Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 19 : 'Hidup Bebas'

Tangan Seo Mi bergetar memegang ponsel, dia sangat terkejut mendengar perkataan seseorang lewat telepon. Mereka sudah bersembunyi cukup lama di rumah itu, Sung Min melarang mereka untuk keluar. Rencana yang telah mereka buat gagal, karena kekurangan pemeran dalam taktiknya. Do Jin tak menyerah begitu saja, dia berusaha keras untuk mendapatkan apa yang dia inginkan sekali pun harus membunuh.

"Siapa yang menelepon?" Kyu Hyun keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah. "Ada apa?" melihat Seo Mi bersikap seperti itu membuat rasa penasarannya bertambah.

"Kau tidak boleh keluar, mereka sudah berada di sekitar sini." ketakutan menyergapi Seo Mi. Dia takut sesuatu yang buruk terjadi pada Kyu Hyun, bagaimana tidak mereka adalah orang-orang berbahaya, pikirnya sembari menggigiti kuku.

Ki Bum baru saja menghubungi Seo Mi, ia memberi tahu semua rencana ayahnya yang tak sengaja ia dengar ketika hendak berkunjung ke ruang kerja lelaki bernama Do Jin itu.

"Sung Min sudah sangat memperingati kita, tapi aku bosan. Aku ingin cari udara segar!" langkah Kyu Hyun terhenti ketika Seo Mi memegangi lengannya erat, sambil menggeleng. Itu artinya ia tidak mengizinkan lelaki itu pergi kemana-mana.

"Tadi Ki Bum yang menghubungimu," Seo Mi menunjukan ponsel di tangannya, menambahkan dengan was-was, "Dia benar-benar mendengar rencana ayahnya untuk melukaimu demi membuatku memberikan kalung kunci ini!" tak sengaja Seo Mi menarik kalung yang ia pakai dengan keras, sehingga membuat luka di lehernya.

"Kau gila! Lihatlah lehermu berdarah, dari awal kalung ini memang darah! Dia penyebab semua masalah, lebih baik aku memberikannya." dihapusnya darah di leher Seo Mi, dia mencoba melepas kalung tersebut. Tapi dicegah oleh Seo Mi, dia mengancam akan bunuh diri dengan mencekik lehernya menggunakan kalung yang ia pakai.

Kyu Hyun mendesah, menatap mata gadis itu yang terlihat mampu untuk melakukannya. "Kau benar-benar sudah gila!" sungutnya terpaksa menurut.

Sepertinya Seo Mi benar-benar takut kehilangan lelaki yang telah menemaninya selama hampir dua bulan ini. Dia juga pernah melihat dengan jelas saat anak buah Do Jin tak segan-segan memukulinya yang seorang wanita, syukur saat itu Kyu Hyun dan Sung Min datang tepat waktu.

~ ~ ~

"Seo Mi-ya kau baik-baik saja?" Kyu Hyun datang setelah melemparkan balok kayu sembarang, bergegas melepaskan ikatan di pergelangan tangan dan kaki Seo Mi, terakihr ia melepas lakban yang menutupi mulut gadis itu.

Seo Mi berhambur memeluknya, mengetahui betapa bahayanya kehidupan yang dilalui seorang Cho Kyu Hyun. Dia menangis tersedu saat mendapat pelukan menenangkan dari lelaki tersebut, namun sama sekali tak terlintas keinginan untuk meninggalkan Kyu Hyun dengan segudang masalahnya.

"Tenang saja mereka tidak berhasil mendapatkan kalungnya." ucap Seo Mi disela isak tangisnya.

"Persetan dengan kalung itu! Kau lebih penting dari benda sialan itu! Jadi jangan pernah keluar sendirian tanpaku." kata Kyu Hyun dengan marah, napasnya naik turun saking marahnya terhadap perlakuan Do Jin yang kembali terulang.

~ ~ ~

Mereka menjadi lebih berhati-hati setelah diculiknya Seo Mi minggu lalu. Kemanapun Kyu Hyun pergi Seo Mi selalu mengikutinya, bahkan ke kamar mandi sekali pun.

"Aku akan ke kamar mandi, kau mau ikut?" anggukan polos Seo Mi membuatnya terkejut. Kyu Hyun berjalan menuju kamar mandi, dan Seo Mi masih mengikuti. Dia yakin kalau anggukan wanita itu benar.

"Tenang saja aku akan menunggumu di sini!" pipi kemerah-merahan akibat malu kini terlihat jelas di wajah Seo Mi, membuat Kyu Hyun lega.

"Dia belum sepenuhnya gila, apa kepalanya terkena pukulan benda keras ya... aish Kim Do Jin, tak akan aku biarkan kau melukai orang-orang terdekatku lagi!"

Sampai malam tiba Seo Mi masih melakukan hal yang dianggap konyol oleh Kyu Hyun. Bahkan dia menyuruh Kyu Hyun tidur bersamanya, menolak pun tak ada gunanya. Dengan mudah Seo Mi bilang akan tidur di sofa bersamanya.

"Cepatlah tidur, apa kau tidak lelah mengikutiku terus! Kau berlaga seperti penjagaku dan itu membuatku agak malu!"

Mereka memilih tidur di kasur ketimbang sofa yang sempit, Seo Mi masih saja memegang tangan Kyu Hyun erat.

"Ya aku adalah penjagamu, maka dari itu jangan jauh dariku."

"Apa kau sangat mengkhawatirkanku?"

Seo Mi menggeleng. "Aku mengkhawatirkan diriku sendiri, kau lupa ayah tirimu itu menyekap dan memukuliku, berulang kali menanyakan kalung kuncimu itu! Dan untungnya dengan kecerdasan yang ku miliki, dia tidak bisa menemukannya..." kata Seo Mi merasa bangga telah berhasil menjaga benda tersebut.

Iya, dia berpikir untuk tidak memakainya ketika keluar untuk membeli sesuatu di mini market dan menyembunyikannya di tempat yang tidak diketahui siapa pun termasuk Kyu Hyun.

"Aku suruh kau kembali ke Busan dan kau bilang tidak mau, sebenarnya apa maumu?" tanya Kyu Hyun merasa bersalah karena Seo Mi harus mengalami hal seperti itu, ia memiringkan badannya guna melihat lebih jelas lawan bicaranya.

Begitu juga dengan Seo Mi yang tengah melihat ke arahnya, dia memandangi wajah lelaki itu dan entah mengapa merasa kasihan padanya. Tangan yang awalnya menggenggam erat tangan Kyu Hyun, beralih menyentuh bekas luka di dahi lelaki itu.

"Menurutku hidupmu terlalu menyedihkan, dan aku tidak bisa meninggalkanmu sebelum kau dapat hidup bebas... yaaa aku kira hidupku adalah yang paling tidak beruntung, jadi aku putuskan tidak akan menyelesaikan masalahku sebelum masalahmu selesai." jelas Seo Mi merapihkan helai rambut Kyu Hyun agar dapat menutupi bekas luka sepanjang 3cm. "Tidakkah kau merasa kesepian melewatinya sendirian? Jadi aku mohon izinkan aku untuk membantunmu... toh aku sudah terlibat...-"

Perkataan Seo Mi terpotong, matanya membulat mendapati Kyu Hyun mencium bibirnya. Tangannya kini berada di belakang kepala Kyu Hyun, dan untuk beberapa detik Seo Mi hanya terdiam. Mungkin karena ini adalah ciuman pertamanya, maka dia sangat terkejut oleh perbuatan Kyu Hyun.

Tautan mereka terlepas. Pandangan keduanya saling bertemu. Seo Mi mendadak duduk tegak, ia merasakan detak jantung dengan tangannya. Perasaan menyenangkan seperti sekarang ini baru dia rasakan, jelas berbeda saat dirinya bersama Chang Min maupun Jung Soo.

"Keluar dari kamarku," perintah Seo Mi dengan gugup menghindari pandangan Kyu Hyun.

Lelaki yang disuruh keluar itu melakukan pergerakan, kontan Seo Mi turun dari ranjang.

Kyu Hyun terkekeh. Dia juga turun di sisi lain ranjang, kemudian menjawab, "Setahuku ini adalah kamarku, jadi tidak seharusnya kau menyuruhku keluar."

Seo Mi menelan ludah. "Baiklah kau tidak perlu keluar, biar aku saja yang keluar dan tetap terjaga untuk mengawasimu." katanya mencoba keras agar tidak tergagap.

Belum juga dua langkah, Seo Mi sudah tidak bisa bergerak karena ulah Kyu Hyun yang memeluknya dari belakang. "Aku berjanji akan segera hidup bebas, setelah itu kau bisa kembali ke keluargamu dan menyelesaikan masalahmu. Asalkan saat bersamaku kau tidak terluka," kepala Kyu Hyun terjulur melewati bahu Seo Mi yang sedikit bergetar akan perbuatannya.

"Soal ciuman tadi, anggap saja sebagai tanda terima kasihku karena kau sudah memperdulikanku." imbuh Kyu Hyun melepaskan tubuh menegang yang tak diketahuinya.

Tanpa berbicara apapun Seo Mi terburu-buru keluar dari ruangan, dia tidak habis pikir Kyu Hyun memberikan sebuah ciuman sebagai tanda terima kasih.

"Nappeun nom." sungutnya menutup pintu dengan keras.

Kyu Hyun tertawa. "Imut sekali, padahal dia bilang ingin tidur bersamaku... sayang sekali." katanya memukul bibir pelan seraya berkata dasar nakal.

***

Dengan santai seorang lelaki berjalan menyusuri Sungai Han, dia tidak menyadari bahwa sejak keluar dari rumahnya ada beberapa orang yang mengikutinya. Merasa tidak ada bahaya dia terus berjalan, sampai ke tempat biasa yang sering ia datangi bersama Seo Mi. Sudah sebulan lamanya dia tidak mengunjungi Taman Han Gang, lebih baik jika datang bersama-sama.

Kyu Hyun mencium harum bunga lily di tangannya. "Ketakutan Seo Mi salah, sejauh ini aku baik-baik saja! Seharusnya aku ajak penjagaku, mianhae Seo Mi-ya!" selesai dengan perkataannya, Kyu Hyun merasakan ada yang memukul kepalanya dari belakang.

"Yak!" teriaknya. Berpikir sejenak, "Seo Mi-ya, apa kau mengikutiku..." volume suaranya mengecil ketika berbalik, melihat segerombolan orang yang menatapnya sangar.

"Ketakutan Seo Mi benar." gumamnya, mencoba kabur dengan melawan sepuluh orang yang kekuatannya di atas rata-rata.

Sebuket bunga lily yang sempat dipertahankannya terjatuh, kemudian terinjak-injak. Rencananya hari ini dia ingin menyatakan perasaannya, dan mengatakan bahwa ciuman itu berasal dari lubuk hatinya. Kyu Hyun telah jatuh cinta pada Seo Mi.

Usaha Kyu Hyun tak sebanding dengan jumlah lawan, sampai ia mendapatkan satu pukulan yang membuatnya jatuh pingsan.

***

Pagi itu Seo Mi terbangun, dia langsung mengingat ciuman semalam. "Aish Cho Kyu Hyun!" pekiknya seperkian detik kemudian tersadar bahwa dirinya berada di atas kasur, padahal seingat Seo Mi, dia memilih tidur di sofa.

"Dia tidak benar-benar tidur bersama ku, kan?" pikir Seo Mi selagi melangkah menuju pintu, "Kyu Hyun-ah! Kau di mana!" panggilnya mengedarkan pandangan keseluruh ruangan.

Namun tak ditemukannya sosok yang ia cari itu, dapur terlihat sudah bersih dan di meja makan ada sepiring nasi telur omelet yang sedikit gosong. Disebelahnya selembar post it kuning tertempel.

Jangan cemas aku hanya pergi sebentar untuk mencarikanmu bunga lily, terlalu pengap juga terus-terusan berada di dalam ruang bawah tanah.

~

Tulisan itu mampu membuat Seo Mi tercekat, dia tidak habis pikir kenapa lelaki itu sangat ceroboh. Pergi sendirian tanpa dirinya, dan juga Sung Min yang baru saja datang dengan senampan penuh makanan.

"Dia pergi keluar dan menyuruhku untuk tidak cemas."

"APA!" reaksi Sung Min membuatnya tersentak. "Sudah aku bilang halangi dia agar tidak keluar!" bentaknya.

"Kau pikir aku tidak melakukannya, semalam aku hampir tidur... lupakan!" tukas Seo Mi tak terima dibentak seperti itu, "Biar aku menyusulnya, aku tahu dia berada dimana." sambung Seo Mi kembali menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

***

Cho Hyun Group telah sukses melebarkan sayapnya di negara sendiri, kerja sama dengan pihak investor dari prancis berhasil. Hotel yang didirikan di pulau Jeju mendapat respon baik, selain memuaskan mereka juga menyediakan guide untuk para pengunjungnya yang ingin berkeliling melihat keindahan pulau dengan berbagai tempat wisata yang eksotis.

"Ternyata kau dapat dipercaya, aku kira kau memihak pada Tuan Jung atau setidaknya kau sangat menyayangi anakmu dan berada dipihaknya." Do Jin sangat puas dengan kerja keras Kwang Joon, direktur yang lebih muda dari presdir-nya itu tersenyum entah senang atas promosi jabatannya atau mendapat tanggung jawab atas hotel yang berada di Jeju.

"Aku tidak berada di kedua pihak, aku hanya ada di pihakku sendiri." pengakuan Kwang Joon membuat kebingungan tersendiri untuk Do Jin, dia menyimpulkan bawahannya itu bersikap netral. Dia tidak menaruh kecurigaan pada pemilik saham terbesar kedua setelahnya.

"Kau lebih berpendirian dariku, apa benar kau tidak berhubungan dengan Kyu Hyun? Sepertinya kau merencanakan sesuatu, tapi saat ini aku percaya padamu!" ponsel Do Jin berbunyi, dia menerima telepon yang entah dari siapa.

"Kau sudah mendapatkannya, nanti malam aku akan ke sana, terus awasi dia jangan sampai kabur lagi." sepertinya kali ini dia puas dengan kinerja kotor bawahannya, Kwang Joon mengerti siapa yang Do Jin maksud. Dia tersenyum melihat Do Jin, begitupun sebaliknya.

"Apa presdir tidak lupa akan ada rapat proyek baru dengan perhotelan gabungan di Indonesia." Kwang Joon mengingatkan, dan Do Jin segera berdiri mengajak teman kerjanya untuk pergi. "Sebenarnya rapat ini untukmu, Kim Do Jin." lanjutnya dengan pelan, tersenyum licik di belakang atasannya itu.

***

Suasana rumah besar di antara banyaknya rumah di kota Seoul sangat berbeda, sepi dan sangat dingin. Ki Bum yang sedang mengajak kakeknya berkeliling di taman, sengaja bersembunyi ketika melihat Tuan Yong yang terlihat sedang melaporkan sesuatu pada seseorang yang ia telepon. Dan sudah dipastikan orang itu adalah ayahnya, samar-samar Ki Bum dapat mendengar pembicaraan mereka.

Setelah Tuan Yong selesai dengan pembicaraannya, dia dikagetkan dengan Ki Bum dan Tuan Jung yang berada dibelakangnya. Senyum khas Kim Ki Bum terlontar sangat manis, kecurigaannya tak terlihat sama sekali.

"Tuan Yong, sepertinya kau mendapatkan pekerjaan baru dari ayah, apa itu? Katakan padaku!" mengetahui Tuan Yong yang sangat setia pada ayahnya, dia tidak mungkin memberitahukannya pada anaknya sekali-pun. "Ayahku tidak pernah percaya padaku, jadi seharusnya kau melakukannya juga! Baiklah, cepat atau lambat aku akan mengetahuinya! Lakukan hal burukmu itu sebelum aku menggagalkannya!" Ki Bum kembali mendorong roda yang diduduki kakeknya, Tuan Yong menunduk sopan pada pendiri Cho Hyun Group.

Tuan Jung sedang sakit sehingga mengharuskannya untuk duduk di kursi roda, sebenarnya ia ingin melawan Do Jin. Tapi kondisi tubuhnya tidak memungkinkan.

"Kakek!" seorang wanita yang lebih tua dari Ki Bum mendekati mereka, dia mengambil alih tugas Ki Bum. "Kau pasti lelah, biar aku yang mendorongnya." ramahnya tak sedikit pun tak terlihat benci pada adik tirinya itu.

"Ah Ra Eonni... Mianhae." wanita itu ternyata kakak perempuan Kyu Hyun yang pergi menghilang tanpa kabar, Ki Bum tahu kakaknya itu tidak benar-benar pergi. Dia mengaku Do Jin memang menyuruhnya untuk pergi, tapi dia memohon agar tetap di Seoul bersama kakeknya.

"Kau selalu meminta maaf untuk sesuatu yang dilakukan ayahmu, aku tidak akan memaafkanmu jika kau berkata seperti itu lagi!" mereka cukup dekat, bahkan ketika Ah Ra tahu sikap asli Do Jin yang kasar ia tidak menjauhi Ki Bum seperti apa yang dilakukan Kyu Hyun.

Dia hanya bersikap dingin, tapi seorang Ki Bum yang masih kecil saat itu tidak tahu apa-apa. sehingga ia luluh dan tetap memberikan kehangatan seorang kakak, sama rata dengan apa yang ia berikan pada Kyu Hyun.

"Ki Bum-ah, kakakmu benar. Kau tidak harus melakukan itu." suara pelan yang nyaris hilang keluar dari bibir Jung Jae Won, pemilik Cho Hyun Group sebenarnya dan masih berhak akan perusahaan tersebut.

Dia juga tidak menyalahkan Ki Bum atas perbuatan menantunya yang diluar nalar, benar-benar dibutakan oleh harta.

***

Pagi sangat indah dengan cahaya matahari yang menghangatkan tubuh, air embun masih menempel dibeberapa daun hijau. Sebagian mahasiswa memilih datang lebih awal untuk tugas, bahkan hanya ingin terlihat lebih rajin. Tapi berbeda dengan pasangan yang sedang duduk di taman kampus, mereka datang lebih awal karena ingin segera bertemu satu sama lain.

"Aku akan membuka sebuah butik, kau tahu impianku bukan?" suara angin tidak membuat mereka dingin sama sekali, berpikir memiliki sebuah impian itu penting sang lelaki menanggapi.

"Ju Yeon ku ingin menjadi desainer hebat, dan aku ingin menjadi seorang jaksa!" dengan postur tubuhnya yang tinggi dia terlihat gagah, terbayang dikeduanya saat impian mereka terwujud.

"Jaksa, tidak terlalu buruk!" ketika sedang asyik membahas tentang mimpi, keduanya dikagetkan dengan kehadiran dua orang yang memang berniat untuk membuat mereka terkejut.

Dua orang tersebut duduk di antara mereka, terpaksa Zhoumi dan Ju Yeon bergeser.

"Apa yang kalian bicarakan? Impian untuk menjalin rumah tangga ya!" yang pertama menggoda adalah So Min, dia begitu senang hari ini karena Chang Min menjemputnya dan berangkat bersama-sama ke kampus sepagi ini.

"Bukan!" serempak Zhoumi dan Ju Yeon salah tingkah.

"Tidak apa-apa jika tentang itu, aku hanya mengkhawatirkan Hee Chul Hyung. Apa dia mau didahului oleh adiknya!" kini giliran Chang Min yang menggoda, membuat pasangan ini malu.

"Sepertinya memang harus setelah Hee Chul Hyung." bagaimana Zhoumi menyimpulkan seperti itu, karena Hee Chul sendiri yang mengatakannya.

"Chang Min Oppa, bagaimana? Apa ada kabar terbaru tentang Seo Hyun?" begitu mudah untuk Ju Yeon mengalihkan pembicaraan, dia tahu kalau Chang Min sangat menyayangi adiknya itu. tapi sekarang rasa sayangnya hanya sebatas kakak kepada adik saja.

Chang Min bercerita tentang Tae Yeon yang menemukan poto Keluarga Lee di kamar hotel yang ia tempati sebelumnya. Tapi ia masih belum mengerti kenapa kamarnya sangat berantakan, apa Seo Hyun dalam masalah saat itu. Yu Ri sendiri berpendapat berbeda, jika terdapat masalah pelecehan pihak hotel harus menanganinya.

Tapi tak ada berita seperti itu yang menyebar, mungkin karena hotel berbintang mereka bisa menutupinya. Yu Ri menambahkan mungkin ada yang dengan sengaja menghancurkannya agar Seo Hyun keluar, tapi kenapa orang itu melakukannya. Dan akhirnya mereka tidak mendapat petujuk lainnya...

***

Rapat direksi telah selesai, dan yang paling kecewa adalah Do Jin. Rapat ini memang membicarakan tentang penggabungan hotel Korea Selatan dan Indonesia, tapi tujuan sebenarnya adalah untuk menurunkan Do Jin dari jabatan Presiden Direktur di Cho Hyun Group.

Alasannya karena pewaris sah perusahaan itu sudah cukup umur untuk menduduki posisinya. Ketika Do Jin keluar dia langsung marah-marah, bagaimana bisa seorang lelaki seperti Cho Kyu Hyun dapat mengambil alih perusahaan hanya karena usia yang sudah cukup dewasa.

Tuan Yong telah datang untuk memberitahukan bahwa dirinya sudah membuat kesalahan. Dia merasa Ki Bum mendengar pembicaraannya dengan Do Jin, walau-pun lewat telepon tapi itu terdengar jelas oleh Ki Bum yang memang memiliki IQ di atas rata-rata. Jadi dia bisa mengerti dengan apa yang dibicarakan mereka hanya melalui gerak bibir.

Do Jin tak segan-segan memukul bawahannya, ia memarahinya dengan cacian. Disisi lain seseorang tengah memperhatikan mereka. Dia seakan senang mendengar kenyataan berpihak padanya.

***

Apa yang dikhawatirkan Tuan Yong benar-benar terjadi, Ki Bum mengetahui rencananya dan Do Jin. Akan dilaksanakan malam ini, tapi ia tidak tahu tempatnya dimana. Sekarang ia sedang membicarakan hal tersebut dengan Seung Yeon, ketika ia datang Seung Yeon sedang bersama Eun Hyuk, Dong Hae dan Shin Dong. Jadi ketiga lelaki itu mendengarkan apa yang Ki Bum katakan.

Ki Bum ingin membuat rencana untuk menolong Kyu Hyun tapi dia butuh bantuan. Dong Hae bersedia untuk membantunya, tapi itu tidak cukup pasti mereka hanya akan gagal dan berakhir dengan penuh luka jika tidak bisa melaksanakannya dengan benar.

Seung Yeon memohon pada Eun Hyuk dan Shin Dong, keduanya menolak dengan berbagai alasan. Eun Hyuk bilang dia tidak mau mati muda, dia ingin menikah dengan Hyo Young. Apa lagi Shin Dong yang sebentar lagi menjadi seorang ayah, tidak mau meninggalkan istrinya yang sedang hamil muda.

Untuk Shin Dong semuanya memahami, tapi Eun Hyuk, mereka tetap memaksanya agar ikut. "Ayolah Hyung! Kau tidak akan mati muda, Hyo Young akan bangga padamu" bujuk Dong Hae, dia berharap kakaknya itu dapat dewasa. Dan tidak bersikap egois, Seung Yeon-pun menaruh banyak harapan padanya. Sedang Ki Bum hanya diam, tiga orang pun tak cukup.

"Hmm, baiklah! Jika adikku dalam masalah aku juga akan menolongnya, aku anggap aku sedang menolong adikku!" ujar Eun Hyuk terdengar bijak, jika Hyo Young ada di sini ia pasti senang.

Mendengar Eun Hyuk berbicara seperti itu membuat Ki Bum lega, tapi tetap saja dia merasa pesimis. Kali ini pasti ayahnya akan melibatkan banyak orang, dan mungkin akan ada orang yang terbunuh.

"Ini masih belum cukup!" frustrasinya membuat yang lain pesimis juga.

"Aku akan membantumu," tiba-tiba seseorang datang dengan beberapa anak buahnya, Ki Bum dan Seung Yeon tahu kalau lelaki itu pernah bekerja sebagai pelayan dikediaman Keluarga Cho. Rasa rendah diri pun hilang.

"Sung Min!" serempak Ki Bum dan Seung Yeon, yang lain hanya diam tak tahu apa-apa. mungkin setelah ini mereka akan mengetahuinya, dan mengenal tentang Cho Hyun Group.

Eun Hyuk berdehem. "Apa nanti aku akan mendapat bayaran?"

Semua mata tertuju padanya, otomatis Eun Hyuk menjadi kikuk karena ditatap oleh tampang serius.

***

Siang telah berganti malam, dan Seo Mi masih terus berjalan tak pasti. Dia mulai putus asa dan berpikiran tentang hal buruk yang terjadi pada Kyu Hyun. Meneleponnya sudah ia coba berulang kali, tapi tidak ada yang menjawab.

Tanpa sadar kakinya membawa dia ke gedung Cho Hyun Hotel, mungkin Kyu Hyun kembali disekap di dalamnya. Tapi itu terlalu mudah untuk ditemukan, bukankah Ki Bum selalu membantunya untuk keluar. Pasti kali ini tempatnya harus berbeda dan ditempat paling tersembunyi.

"Bodoh kenapa dia keluar hanya untuk membeli bunga ini." Seo Mi melihat sendu buket bunga lily yang sudah tak indah lagi, dia menemukannya di tempat yang biasa dia datangi bersama Kyu Hyun di tepi Sungai Han.

~

Di dalam gedung tua yang sudah tak terpakai, terlihat seorang lelaki yang tengah terikat disebuah bangku yang memiliki sandaran. Kedua tangan dan kakinya terikat kencang, sehingga membuatnya tak bisa berbuat apa-apa selain menerima pukulan dari beberapa orang. Ponselnya sejak tadi berbunyi, rasanya ia ingin mematikan ponselnya itu. Agar seseorang yang menelponnya tidak datang menemuinya.

Do Jin datang dengan Tuan Yong, dia menyuruh agar anak buahnya berhenti memukuli lelaki muda itu. Sebelum lelaki itu mati, dia harus mendapatkan dokumen peralihan kekuasaan yang ia ketahui berada di brankas milik almarhum istrinya. Ia mendekati Kyu Hyun yang penuh darah.

"Kau sangat berusaha keras untuk menjatuhkanku! Jawab aku, apa selama ini kau dibantu oleh Cho Kwang Joon?!" dipegangnya dagu Kyu Hyun dengan kasar, memperlihatkan wajah putih pucatnya yang ternodai darah merah.

"Apakah dia bisa membantuku, sedangkan dia berkhianat!" Kyu Hyun berteriak.

Dia tidak pernah bertemu dengan Kwang Joon lagi setelah Jung Jae Won memenjarakannya, saat itu kakeknya termakan omongan Do Jin, sehingga dia tak mempercayai menantunya lagi.

Kyu Hyun sangat membenci Kwang Joon, ayahnya yang terlihat jahat dan serakah. Setahun kemudian dia mengetahui bahwa yang menggelapkan dana untuk pembangunan Cho Hyun Hotel adalah Do Jin, pegawai yang menggantikan peran ayah sekaligus menjadi pimpinan perusahaan.

Tapi saat Kwang Joon keluar dari penjara dia terlihat sangat ingin menguasai Cho Hyun Group sama seperti Do Jin. Kyu Hyun kembali dibuat ragu dengan keadaan dan terpaksa hidup sebagai pelarian, bersembunyi dari tempat satu ke tempat lainnya.

"Aku kira kalian bersekongkol, untuk membunuhku." dihempaskannya dagu Kyu Hyun. Dia beralih pada Tuan Yong yang sepertinya mengetahui sesuatu.

"Aku baru ingat, kalau Sung Min yang telah membantunya! Apa mungkin dia adalah kaki tangan Kwang Joon!?" lelaki yang berusia 30 tahun itu kembali mendapat hantaman dari Do Jin, dia selalu berpikir untuk pindah pada pihak lain. Tapi ini sudah terlambat, sekarang apa yang harus dia lakukan.

Yong Tae Woon yang dulunya sangat setia pada Keluarga Jung juga telah berkhianat, karena keegoisannya untuk balas dendam pada Jung Jae Won yang sangat tega melarangnya untuk pulang, menjenguk ayahnya yang sakit, sampai ia terlambat kepemakamannya. Beralih memihak Do Jin meski ia harus menerima perlakuan semena-mena, seperti pukulan yang baru saja didapatnya.

Dering telepon kembali berbunyi, itu membuat Kyu Hyun panik. Do Jin menyadarinya, dia yakin kalau suara itu berasal dari ponsel anak tirinya. Dia mendekati Kyu Hyun, dan segera mencari ponsel yang terus berdering. Ketika Do Jin menemukannya, dering pemanggil berhenti. Dia membaca siapa yang baru menelpon, dan berniat untuk menelponnya kembali.

"Cho Seo Mi." tawa sengit Do Jin terdengar bergema, Kyu Hyun semakin pucat. "Apa dia wanita Busan itu? Aku yakin ini dia, benarkan Kyu Hyun-ah!" telepon telah ia sambungkan, tak lama untuk menunggu pemilik nomor mengangkatnya.

"Kyu Hyun-ah, kau di mana? Apa kau baik-baik saja? Aku mencarimu sejak tadi pagi!" suara wanita di seberang sana terdengar sangat cemas, Kyu Hyun juga dapat mendengarnya dengan jelas.

"Dia berada di gedung kosong, di belakang Cho Hyun Hotel! Jika kau ingin dia baik-baik saja datanglah kemari, kau harus datang sendiri dan bawa juga kalung kunci sialan itu!" mendengar bukan suara Kyu Hyun yang menyahut, Seo Mi terkejut itu pasti suara seseorang yang menyekap Kyu Hyun. Kim Do Jin.

"Jangan, kau jangan kemari Seo Mi-ya! Aku baik-baik saja!" teriak Kyu Hyun jelas terdengar oleh Seo Mi, dia mulai panik. Suara pistol terdengar begitu nyaring, bahkan Tae Woon tidak tahu kalau Do Jin membawa senjata itu. Kenapa harus melakukan sejauh ini.

***

Bagaimana tanggapan readers mengenai bagian ini?

Alesta Cho.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro