyun... kalau aku baru melihat soalnya saja sudah pusing, makanya aku selalu meminta bantuanmu untuk mengerjakan tugas yang penuh dengan angka!" Ji Hyun langsung mendapat jitakan dari Ryeo Wook, yang dari awal tak pernah percaya kalau Ji Hyun selalu mendapatkan nilai lebih tinggi darinya.
"Benar dugaanku, jadi kau benar-benar tidak mengerjakan tugasmu sendiri!" bangga Ryeo Wook, Si Won memperlihatkan lesung pipinya dengan senyuman yang mengembang. Mendengar Ryeo Wook berbicara seperti itu dengan ekspresinya, membuat Si Won tertawa. Ji Hyun hanya tersenyum.
"Aku yakin pasti kau bisa, semangat!" tambah Henry dengan mengepalkan tangannya sejajar dengan bahunya.
Seo Hyun merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti mereka, yang selalu mendukungnya dan memberi kebahagian tak terhingga. Jika suatu saat dia mengalami keterpurukan, pasti sahabat-sahabatnya itu akan membantunya. Dia berharap banyak rupanya pada ke lima sahabatnya itu.
***
Jung Soo senang bukan main, ketika mengetahui bahwa kekasihnya terpilih untuk mewakili kampus mengikuti olimpiade. Sepanjang perjalanan banyak yang menyapa pasangan ini, tak jarang ada beberapa yang mengucapkan selamat dan semangat pada Seo Hyun. Bahkan kedua wanita yang dulu pernah menguncinya di gudang, menyapanya dan memberi semangat. Mereka berpesan agar Seo Hyun jangan menyakiti Jung Soo, karena kalau itu terjadi mereka akan menguncinya lagi di gudang.
Candaan itu ditanggapi Jung Soo, bahwa dia akan tetap menyelamatkan Seo Hyun sekali pun gadis itu telah menyakitinya. Seo Hyun terkejut dengan jawaban Jung Soo, dia benar-benar takut jika ia akan membuat kesalahan dan akhirnya menyakiti Jung Soo. Mulai bertekad untuk balas mencintai Jung Soo,
"Selama kita menjadi kekasih, kita belum pernah berkencan. Jadi sebagai hadiah selamat atas terpilihnya kau, aku akan mengajakmu berkencan" Jung Soo tak mengijinkan Seo Hyun berbicara, dengan cepat Jung Soo menarik Seo Hyun untuk keluar dari area kampus menuju halte bus.
Seo Hyun hanya bisa tersenyum dan ikut berlari menyamakan langkahnya dengan Jung Soo. Sekali pun bukan Chang Min yang menjadi orang pertama yang Seo Hyun beritahu tentang hal pentingnya, tapi Chang Min tetap harus senang dan mendukung adiknya itu. Ia ikut tersenyum melihat Seo Hyun berlari dengan Jung Soo, mengerti kalau mereka akan melakukan kencan pertama. Pahit rasanya menyadari kenyataan yang tak sejalan dengan keinginan, itulah yang Chang Min masih rasakan dan sesalkan. Kenapa harus begini?
***
Seo Hyun sibuk memilih baju-baju, dari kemeja, jas sampai kaos. Tapi sepertinya dia lebih tertarik dengan t-shirt berlengan pendek, dari tadi Jung Soo-pun terus mengikuti Seo Hyun. Sesekali Seo Hyun bertanya pada Jung Soo, apakah t-shirt yang ia pilih bagus? Jung Soo menjawab semua pertanyaan yang sama dari Seo Hyun dengan jawaban yang sama pula, 'bagus'. Kata terpendek dan terbagus menurut Jung Soo. Seo Hyun tak yakin dengan jawaban Jung Soo, sampai ia menunjukan t-shirt bergaris berlatar warna pink.
"Kenapa warnanya harus pink?" kali ini jawaban Jung Soo berbeda, bahkan terdiri dari beberapa kata "Itu juga bagus, tapi aku tidak suka warna pink!" tolak Jung Soo yang menganggap Seo Hyun sedang memilihkan baju untuknya sejak tadi.
"Ini bukan untuk Oppa, tapi untuk Chang Min Oppa, hehe." wajah Jung Soo bersemu merah, malu karena ia merasa bahwa dirinya terlalu percaya diri, sedang Seo Hyun mengakui kesalahannya dengan nyengir ala Si Won. Siwon terkenal dengan nyengir kudanya, dan itu telah mempengaruhi Seo Hyun.
"Jung Soo Oppa suka warna apa?" akhirnya Seo Hyun memilih t-shirt warna pink untuk sang kakak tercinta, Chang Min. Dan kini kembali memilih kaos berlengan panjang, sepertinya kali ini untuk Jung Soo.
"Aku suka warna putih!" semangat Jung Soo, dan Seo Hyun mencoba mengingatnya, dia ingin lebih mengenal kekasihnya dengan mengetahui apa yang ia sukai dan apa yang tidak ia sukai.
Yang ini Seo Hyun tidak banyak bertanya, dia hanya serius memilih sampai ia menemukan kaos putih dengan lengan panjang bertuliskan 'My Boyfriend'. Entah disengaja atau tidak, dia menemukan kaos dengan tulisan seperti itu. Seo Hyun pun segera menghampiri Jung Soo dan mencocokan kaos itu dengan postur tubuh kekasihnya.
"Cocok, kau terlihat lebih kalem. Aku suka!" seru Seo Hyun membuat gurat kebahagian terukir diwajah Jung Soo.
"Kalau begitu aku ambil yang ini!" Jung Soo mengambil alih kedua baju yang Seo Hyun pegang, membawanya menuju kasir.
Setelah membayar Jung Soo langsung menghampiri Seo Hyun, tapi dia sudah tidak ada ditempatnya tadi. Jung Soo mencari Seo Hyun dan menemukannya berada di dekat gaun-gaun putih selutut, yang terlihat seperti gaun pengantin. Seo Hyun memegang helai kain putih, dari salah satu gaun yang ternyata dress dengan motif bunga kecil di setiap ujung kain, pita hitam terurai ditengah dress, menambahkan kesan elegan dari dress tersebut.
"Kau bisa mengambilnya jika mau." Seo Hyun terkejut dengan perkataan Jung Soo, dia ragu untuk mengambilnya atau tidak.
Jung Soo mengerti, pasti harga dress-nya mahal. "Memberi untuk orang yang disayang akan menambah kebahagian tersendiri, jangan merasa tidak enak. Ok!" Jung Soo mengambil dress itu, lalu kembali menuju kasir.
Seo Hyun baru merasakan ketulusan Jung Soo sekarang, ia harus bisa membalas ketulusan itu. Pikirnya, karena tak mungkin ia bisa bersama lelaki yang jadi cinta pertamanya. Genggaman yang terasa hangat dari Jung Soo membuat Seo Hyun yakin kalau ia nyaman bersama Jung Soo. Mereka kini menuju sebuah kafe yang terletak tak jauh dari tempatnya berbelanja baju, butik yang tak cukup besar tapi ramai pengunjung.
"Kau masuk saja dulu, aku mau membeli sesuatu." Jung Soo menyerahkan belanjaan pada Seo Hyun, Seo Hyun menerimanya dan segera masuk ke kafe bernuansa gelap nan romantis dengan panggung hiburan yang masih kosong.
Seo Hyun memilih kursi dekat panggung, siapa tahu sang penyanyi akan datang dan menyanyi jadi dia bisa menikmatinya lebih jelas. Lama menunggu Seo Hyun memesan minuman terlebih dulu, tapi dia bingung memesan minuman apa untuk Jung Soo. Mereka baru beberapa hari resmi menjadi sepasang kekasih, tapi belum sempat menanyakan hal apa yang masing-masing sukai. Jadi Seo Hyun memilih untuk memesan dua minuman lemon tea, minuman yang ia dan Chang Min sukai.
Sampai minuman datang, Jung Soo belum juga datang. Mendadak seluruh ruangan kafe gelap, membuat panik pengunjung. Tak lama satu lampu tepat menyorot lelaki yang berada dipanggung. Lelaki itu berdiri dengan memegang clarinet, dan mulai memainkannya. Seo Hyun mengetahui kalau itu adalah Jung Soo. Kali ini Jung Soo duduk tepat didepan piano, dia menekan tuts-tuts dengan piawai hasilnya nada yang keluar begitu harmonis.
Jung Soo mulai meninggalkan pianonya, dan mengambil mic yang sejak tadi tergeletak di badan piano. Musik mengalun, suara Jung Soo berpadu dengan tempo mellow menyanyikan lagu 'She'. Tangan kirinya mengambil sekeranjang bunga mawar merah pekat, sambil bernyanyi ia membagikan bunga tersebut pada setiap pengunjung.
Jung Soo sisakan satu bunga, memegangnya erat, berjalan menuju Seo Hyun yang terkagum-kagum karena sebelumnya ia tidak pernah berada dalam suasana romantis seperti ini. Dia baru pertama kali memiliki kekasih. Tepat di depan Seo Hyun, Jung Soo berdiri, lagu sedikit lagi selesai dan ketika itu terjadi ia memberikan bunga mawar terakhir pada Seo Hyun.
Dengan perasaan tak biasanya Seo Hyun menerima bunga dari Jung Soo, diraihnya tangan Seo Hyun lalu ia kecup. Diakhiri dengan sebuah pelukan, dan Seo Hyun membalasnya. Tepuk tangan dari para pengunjung terdengar riuh, bahkan beberapa pasangan yang berada di kafe tersebut merasa iri dan ingin kekasihnya melakukan hal yang sama.
***
Seo Hyun dan Jung Soo tengah berjalan beriringan, Jung Soo mengantarkan Seo Hyun pulang tepat pukul 9 malam. Berjalan beberapa langkah lagi untuk sampai kedepan gerbang pintu rumah keluarga lee. Seo Hyun terus saja mencium harumnya bunga mawar.
"Aku terkesan dengan apa yang Oppa lakukan," Jung Soo berjalan dengan memasukan keduatangannya disaku celana, jaketnya tersampir dipundak Seo Hyun.
"Kau menyukainya?" Tanya Jung Soo lebih ditujukan pada mawar yang sedang Seo Hyun pegang.
"Aku suka, tapi aku akan lebih menyukainya jika itu bunga lily putih." kini Seo Hyun memutar-mutar tangkai mawar, memperhatikannya dan menyadari bahwa mawar juga cantik. Tapi kenapa dia lebih suka lily?
"Kau suka bunga lily putih?" ujar Jung Soo seperti bukan pertanyaan.
Seo Hyun mengangguk, "Lily putih memiliki arti pengabdian, persahabatan, simpati, mulia, murni, dan suci. Oppa tahu arti dari bunga mawar merah ini?" Seo Hyun menunjukan setangkai mawar yang ia dapat dari Jung Soo, tentu Jung Soo tak mengerti tentang bunga. Bahkan dia baru tahu kalau bunga memiliki makna tertentu.
"Aku tidak tahu," ucap Jung Soo bingung seraya menggeleng.
"Bagaimana bisa Oppa tidak tahu, lalu apa artinya Oppa memberikan bunga mawar ini." kesal Seo Hyun membuat Jung Soo tersenyum malu. "Cinta, cantik, rasa hormat, keberanian dan yang sering orang-orang artikan bahwa bunga mawar merah bisa mewakili perasaanya untuk berkata 'aku cinta padamu'. Itulah yang dapat bunga ini katakan! Bukankah itu yang baru Oppa lakukan?!" Seo Hyun melirik Jung Soo untuk menjawab pertanyaannya, dengan wajah merah semu Jung Soo menjawab.
"Benar, aku telah melakukannya. Aaakh, bukankah aku cukup romantis!" senang Jung Soo membuat Seo Hyun tersenyum. "Kalau begitu aku akan memberikanmu bunga lily setiap harinya." perkataan Jung Soo kali ini membuat Seo Hyun tertawa, bukankah dia punya taman gaedon.
"Tak usah Oppa, satu kali saja sudah cukup." tolak Seo Hyun masih tertawa, Jung Soo baru ingat kalau Seo Hyun punya pekarangan bunga lily jadi untuk apa ia memberikan lily setiap hari. Mereka pun tertawa bersama, malam yang indah untuk keduanya.
"Ini untukmu ," Jung Soo memberikan plastik, yang membuat Seo Hyun penasaran dengan isinya. "Kau bisa membukanya nanti di rumah." senyum Jung Soo menggenggam tangan Seo Hyun.
Seo Hyun berharap bahwa nanti hatinya akan memilih cinta tulus Jung Soo, ketimbang cinta yang tak dapat dimiliki karena jalur kenyataan telah ditentukan dari awal. Apakah kenyataan pahit dan manis ini bisa berubah?
***
To be continued,
Satu vote berharga bagi penulis, tinggalkan jejak setelah membaca, oke.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro