Chapter 3 : 'Dilema'
Sebelumnya di chapter 2:
Perjalanan liburan mereka di Seoul berjalan lancer, meski sebelumnya Seo Hyun sempat dikagetkan dengan seorang lelaki asing penuh luka menerobos masuk kamarnya. Hingga Jung Soo yang tiba-tiba mengungkapkan perasaannya pada Seo Hyun kembali membuatnya terkejut,
BITTERSWEET
Chapter 3
'Dilema'
"Hmm, Oppa, aku...-"
"Kau bisa menjawabnya, kapan pun yang kau mau. Aku akan menunggunya. Kajja!" Jung Soo menggenggam tangan Seo Hyun, membuat kecanggungan di antara mereka.
Sehingga mengharuskan Seo Hyun melepas genggaman Jung Soo, lalu tersenyum ke arah Jung Soo. Jung Soo pun membalas senyuman Seo Hyun dengan senyum dimplenya.
"Kenapa kalian begitu lama?" Tanya Chang Min yang baru mengetahui kehadiran Jung Soo dan Seo Hyun, tapi tak ada yang menjawab satu pun hanya Seo Hyun yang menyuruh Chang Min untuk mempercepat jalannya dan Chang Min menurutinya.
Akhirnya mereka berada di atas Namsan Tower. Han Geng yang dari tadi ingin sekali memasang gembok cinta kini telah melakukannya dengan Hee Chul. Walau terasa aneh tapi mereka meyakini bahwa cinta mereka adalah cinta antara sahabat yang akan terus bersama, meski nantinya akan terpisah jarak, persahabatan mereka tetap berlanjut.
"Hmm, dari tadi aku tidak menemukan Seo Hyun. Apa kalian melihatnya?" Tanya Chang Min kebingungan, Jong Woon, Jung Soo dan Young Woon baru menyadarinya dan menggeleng kompak.
"Pergi kemana dia?!" Tanya Chang Min lebih ditujukan untuk dirinya sendiri "Eun Hyuk Hyung, Dong Hae Hyung, kalian melihat Seo Hyun?!" lanjutnya berteriak.
"Tidak!" yang ditanya menjawab kompak.
"Han Geng, Hee Chul apa kalian melihat Seo Hyun?!" Jung Soo ikut panik, menyadari Seo Hyun tidak ada di sekitarnya.
"Tidak!" lagi-lagi serempak. "Berarti Seo Hyun hilang!" tambah Han Geng, diikuti anggukan Hee Chul.
"Apa!? Hilang? Itu artinya kita harus mencarinya!" ujar Hee Chul yang baru tersadar mendengar ucapan Han Geng, mereka pun mulai sibuk mencari Seo Hyun.
Sebenarnya daya tarik apa yang dimiliki Power Boys sehingga begitu populer di kampus? Sedangkan kelakuan mereka seperti itu! Eun Hyuk terus berpikir, kenapa bukan dia yang populer?
***
Seo Hyun terus menjauh dari area Namsan tower, bahkan ia belum memasukinya sama sekali. Tak sengaja pandangannyamendapati lelaki yang telahditolongnyasemalam sedang berlari dari kejaran beberapa orang. Awalnya Seo Hyun tidak menyadari akan hal itu, sehingga dia berniat menyapanya dan menanyakan bagaimana kondisinya. Tapi dia mengurungkan niatnya ketika melihat seorang lelaki tegap berbadan besar berhasil menarik baju lelaki yang entah siapa namanya.
"Apa yang mereka lakukan! Seenaknya saja memukuli orang! Apakah Seoul benar-benar tempat yang kejam?!" Seo Hyun menggerutu kesal akan perlakuan ke-5 lelaki ber-jas hitam yang jelas-jelas adalah kekerasan.
"Lima lawan satu, itu tak adil!" ia mulai ragu untuk ikut campur dengan masalah orang lain, bukankah dia sudah terlanjur menyelamatkannya semalam maka selanjutnya dengan yakin melangkahkan kaki terburu ke arah mereka dan berdiri tepat di hadapan lelaki yang telah babak belur.
"Apa yang kalian lakukan!? Dia salah apa sampai-sampai kalian memukulinya!?" teriak Seo Hyun pada ke-5 lelaki yang disambut tawa mengerikan dari kelimanya. "Tawa kalian itu jelek! Jadi berhentilah tertawa!" pekiknya menahan rasa takut dengan mengepalkan tangan sekuat-kuatnya.
"Aish, wanita ini benar-benar pemberani." lelaki dengan perawakan terbesar mulai mendekati Seo Hyun, ketika lelaki itu mengangkat tangannya hendak memukul.
Lelaki yang tengah Seo Hyun bela menariknya untuk berlari, mau tak mau gadis itu pun mengikutinya bahkan lari mereka hampir selaras. Ke-5 lelaki berwajah sangar itu-pun, segera mengejar sambil menggerutukan kemarahan.
"Hey, katakan padaku kenapa kita harus berlari?!" Seo Hyun bertanya dengan tetap berlari menyamakan langkahnya dengan lelaki yang setia memegang tangannya.
"Kau wanita bodoh!" hanya cercaan yang Seo Hyun dengar dari lelaki berperawakan tinggi dengan penuh luka di wajahnya, luka yang telah diobatinya semalam kembali berdarah. "Sudah jelas takut, masih saja mencoba menolong." ia menambahkan dengan suara kecil membuat Seo Hyun bergumam penasaran.
***
Di Pulau Jeju tepatnya di desa Donggimnyeong, tempat dimana teman-teman Seo Hyun berlibur ditambah Zhoumi yang ikut tanpa izin yang akhirnya mengeluh karena liburan yang ia pilih ternyata salah dan mulai berpikir seharusnya ikut Chang Min saja ke Seoul.
"Benar kalau begini caranya aku lebih memilih ikut dengan Hee Chul Oppa!" tak hanya Zhoumi yang menyesali keputusannya, ternyata Ju Yeon juga.
Itu membuat Zhoumi tersenyum senang, karena satu-satunya alasan dia ingin ikut ke rumah kakek Si Won adalah Ju Yeon.
"Sudahlah lebih baik kalian selesaikan menanam pohonnya!" teriak Henry yang sedang bersusah payah menyangkul ditemani Ryeo Wook yang terus menatap cangkul yang Henry ayun ke atas lalu ke bawah.
"Berhenti menatapku seperti itu, Ryeo Wook!" merasa kesal diperhatikan Ryeo Wook secara intens, Henry menghentikan aktivitas mencangkulnya.
"Siapa juga yang menatapmu! Orang aku lagi natap cangkulmu itu!" Sanggah Ryeo Wook polos, membuat semua orang yang berada disekitarnya terkekeh.
Bahkan Ji Hyun yang sedang memberi pupuk pada tumbuhan tertawa renyah mendengar pernyataan Ryeo Wook.
"Ryeo Wook-ah, kau ada-ada saja!" sambil menahan tawa Si Won mencabuti tumbuhan liar yang merusak pemandangan kebun kakeknya itu, lalu ia pun berdiri dan melepas sapu tangannya. "Kajja, kita cuci tangan. Aku tidak ingin melihat kalian mati karena bosan!" ajak Si Won yang sudah lebih dulu mencuci tangannya yang sebenarnya tidak kotor sama sekali.
"Apa kita mau mengelilingi Jeju!?" Ji Hyun sudah selesai mencuci tangannya, ketika melihat anggukan dari Si Won dia pun tertawa senang. "Yeah!"
"Asyik! Kalau begitu aku tidak akan menyesal berlibur ke sini!" teriak Ju Yeon meralat perkataan sebelumnya, Zhoumi juga berpikir begitu dia berharap memiliki waktu yang tepat untuk mendekati Ju Yeon. "Nado (Aku juga)." jawabnya tersenyum simpul.
Ryeo Wook dan Henry yang sudah pergi lebih dulu ke mobil tanpa cuci tangan, berteriak meminta agar teman-temannya itu berjalan lebih cepat.
***
Ke-8 lelaki Busan terus saja berputar di sekitar Namsan, mereka tidak mau jika dipisah untuk mencari Seo Hyun ke arah yang berbeda. Apa mereka tak menyadari sejak membeli tiket pun Seo Hyun tidak ada, bahkan ketika menuju pembelian tiket dia sudah tidak ada.
Chang Min yang sibuk bergabung dengan Kim bersaudara lupa akan Seo Hyun, sedang Jung Soo sibuk berargumentasi tentang sejarah Namsan Tower dengan Eun Hyuk, Dong Hae, Hee Chul dan juga Han Geng.
"Kalau seperti ini Seo Hyun tidak akan ketemu-ketemu, ayo kita berpencar!" Chang Min yang terlihat paling khawatir kembali mengusulkan ide tersebut.
"Akh, dia menyusahkan saja!" celetuk Eun Hyuk membuat Chang Min memandangnya geram, dan mulai marah seperti apa tebakan Dong Hae.
"Hyung... kau bilang menyusahkan!?Dia itu adikmu, kenapa kau berbicara seperti itu!" teriak Chang Min membuat takut Eun Hyuk, bahkan yang lainnya pun merasa ngeri melihat lelaki kalem sepertinya marah.
"Chang Min-ah aku juga peduli padanya, jadi jangan merasa kau yang paling khawatir! Dan ingat aku ini Hyung –mu!" ucap Eun Hyuk perlahan menunduk, Jung Soo menengahi dengan berkata.
"Sudahlah, ayo kita cari Seo Hyun lagi. Aku dan Lee bersaudara, dan kalian berempat pergi ke arah lain. Jangan lupa hubungi kami jika kalian sudah menemukannya," Jung Soo juga sama khawatirnya seperti Chang Min, tapi dia lebih terlihat tenang.
Mereka pun berpisah, dengan bijak Jung Soo dapat membuat Chang Min dan Eun Hyuk damai. Dia mengisyaratkan agar mereka tidak melakukan perdebatan lagi, Dong Hae dengan wajah polosnya meng-iyakan.
***
"Waaah, apa kita sedang berada di jembatan Banpo?" Seo Hyun berjalan memandang ke bawah jembatan, lelaki itu masih saja menggenggam tangan Seo Hyun. "Bisakah kau melepas tanganku, ini tidak nyaman." pinta Seo Hyun.
"Mianhae," ucap lelaki itu setelah melepas tangan Seo Hyun, "Jembatan ini benar-benar unik, apa benar ketika malam hari semprotan air yang keluar di sisi jembatan akan berubah warna?" pertanyaan Seo Hyun tak dihiraukan.
"YA, aku bertanya padamu!" kesalnya dan hanya dijawab. "Ya"
"Iya apanya!? Jangan-jangan kau orang jahat, atau teroris!?" todong Seo Hyun membuat lelaki itu tersenyum, senyum yang tak pernah ia keluarkan selama kurang lebih tiga tahun.
Tapi kini senyum itu merekah, dan suara yang jarang ia keluarkan pun kini terdengar begitu riang. Seo Hyun bilang ia baru pertama kalinya ke Seoul dan melewati jembatan unik yang menjadi icon di kota Seoul. Lelaki itu menjelaskan bahwa mereka berada di bawah Jembatan Banpo.
"Jadi ini Jembatan Jamsu!" tebak Seo Hyun senang.
Hari mulai sore dan mereka kini menyusuri Sungai Han tepatnya berada di Hangang Park yakni taman Sungai Han yang sering digunakan sebagai tempat olahraga seperti jogging dan bersepeda di pagi hari atau bahkan hanya ingin melihat indahnya air mancur di setiap sisi Jembatan Banpo.
Seo Hyun cukup mudah bergaul, memudahkan mereka untuk segera mengakrabkan diri. Sungguh mereka terlihat seperti sudah lama saling mengenal, dari guyonan yang keduanya buat diakhiri tawa yang menambah kenaturalan perkenalan yang baru beberapa jam itu.
Kini mereka berada di sebuah bangku di sisi Sungai Han, dengan perlahan Seo Hyun mengobati luka lelaki yang dia belum ketahui namanya itu. Berarti sudah dua kali ia merawat luka lebam dan memar yang sebelumnya tak pernah dilakukannya.
"Aw, appo (sakit)! Pelan-pelan dong!" protes lelaki itu membuat Seo Hyun kesal juga, karena sejak tadi lelaki yang sedang dia bantu memoleskan salep terus saja menyuruhnya lebih pelan.
"Mau sepelan apa lagi!" kesalnya masih berhati-hati. "Lagi pula kenapa kau berkelahi, lelaki memang seperti itu ya!" sebelumnya Seo Hyun tidak pernah melihat perkelahian, bahkan jika ketiga kakaknya bertengkar hanya adu mulut yang terjadi.
Paling ia hanya melihat perkelahian di drama-drama yang sering ia tonton bersama ibunya.
"Seperti itu apanya!? Mereka saja yang jahat!" kilah lawan bicara Seo Hyun.
"Apa yang kau lakukan sampai mereka memukulimu seperti ini?" Seo Hyun masih saja penasaran, sejak tadi dia bertanya tapi tak dijawab juga.
"Aku tidak melakukan apa pun! Kau jangan ikut campur!"
Seo Hyun pun terdiam, hening beberapa menit tak ada yang memulai pembicaraan. Sampai Seo Hyun sudah selesai memasang plester di pelipis lelaki misterius tersebut, sekarang itu julukan Seo Hyun untuk lelaki yang sedang bersamanya sekarang.
"Gomawo." ujar lelaki itu singkat.
"Cheonma (Sama-sama)," Seo Hyun menjawab dengan ringan dan ceria. "Ngomong-ngomong, siapa namamu?" merasa tidak enak jika tidak mengetahui nama, jadi Seo Hyun menanyakan hal itu. "Jangan bilang pria misterius." ia bergumam pelan.
"Heh, kau tidak mengenalku?" pertanyaan yang membuat Seo Hyun mengerutkan dahinya, dia sedikit bingung dengan pertanyaan lelaki misterius ini.
Bukankah mereka baru bertemu beberapa jam dan belum saling mengenal.
"Aku baru mengenalmu kemarin malam, malam itu adalah malam pertamaku di Seoul. Jadi ini adalah hari pertamaku di Seoul, liburan musim semi di sini cukup menarik sampai kau datang menerobos masuk ke kamarku!" jelasnya tanpa menyadari hal yang lain, bahwa dia ke Seoul bersama ke-8 lelaki yang sedang sibuk mencarinya.
"Memangnya kau siapa?"
"Kyu, panggil saja aku Kyu!"
Seo Hyun menatap lelaki yang baru saja menjawab pertanyaannya tak yakin.
"Kyu? Kalau begitu kau panggil saja aku Seo!" jawab antusias Seo Hyun disusul ucapan Kyu yang heran, apakah wanita di hadapannya ini sedang bermain-main.
"Seo...?" kini giliran Kyu bertanya, menuntut agar Seo Hyun memberitahukan nama lengkapnya.
Tak bisa keras kepala, Seo Hyun pun menyerah dan berkata. "Seo Hyun, namaku Lee–Seo–Hyun."
Kyu merasa ia telah memenangkan pembicaraan tersebut, ia tersenyum, lalu seketika senyumnya hilang ketika ia ingat kejadian yang selalu begitu selama 3 tahun.
Dia sendiri tidak tahu harus bagaimana, agar kenyataan yang sekarang berubah.
Kyu berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Sungai Han yang dari tadi dipandanginya, mulai menaiki satu besi pembatas sungai dan berpegangan di besi teratas.
Seo Hyun memperhatikannya menerka-nerka apa yang akan dilakukan Kyu selanjutnya? Tepat saat itu air mancur Jembatan Banpo pun keluar membuat Seo Hyun takjub.
"EOMMA, AKU MEMBENCIMU! AKU BENAR-BENAR MEMBENCIMU!" teriak Kyu bersamaan dengan keluarnya air, jelas terdengar oleh Seo Hyun yang sudah berada di sebelahnya.
Selama ini Seo Hyun sangat mencintai ibunya tak pernah ia berpikir untuk mengatakan bahwa ia membenci wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya. Lalu tergerak hatinya untuk memberi nasihat pada Kyu, walaupun ia tak yakin akan merubah pemikiran lelaki itu tentang ibunya.
"Hei, kau tidak boleh membenci ibu mu, seberapa beratnya kesalahan yang telah diperbuatnya, dia tetap ibunya yang telah melahirkanmu," Kyu menatap Seo Hyun, air matanya sudah berada di pelupuk. "Seorang ibu pasti sangat menyanyangi anaknya, dia melakukan apa pun untuk melindungi anaknya. Jadi kau jangan membencinya," kali ini air mata Kyu sudah menetes membuat jalur lurus di pipinya.
Sisi Kyu yang rapuh telah Seo Hyun ketahui, sepertinya ada banyak masalah di balik wajah penuh lukanya. Bahkan mungkin hatinya juga terluka,
"Kau tidak tahu apa yang aku alami." kini Kyu mensejajarkan tubuhnya dengan Seo Hyun, Seo Hyun masih terus memandang indahnya air mancur.
"Seberat apa pun masalah yang sedang kau hadapi, kau harus tetap menjalaninya dengan baik. Jika memang ibumu salah maafkan dia, karena dia pun selalu memaafkanmu dan tetap memberikanmu kehangatan yang tidak akan kau dapat ketika dia tiada." Kyu hanya tersenyum, senyum kecil yang tak dapat diartikan.
Eomma memang sudah tak ada, batin Kyu.
Selain 200 lampu menerangi air mancur seperti pelangi, kini mulai terdengar sinkronisasi musik yang disebut pertunjukan 'The Moonlight Rainbow Fountain'. Pertunjukan ternyata dimulai jam 8 malam ini, Seo Hyun merasa beruntung dapat melihatnya selama 15 menit.
Kyu ikut kagum dengan pertunjukan itu, sebelumnya dia tidak pernah memperdulikan apa yang terjadi di sekitarnya. Tapi kali ini berbeda, bahkan ia memberikan kalung bergandul kunci dari ibunya pada Seo Hyun. Awalnya Seo Hyun menolak, tapi pada akhirnya dia menerimanya dengan berjanji akan mengembalikannya lagi pada Kyu.
"Kalau begitu aku akan terus memakainya dan menjaganya, karena ini peninggalan dari ibumu jadi suatu saat nanti aku akan mengembalikannya lagi padamu. Jadi tetaplah kuat, do'a-ku selalu menyertaimu..." Seo Hyun tersenyum sendiri mendengar ucapannya, ia merasa senang karena Kyu mampu bercerita tentang ibunya yang telah tiada dan mulai membenci sang ibu karena telah meninggalkannya di usia muda.
Masih dalam pertunjukan air mancur pelangi, Kyu memasangkan kalung tersebut di leher Seo Hyun. Mungkin orang-orang yang sedang berada di sekitar Kyu dan Seo Hyun akan menyimpulkan bahwa mereka adalah sepasang kekasih.
"Ini sebagai tanda terima kasihku, jadi tidak kau kembalikan juga tidak apa-apa." ucap Kyu sambil memastikan bahwa kalungnya sudah terpasang dengan benar.
"Tidak, tidak, inikan milik ibumu... kalau begitu aku akan menjaganya untukmu?" ucap Seo Hyun menyangsikan.
***
Taksi berhenti tepat di gedung tinggi dengan nama besar yang terpampang bertuliskan 'Cho Hyun Hotel', Seo Hyun keluar dari taksi tersebut.
"Mianhae aku hanya bisa mengantarkanmu sampai sini." Kyu berbicara di dalam taksi dengan kaca yang terbuka, sehingga dia dapat berkomunikasi dengan Seo Hyun.
"Gwaenchana, gomawo (Tidak apa-apa, terimakasih)." senyum Seo Hyun mampu membuat tenang orang yang melihatnya, begitupun yang Kyu rasakan.
Dia beruntung telah bertemu dengan gadis itu, sedikitnya mampu merubah dirinya.
"Nado gomawo, karena kau sudah menemaniku hari ini. Masuklah, udara malam semakin dingin." perintah Kyu membuat Seo Hyun tersenyum, sebelum masuk ia meyakinkan bahwa ia akan menjaga apa yang Kyu titipkan padanya.
Dan jika mereka bertemu lagi dia pasti akan mengembalikannya, ulang Seo Hyun sama seperti saat di Hangang Park. Kini Kyu yang tersenyum dia bilang kalau Seo Hyun tidak mengembalikannya juga tidak apa-apa, ikut mengulang perkataannya kembali.
Mereka pun berpisah di depan hotel yang menjadi tempat pertama mereka bertemu. Hotel yang sangat dihindari oleh Kyu, entah kenapa.
Ketika Seo Hyun telah menghilang di balik pintu masuk Cho Hyun hotel, Kyu pun menyuruh supir taksi itu untuk meninggalkan bangunan mewah yang menyimpan banyak kenangan manis maupun buruk baginya. Tangannya memegang bandul kalung yang berbentuk hati, sambil bergumam.
'Aku harap dengan memberikan kalung ini kepada Seo Hyun, hidupku akan lebih mudah dan tidak merasa terbebani. Mianhae Eomma, aku tidak bisa menjaga kalung kuncimu, hanya kalung hatimu yang bisa aku jaga. Aku tidak melakukan hal yang salah, bukan?'
Kyu bergulat dengan pikirannya sendiri.
***
Seo Hyun berjalan dengan riangnya, seakan tak membuat kesalahan. Tepat di depan kamarnya ia dikejutkan dengan 8 lelaki yang berdiri menatapnya, ada yang terlihat kesal dan ada pula yang sangat khawatir. Kini Seo Hyun pun menyadari kesalahannya, ia menunduk dalam meminta maaf berulang kali.
"Kau dari mana saja? Kita mencarimu sejak tadi, kita mengkhawatirkanmu! Dan kau baru pulang semalam ini dengan wajah berseri seperti itu!" tegur Chang Min, orang yang paling khawatir akan hilangnya Seo Hyun.
"Mianhae, aku ke toilet dan lupa jalan untuk kembali." Seo Hyun terpaksa berbohong, ia tahu itu salah tapi jika ia menceritakan yang sebenarnya pasti Oppa-nya itu akan marah.
"Syukurlah kau tidak apa-apa, tapi lain kali jangan begitu lagi." Jung Soo ikut berbicara diikuti anggukan dari Jong Woon dan Han Geng yang menyetujui perkataan Jung Soo.
"Ponselmu?" Tanya Eun Hyuk.
Seo Hyun mengerti, ia segera merogoh benda persegi dari saku celananya. "Dalam mode diam... maaf, aku memang bersalah!" ucapnya buru-buru menunduk, menyesali perbuatannya.
"Istirahatlah pasti kau lelah, karena aku sangat lelah sekali!" Hee Chul melengos masuk ke dalam kamar dengan nomor 17, Eun Hyuk menyadari hal itu dan meracau tak jelas yang ditujukan untuk Hee Chul.
Dia tidak ingin seruangan lagi dengan Hee Chul, tapi rengekannya sama sekali tak didengar. Karena terakhir tidur dengan Hee Chul dia harus terjatuh dari ranjang tepat mencium lantai. Eun Hyuk terus menggerutu. Hee Chul terus bernyanyi tak peduli.
Hal kekanakan itu pun membuat yang lain berdecak menggelengkan kepala. Melupakan kejadian yang penuh kekhawatiran. Kini tinggal Seo Hyun dan Chang Min yang masih berada di depan kamar Seo Hyun.
"Masuklah," ujar Chang Min membelai rambut Seo Hyun lembut, itu yang sering ia lakukan pada adik perempuannya sejak kecil.
Mereka selalu bersama, pantas saja Chang Min sangat menyayanginya.
Ketika Seo Hyun akan menutup pintunya, Chang Min menahannya dan segera masuk. Ia memeluk Seo Hyun erat, dan itu berhasil membuat gadis itu terkejut.
"Oppa..."
"Aku tidak ingin kau menghilang dari hidupku, karena jika itu terjadi pasti aku akan sangat sedih. Berjanjilah untuk tidak menghilang dari penglihatanku walau hanya sedetik." Chang Min melepas pelukannya, terlihat air mata bening melintasi pipinya, merasa lega karena sang adik kembali dengan selamat.
Seo Hyun mencoba menghapus air mata kakaknya dengan jari-jari lentiknya. Tapi Chang Min menghentikannya, ia memegang tangan Seo Hyun.
"Aku mencintaimu." kalimat yang sering Seo Hyun dengar dari Chang Min, kali ini terdengar berbeda, "Benar aku mencintaimu, bukan karena kau adikku. Tapi aku mencintaimu karena kau wanita yang mampu menggetarkan hatiku."
"Oppa, tapi..."
Perkataan Seo Hyun terpotong oleh kecupan yang dilakukan Chang Min di keningnya. "Oppa tau itu salah, tapi Oppa benar-benar mencintaimu. Melihatmu sebagai wanita, dan Oppa berharap kenyataan kalau kita adalah saudara itu salah." Chang Min kembali membelai lembut rambut Seo Hyun, lalu berbalik meninggalkannya yang tertohok.
Gadis itu hanya mampu menatap punggung sang kakak yang menghilang di balik pintu, tanpa sadar air mata Seo Hyun keluar dari sudut matanya.
***
Suasana di keluarga Lee mulai berubah, Seo Hyun dan Chang Min tak lagi banyak bercanda. Eun Hyuk dan Dong Hae merasa aneh dengan keadaan mereka, berulang kali keduanya mencoba membuat tawa dengan saling menyuapi. Tapi nihil, yang biasanya mereka ikut saling menyuapi kini hanya saling menunduk. Dan membuat kecanggungan di antara keduanya.
Sang kepala keluarga juga merasakan suasana yang tak biasa, dan bertanya pada istrinya. Namun Ji Woo tak tahu, begitupun ketika mereka bertanya pada Eun Hyuk dan Dong Hae keduanya dengan kompak mengangkat bahu.
"Kenapa kau duduk di sini? Cepat pindah!" Eun Hyuk menyuruh Seo Hyun pindah ke tempat duduk biasanya, yaitu di belakang kemudi berarti di samping Chang Min.
"Ppali!" Seo Hyun tetap duduk tak bergeming, seakan tak ingin terpisah Eun Hyuk menoleh pada Dong Hae dan lagi adiknya itu hanya mengedikan bahu.
"Jalan saja." perintah Chang Min.
Eun Hyuk pun menurutinya enggan sambil menggerutu. "Aku ini Hyungmu," ujarnya sekedar mengingatkan, "Tak kau suruh pun aku akan jalan." ia menambahkan sembari menekan gas mulai melajukan mobil.
"Sebenarnya apa yang terjadi!Semenjak pulang dari Seoul kalian saling diam!?" Dong Hae bertanya dengan hati-hati, malah terdengar seperti bukan pertanyaan. Dan tidak ada yang berniat menanggapinya,
"Dong Hae-ya aku tak mau pisah denganmu!" tengok Eun Hyuk ke belakang, dilihatnya wajah Dong Hae yang polos.
"Hanya sementara Hyung! Jangan seperti anak kecil!"
Sebenarnya Seo Hyun ingin tertawa mendengar percakapan kedua Oppanya itu, tapi ia urungkan niatnya karena sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya semalaman sampai tak bisa tidur.
***
"Si Won-ah, lain kali kalau kita berlibur ke rumah kakekmu lagi ya! Itu sangat menyenangkan!" Ju Yeon selalu membuat ramai keadaan dengan suaranya itu, dia mampu menyita beberapa orang untuk memperhatikannya.
"Bukankah kau menyesal ikut berlibur denganku, Ju Yeon-ah?!" sindir Siwon.
"Bukankah aku sudah meralatnya, setelah kau mengajak kita ke Gua Manjang. Terus ke kota Seogwipo untuk melihat Air Terjun Jeongbang lalu ke Kebun Raya Yeomji! Itu cukup menyenangkan!" jelas Ju Yeon, yang lalu memandang Seo Hyun risih.
"Baiklah nanti aku akan ajak kalian lagi..." suara Siwon mengecil ketika menyadari Seo Hyun yang berada di antara mereka, dia berpikir kalau Seo Hyun saat ini sedang marah.
"Aku juga ikut, oke!" ujar Ji Hyun yang sibuk membaca surat-surat yang bukan miliknya. "Aigoo, yeoja ini... sepertinya sangat menyukaimu Henry!" merasa namanya disebut Henry pun menghampiri Ji Hyun, dan mengambil paksa surat yang Ji Hyun pegang lalu membacanya.
"Seo Hyun-ah, apa kau marah karena kita tidak mengajakmu ke Pulau Jeju?" Tanya Ju Yeon dengan hati-hati, dari tadi ia memperhatikan Seo Hyun yang hanya terdiam dan dia menyimpulkan kalau temannya itusedang marah.
Seo Hyun mengatakan kalau dia tidak marah pada Ju Yeon, dia hanya sedang memikirkan sesuatu saja. Dan ketika Ju Yeon menanyakan bagaimana liburan Seo Hyun di Seoul, Seo Hyun hanya menjawabnya singkat dengan kata 'Cukup menyenangkan'.
Ryeo Wook memasuki ruang kelas dengan berlari, tentu itu membuat orang yang berada di dalamnya memandang aneh padanya. Dia berlari seperti anak kecil.
"Seo Hyun-ah!" teriaknya menghentikan langkah tepat di hadapan gadis berwajah lesu dengan lingkar mata hitam, "Apa benar kau berpacaran dengan Jung Soo Sunbae?!!" pertanyaan Ryeo Wook terlontar begitu lancar, dan mampu menyita perhatian setiap orang yang mendengarnya.
Dengan santainya Seo Hyun menjawab. "Iya," yang membuat keterkejutan di ruangan tersebut.
Bagaimana tidak leader Power Boys yang memiliki banyak fans lebih memilih Seo Hyun yang jelas-jelas tak menyukai Power Boys karena terlihat terlalu berbeda dengan mahasiswa lain. Apa yang istimewa? Pikirnya,
.
.
To be continued,
Author selalu mengingatkan agar readers memberi vote beserta comment-nya, terima kasih sudah membaca Bittersweet... terus ikuti chapter selanjutnya ya ^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro