Chapter 12: 'Orang baru'
Gedung bertingkat dengan tulisan diatasnya 'Star House Entertainment', begitu ramai oleh para pemburu berita. Kenapa tidak? Salah satu anak asuhannya akan menikah, dan itu membuat dunia hiburan heboh dibuatnya. Dua lelaki yang mencoba masuk ke dalamnya merasa kebingungan dan lagi wartawan-wartawan itu mendorongnya.
Seorang wanita juga sedang melakukan hal yang sama, dia mencoba menerobos kerumunan wartawan tapi gagal. Tak sampai situ perjuangannya, ia terus mencari cara agar wartawan ini bisa memberikannya jalan.
"Lihat di sana ada Ahn Se Hee! Ahn Se Hee!" teriak wanita itu berhasil membuat kerumunan wartawan berpencar mencari Ahn Se Hee yang dimaksud, artis dibawah agensi Star House yang baru memulai debutnya enam bulan lalu, tapi sudah mendapatkan berbagai penghargaan dalam aktingnya. Drama terbarunya berjudul Bittersweet Life 2 yang sebelumnya sangat sukses.
Wanita yang berhasil membohongi wartawan tersebut tertawa senang memasuki bangunan tempat bekerjanya. Diikuti dengan kedua lelaki yang memiliki tujuan yang sama.
"Dong Hae-ya, sepertinya wanita itu lebih pintar darimu." bisik Eun Hyuk setelah melewati pintu utama.
Dong Hae berpikir bahwa dirinya pernah melihat wanita itu. Tapi dia masih belum bisa mengingatnya.
"Aku menyukai wanita yang lebih pintar dariku." jawab Dong Hae santai.
Mereka sengaja pergi ke Seoul untuk memenuhi panggilan CEO Star House. Hyo Young telah merekomendasikan mereka melalui video latihan ketika konser tunggal Power Boys di Busan.
***
Cho Hyun hotel sedang disibukan dengan penyambutan tamu VIP dari Prancis, tamu ini berpengaruh besar untuk promosi hotel dan pengembangan cabang di Jeju. Rencananya akan ada kerja sama pembangunan hotel Cho Hyun di pulau Jeju. Ini merupakan kesempatan yang sangat menguntungan untuk Cho Hyun grup, dan Do Jin sangat ingin kerja sama ini berhasil.
"Aku tak bisa mempercayai Ki Bum, dia sama sekali tidak tertarik dengan bisnis ini! Dia hanya tahu caranya melawan dan membantu bocah tengik itu!" kesal Do Jin terlihat jelas di mata sang direktur, yang dulunya adalah orang kepercayaan Presdir Jung yang dinyatakan telah meninggal. "Jadi aku menyerahkan proyek ini padamu Direktur Cho." lanjutnya penuh keyakinan, Direktur Cho yang memiliki nama asli Cho Kwang Joon tersenyum puas akan hal itu.
Do Jin mengartikan senyum itu adalah senyum terima kasih atas kepercayaan yang ia berikan pada lelaki berusia 40 tahun itu, arti yang berbeda dengan Kwang Joon sendiri.
"Terima kasih karena kau telah mempercayaiku." Kwang Joon menunduk sopan dalam kemenangannya yang tak terlihat oleh Do Jin.
Tiba-tiba pintu terbuka dengan suara yang cukup keras.
"Presdir Kim, apa kau tidak bisa memberitahuku keberadaan mereka yang sebenarnya!" dengan amarah yang memuncak Ki Bum mendekati ayahnya.
Kwang Joon mengerti dengan kejadian ini, dia pergi setelah memberikan salam kepada keduanya.
"Kau benar-benar pekerja keras, carilah saudaramu itu di Busan! Aku hanya tahu mereka masih tinggal di sana, tapi alamatnya aku tidak tahu!" akhirnya Do Jin menyerah, ia memberitahukan sesuatu yang telah ia buang selama 20 tahun.
"Ayah macam apa kau ini!?" tak kuasa Ki Bum melanjutkan perkataannya, ia hanya pergi dari ruangan yang membuat ayahnya terobsesi dengan tahta dan kekuasaan. Suara pintu yang ditutup terdengar keras, bahkan sebagian karyawan di luar ruangan merasa terkejut.
***
Sudah lama rasanya sejak terakhir kali Chang Min dan Seo Hyun berjalan sepanjang taman gaedon, kali ini terasa lebih canggung berbeda dengan pertemuannya dengan Jung Soo. Saat itu pelukan dari Jung Soo membuatnya tenang, padahal dia merasakan rasa bersalah menggerogotinya. Mungkin sebenarnya Seo Hyun sudah menyukai Jung Soo, tapi dia belum bisa menyadarinya karena rasa sayangnya pada Chang Min.
"Kau terlihat lebih kurus." kalimat pertama keluar dari mulut Chang Min. "Apa selama ini kau menderita? Mianhae, ini semua salahku." penyesalan yang dirasakan Chang Min membuat dia semakin terluka, sebenarnya dia lebih ingin menyalahkan kenyataan.
"Heuh, padahal aku sudah makan banyak! Oppa, apa kau pikir adikmu ini sangat menyedihkan? Aku baik-baik saja, ini bukan salahmu. Aku merindukanmu!" ternyata Seo Hyun sudah menyiapkan dirinya untuk menghadapi Chang Min, tak baik jika kakak adik canggung.
Seo Hyun menggenggam tangan Chang Min, membuat pria itu melihat ke arahnya. "Dulu kau selalu melakukan ini, kenapa tanganmu berkurang kehangatannya." ingat Seo Hyun, dia tak peduli yang terpenting hubungannya dengan Chang Min membaik seperti biasa sebagai seorang kakak beradik. Tidak lebih.
"Benarkah? Aku masih sehangat dulu!" bela Chang Min, mengayunkan lengannya, tak lama ia melepaskan genggamannya untuk memastikan apakah suhu tangannya berubah.
"Hiya Oppa! Bagaimana kau bisa memeriksa suhunya, hanya aku yang tahu karena aku yang merasakannya!" Seo Hyun menaruh kedua tangannya di dada, seakan dirinyalah yang benar.
"Kalau begitu jangan menggenggam tanganku lagi! Nanti kau akan kedinginan!" Chang Min berpura-pura marah dengan meninggalkannya. Seo Hyun mengejarnya, terus menggoda kakaknya itu.
"Oppa, aku bercanda! Jangan marah" sandiwara yang cukup bagus, semuanya berjalan sesuai keinginan Seo Hyun tapi tidak untuk Chang Min. Dia masih menaruh banyak harapan pada adiknya itu, merasa hal itu tak wajar. Apa yang salah dengan perasaannya.
"Baiklah, baiklah, aku tidak marah!" ia menepiskan pikirannya dengan mengacak-acak pucuk rambut Seo Hyun. Keduanya berjalan meninggalkan taman, menuju rumah yang kembali ramai dengan kehadiran puteri bungsunya.
***
Beda halnya dengan suasana di rumah keluarga kecil Kim, hanya ada seorang kakak dan adik di dalamnya. Sehingga menjadi terasa lebih sepi, walaupun begitu keduanya selalu membuat keadaan rumah nyaman dan berisik. Tapi kini kebisingan terjadi bukan karena candaan, tapi pertengkaran.
"Hee Chul oppa, beritahu aku sekarang! Apa ayah masih hidup? Kau tahu tentang hal itu, kau menutupinya dariku!" Ju Yeon terus menuntut agar kakaknya menjawab pertanyaan yang sulit Hee Chul jawab, dia belum siap jika harus memberitahukan kenyataannya sekarang.
"Aku tidak menutupi apa pun darimu, tidak ada yang perlu aku beritahu padamu! Jadi berhentilah bertanya, karena aku tidak ingin memikirkan jawabannya!" Hee Chul mencoba mengabaikan Ju Yeon dengan pergi memasuki kamarnya, tapi adiknya itu keras kepala dia menahannya agar tidak masuk.
"Oppa! Aku membencimu! Jawablah pertanyaanku, agar aku tak membencimu!" Hee Chul menepis tangan Ju Yeon keras, dia memang memiliki temperature yang tinggi ketika marah.
Dia bisa menjadi orang yang berbeda, perlakuan Hee Chul tadi membuat Ju Yeon jatuh terduduk. Sebelumnya Hee Chul tak pernah melakukan hal itu selama kurang lebih 15 tahun sebelum Ju Yeon bertanya tentang ayahnya. Hee Chul menutup pintu kamarnya keras. Lekas setelah itu, Ju Yeon menangis lebih keras.
"Seharusnya yang kau benci bukan aku, tapi dia! Yang selalu kau ingin tahu keberadaannya, bahkan lelaki itu tidak pernah ingin tahu bagaimana keadaan kita!" suara Hee Chul bergetar, ia bersender di pintu kamarnya.
Mendengar kakaknya berbicara Ju Yeon mendekati pintu dan melakukan hal yang sama seperti Hee Chul. Keduanya duduk bersender dengan pintu yang memisahkan mereka. "Ju Yeon-ah, kau tahu kehidupanku lebih dari siapa pun! Maka dari itu jangan membenciku, karena aku tak patut kau benci. Mengertilah posisiku Ju Yeon-ah." kini Hee Chul yang tak pernah mengeluarkan air mata, benar-benar kalut, menangis sekeras-kerasnya.
Selama itu dia tidak pernah ingin mencari ayahnya. Satu tahun setelah ayahnya pergi dengan membawa putera bungsunya, sang ibu meninggal karena penyakit lama yang ia derita.
"Oppa, mianhae, mianheyo oppa." isak Ju Yeon, Hee Chul berdiri berniat membuka pintu. Seketika setelah itu Ju Yeon terjatuh, tubuhnya terjengkang ke dalam kamar. "Hiks, oppa kau tega sekali.." lanjut Ju Yeon, kali ini ia terisak karena punggungnya membentur lantai cukup keras.
"Hahaha, kenapa kau berada di situ! Ayo sini aku bantu!" kali ini tawa terdengar begitu hebat dari seorang Hee Chul yang beberapa menit lalu menangis seperti anak kecil.
Ju Yeon pun ikut tertawa, menyadari hal bodoh yang telah terjadi. Tak masalah jika ia tidak pernah melihat wajah ayahnya, yang terpenting dia tidak ingin kehilangan kakaknya.
***
Eun Hyuk dan Dong Hae diantar oleh Hyo Young menuju ruangan CEO Star House Entertainment, betapa terkejutnya mereka melihat siapa yang duduk di kursi pemilik agensi besar ini. Dong Hae seakan mengalami dejavu, ketika dirinya sedang melakukan aksi dance bersama Shin Dong di taman. Selintas bayangan wanita teringat olehnya.
"Dong Hae-ya beri salam." senggol Eun Hyuk mengingatkan pelan. Dong Hae kembali tersadar, dia segera menuruti perkataan kakaknya.
"Annyeonghasimnika." kompak keduanya dibalas senyum ramah wanita muda yang tadi telah membantu mereka masuk ke dalam rumah yang dapat membuat mereka menjadi bintang, dengan mengalihkan para wartawan dari pintu utama agensi yang terbilang cukup besar. Dong Hae sempat membaca nama CEO agensi yang sebentar lagi dapat membantunya mencapai impian.
"Han Seung Yeon." gumamnya tak terdengar.
"Annyeong!" wanita itu terlihat lebih muda dari Eun Hyuk maupun Dong Hae, dia berdiri dari duduknya, beralih duduk di sofa. Tak lupa dia mempersilahkan tamunya untuk duduk juga.
"Hyo Young-ah, kenapa hanya dua orang?" Hyo Young bingung dengan pertanyaan Seung Yeon, menyadari hal tersebut sang CEO mencoba menjelaskan. "Akh, temanmu yang agak gemuk itu! Bukankah dia pintar menari, ajak dia juga." Dong Hae yang diajak bicara malah bengong, kembali ia mengingatnya. Setelah cukup lama Dong Hae ingat ketika dirinya sedang menari dengan Shin Dong di taman, dan dia melihat wanita yang mampu menarik perhatiannya. Dan wanita itu adalah...
"Jadi wanita yang aku lihat adalah kau, senang bertemu denganmu lagi!" senang Dong Hae berharap wanita itu juga senang melihatnya.
Setelah mengobrol lama Seung Yeon pamit karena ada janji dengan seseorang, dia tidak enak menolak ajakan Hyo Young untuk makan bersama. Dong Hae cukup kecewa, tidak, dia sangat kecewa. Eun Hyuk menyadari hal itu, dia selalu bersama Dong Hae sejak kecil. Dia tahu betul perasaan adiknya itu, sebelumnya Dong Hae tidak pernah jatuh cinta. Sekali itu terjadi sangat jelas terlihat.
***
Lelaki dengan jaket kulit hitam dan topi coklat terlihat mendekati lelaki yang sedang duduk disisi Sungai Han, sepertinya lelaki itu menunggunya.
"Ada apa kau menyuruhku ke sini?" lelaki berperawakan tinggi itu terkesan sangat acuh, dengan pertanyaan dinginnya. Sedang lelaki yang ditanya berbalik untuk melihat pemilik suara terasebut.
"Duduklah dulu hyung," yang dipanggil hyung merasa aneh dengan panggilan tersebut, dia duduk di samping lelaki yang sejak tadi tersenyum, mematikan.
"Suruh siapa kau memanggilku hyung!?" marahnya tanpa menatap lawan bicara. "Aku tidak suka kau memanggilku seperti itu!" lanjutnya, mempertegas penolakannya.
"Lalu apa aku harus memanggilmu Kyu Hyun-sshi?! Atau ahjussi?" Kyu Hyun hanya mendesah kesal, dia berharap adik tirinya itu tidak akan muncul lagi semenjak dia memutuskan untuk keluar dari rumah.
Tapi dugaannya salah, di sisi lain dia merasa kesal ketika melihatnya karena dia anak dari Do Jin. Di sisi lain, jika anak itu tidak ada dia akan kesusahan untuk keluar dari sekapan Do Jin. "Kyu Hyun hyung, hyung, izinkan aku untuk memanggilmu hyung. Agar aku tak merasa kehilangan sosok kakak yang tak pernah kuingat wajahnya."
"Ki Bum-ah berhenti bersikap menyedihkan! Apa kau memiliki seorang kakak? Aish, anggap saja aku tak pernah bertanya!" ralat Kyu Hyun karena tak sesuai sifat aslinya yang tak ingin tahu menahu kehidupan orang lain, kehidupannya saja sudah sangat sulit.
"Aku tahu kau peduli padaku, hanya kau yang peduli padakku saat ini! Bahkan Appa sibuk dengan dunia gelapnya, aku pernah berpikir dapat hidup denganmu hyung tapi aku tahu itu sangat sulit bagimu untuk melihat wajahku. Dan sekarang ketika aku ingin hidup lebih baik dengan kedua kakakku, mereka... aku tak bisa menemukannya!" Ki Bum menceritakannya pada Kyu Hyun sungguh hal yang langka.
"Kau memiliki dua kakak, kau tidak menganggapku dan Ahra nuna!?" protes Kyu Hyun dengan gaya dinginnya seperti biasa. Ki Bum terkejut bukan main. Lelaki yang beberapa menit lalu menolak panggilan kakak darinya, kini malah ingin mendapatkan pengakuan.
"Hyung, Kyu Hyun Hyung!" Ki Bum memeluk kakaknya itu seperti anak kecil, yang dipeluk mengelak. Meski pun begitu Ki Bum tetap senang. Ia mengikuti Kyu Hyun yang berjalan mendekati tepi sungai, kedua tangannya memegang pagar besi.
"Appa! Aku memiliki penggantimu sekarang! Aku akan terus menentang perbuatan jahatmu itu! Ketika hal buruk terjadi, kau jangan menyalahkanku! Kyu Hyun hyung mianhae, saranghae!" Ki Bum meluapkan kesenangannya dengan berteriak, sama hal-nya dengan apa yang selalu Kyu Hyun lakukan. Menginjak besi paling bawah, dan besi paling atas menjadi tumpuan kedua tangan. Mendengar perkataan Ki Bum, Kyu Hyun hanya mencibir. Padahal hatinya berkata 'Nado (Aku juga).'
"Aigoo, apa yang kalian lakukan? Seperti anak kecil saja!" Seung Yeon datang diantara keduanya, wajah Kyu Hyun langsung berubah dingin kembali. Membuat Seung Yeon canggung. "Kyu Hyun oppa sudah lama tak melihatmu tersenyum lepas, aku merindukanmu."
"Tapi sayangnya aku tidak merindukanmu, pergilah! Jangan pernah muncul di hadapanku lagi!" Kyu Hyun berjalan menjauhi keduanya, sebelum semakin jauh Seung Yeon segera berbicara. "Bagaimana bisa kau menyuruhku pergi!?" langkah Kyu Hyun terhenti.
"Aku mencintaimu dan bukankah kau masih mencintaiku juga! Tak peduli apa pun yang terjadi aku tetap akan mencintaimu, aku akan lebih terluka jika kau menjauhiku seperti ini!"
Ki Bum mulai terisak, dia selalu berpikir bahwa ini adalah kesalahan ayahnya.
"Aku tidak menyuruhmu pergi, aku hanya ingin kau hidup tenang tanpaku sehingga tidak akan ada ancaman lagi. Jika aku terus bersamamu, kau akan semakin terluka." kini Kyu Hyun benar-benar melangkah pergi meninggalkan keduanya yang kini menatap sendu punggung Kyu Hyun yang semakin menjauh.
Seung Yeon menangis, ia tahu Kyu Hyun tidak benar-benar ingin mengatakan itu.
"Nuna mianhae! Jika saja ayah tidak pernah menculikmu dan menyakitimu, pasti nuna dan hyung masih bersama sekarang. Jeongmal mianhae." Ki Bum tertunduk, seakan-akan dia yang bersalah.
"Apa kau selalu meminta maaf untuk kesalahan ayahmu, berhentilah merasa bersalah, karena kau tidak melakukan kesalahan sama sekali! Ayo kita makan, nuna yang traktir!" Seung Yeon menghapus air matanya, dia menggandeng Ki Bum yang sudah seperti adiknya sendiri.
Di sisi lain seseorang memperhatikan mereka sejak tadi, dia menunduk lemas. Apa cintanya harus berakhir sampai sini? Pikirnya. Berjalan berlawanan dengan Seung Yeon dan Ki Bum, kembali menghampiri pasangan yang baru meresmikannya satu bulan lalu.
"Dong Hae-ya! Kau kemana saja?" Eun Hyuk menyadari kehadiran adiknya itu, tapi ia tak sedikit-pun berpaling dari kekasihnya. "Hyo Young-ah, apa kau tidak bisa makan es krim dengan benar! Lihatlah kau seperti anak kecil" dihapusnya noda es krim dibibir bawah Hyo Young dengan ibu jari kanan, Dong Hae berdecak melihat tingkah sok romantis kakaknya itu.
"Gomawo oppa." balas Hyo Young malu, membuat Dong Hae benar-benar muak. Apa harus memamerkannya? Batinnya.
"Kalau tahu begini, aku akan pergi lagi saja!" ujar Dong Hae melaksanakan ucapannya, ia pergi meninggalkan Eun Hyuk dan Hyo Young. Mengacuhkan pertanyaan keduanya. "Makan? Aku akan makan sendiri saja, aku tidak ingin menjadi patung diantara kalian!" tolak Dong Hae mendengar ajakan Eun Hyuk untuk makan malam.
***
Kim Tae Yeon memandang malas pada lelaki yang kemarin menolak untuk pergi sebelum bertemu dengan Seo Hyun. Dia mengaku akan mengambil sesuatu paling berharga yang pernah dititipkannya pada gadis itu, namun lagi-lagi ceritanya tak ditanggapi serius. Kyuhyun sampai meminta air karena merasa tenggorokannya kering akibat terlalu banyak bicara.
Sementara Yu Ri hanya melihat mereka di balik meja kasir. Jujur dia sendiri penasaran pada lelaki bernama Cho Kyu Hyun yang mengaku sebagai kenalan Seo Hyun dari Seoul.
"Sudah aku bilang Seo Hyun tidak lagi bekerja di sini." tolak Tae Yeon mendengar penjelasan berulang yang tak masuk akal, bahkan itu baru pertemuan pertama antara Kyu Hyun dan Seo Hyun.
Tak juga menyerah Kyu Hyun terus merecoki pekerjaan Tae Yeon. "Setidaknya kau beritahu alamat tempat tinggalnya... aww," ia memekik saat duri bunga menusuk jarinya hingga mengeluarkan darah.
"Lihatlah bunga mawar juga tahu kalau kau menyebalkan!" Tae Yeon malah senang.
Dari tempatnya Yu Ri mendadak berdiri, dia merasa kasihan pada lelaki itu. Tubuhnya penuh luka dan terlihat kurus, "Kau belum makan?"
"Jangan bilang eonni akan memberinya makanan" cibir Tae Yeon.
Kyu Hyun sudah mengangguk, dia pasti sangat berterimakasih kalau gadis berwajah dewasa itu menawarinya makan.
"Ayo kita makan bersama" ajak Yu Ri. "EONNI!" pekik Tae Yeon.
***
Tirai terbuka memperlihatkan sosok wanita cantik dengan gaun pengantinnya. Lelaki yang sejak tadi menunggu, kini berdiri tegak melihat calon istrinya itu.
"Oppa, bagaimana? Apa aku terlihat cantik dengan gaun ini?" wanita itu adala Seo Hyun, dia merasa kurang nyaman dengan gaunnya. Mungkin karena sebelumnya dia tidak pernah mengenakan pakaian seperti itu, gaun panjang menjuntai di belakangnya yang menyapu lantai. Lengannya juga panjang dengan hiasan brukat berbentuk bunga.
Ia ikat rambutnya kesebelah kanan, sehingga menutupi bahu kanannya yang sedikit terlihat. Tak lupa memakai kain transparan dirambutnya, yang sama menjuntainya dengan gaun. Bunga lily menambah kecantikannya.
"Surprise! Neomu yeppeoseo!" Jung Soo mendekati Seo Hyun, ia membenarkan letak bunga lily di rambut Seo Hyun. "Bunga lily ini terlihat nyata, kau cocok menggunakannya." kali ini pujian Jung Soo mengundang tawa Seo Hyun.
"Kalau aku lebih cocok dengan bunga lily, apa berarti aku menikah saja dengan bunganya?!" candaan Seo Hyun membuat Jung Soo tersenyum, begitupun dengan para pegawai yang berada diruangan tersebut.
"Tentu kita pasangan yang sangat serasi! Lebih dari siapa pun!"
Setelah mencoba gaun pengantin keduanya pergi ketaman bermain dengan memakai baju pasangan, tak lupa dengan alat-alat penyamaran. Jung Soo terlihat tampan dengan kaos couple polos bergambar hati, warna putih sangat cocok dengannya, ditambah jeans yang membuat kesan keren.
Jung Soo juga memakai topi untuk menutupi wajahnya. Sedang Seo Hyun, cantik dengan kaos bergambar kunci yang jika digabungkan akan cocok dengan kaos hati Jung Soo. Warnanya merah mencolok, membuatnya cantik menarik perhatian. Jung Soo dan Seo Hyun sama-sama memegang es krim vanilla, sesekali mereka menjilatnya.
"Kenapa aku yang bergambar kunci?" Tanya Seo Hyun disela-sela memakan es krim-nya.
"Karena hanya kamu yang mampu membuka dan menutup hatiku, itu berarti cuma kamu yang bisa masuk kedalam hatiku dengan kunci itu." jelas Jung Soo menurut kajiannya sendiri, dia bahkan tidak pernah tahu kenapa bisa berbicara hal seperti itu.
"Wow, daebak! Keahlian merayumu semakin hebat! Baiklah aku akan menjaga kunci hatimu." kali ini Seo Hyun penasaran dengan gambar hati. "Lalu kenapa kau tidak memiliki kunci untuk hatiku?" yang ditanya kebingungan, berpikir sejenak akan jawabannya.
"Kenapa ya?! Ahk, karena aku yakin hanya ada aku dihatimu! Jadi tidak perlu menguncinya!" ujar Jung Soo senang dengan perkataannya, Seo Hyun sendiri mengiyakan. Cukup masuk akal, pikirnya.
Tak jauh dari tempat Jung Soo dan Seo Hyun duduk menghabiskan es krim, ada sepasang kekasih yang memperhatikan mereka. Wanitanya terus melihat kaos pasangan yang mereka pakai, sedang lelakinya menggeleng, menyesal kenapa harus bertemu pasangan itu.
"Zhoumi oppa, kenapa kau tidak pernah membelikanku t-shirt couple!?" rengek Ju Yeon berjalan lebih cepat dari kekasihnya, Zhoumi yang memiliki kaki yang panjang tak perlu melangkah cepat untuk mensejajarkan langkahnya dengan Ju Yeon.
"Kita sudah sepasang kekasih, apa perlu memakai kaos seperti itu untuk menunjukannya!?" jawaban Zhoumi membuat kesal Ju Yeon, dia menggerutu kenapa kekasih-nya tidak peka terhadap perasaannya. "Baiklah, baiklah aku akan membelikannya 5 pasang! Akh tidak, 10 pasang!"
"Dari dulu aku iri pada mereka!" ingat Ju Yeon.
"Kenapa dari dulu Jung Soo hyung membuatku jelek di hadapan Ju Yeon" batin Zhoumi, keduanya sedang mengingat hal yang sama, ketika kencan pertama mereka di restoran yang sama dengan Jung Soo dan Seo Hyun. Jung Soo bernyanyi untuk Seo Hyun dengan membawa sekeranjang bunga mawar. Sekarang Zhoumi dan Ju Yeon sama-sama menghela napas berat.
***
Toko bunga 'Sweet Flowers' terlihat sepi, tak ada semangat dari kedua wanita yang mengelolanya. Bingkai bunga calla lily milik Seo Hyun masih terpajang di toko tersebut, memberi keindahan tertentu. Bahkan kedamaian untuk orang yang melihatnya, dan itu yang sedang Tae Yeon rasakan. Dia berdiri memandangi bingkai itu, terlihat sama dengan bingkai-bingkai lain. Tetapi kenapa sangat menarik? Tae Yeon sedang memikirkan hal tersebut selama memperhatikan bingkai yang melindungi bunga lily di dalamnya.
"Apa kau tidak bosan memandanginya terus-menerus?" yang bertanya saja bosan, bagaimana dengan yang melakukannya. Yu Ri sendiri terus memperhatikan pintu, seakan jika ia lengah pintu itu akan menghilang.
"Sepertinya bingkai ini memiliki daya tarik yang sangat kuat." Tae Yeon menghentikan aktivitasnya, begitupun dengan Yu Ri kini ia memperhatikan adiknya. Tak lama ia segera mengalihkan pandangannya ke pintu, yang loncengnya berbunyi akibat ada seseorang yang membukanya.
"Annyeong!" seru beberapa orang dengan serempak, kini toko mulai ramai dengan anggota Power Boys minus Jung Soo, ditambah Si Won, Ryeo Wook, Henry dan Ji Hyun.
"Waaah, aku merindukan suasana di sini." pemilik suara terbagus di Power Boys telah melangkah menjelajahi setiap sudut toko. Begitupun dengan adik pertamanya, Young Woon.
"Hyung yang kau rindukan bukan tokonya, kan? Tapi pemiliknya!" adik bungsunya mulai menggoda Jong Woon, kedua pemilik memandang Ryeo Wook. "Apa yang kau lihat Tae Yeon nuna!? Kau tidak berpikir yang aku maksud adalah kau, kan?"
Tae Yeon segera menggeleng. "Tentu tidak!" elaknya, ikut menggoda Yu Ri.
"Yu Ri eonni! Jangan-jangan kau menyiapkan dua buket bunga!" Ji Hyun tak mau diam saja, dia mengatakannya sangat jelas. Seo Hyun memesan buket pengantinnya di toko bunga Yu Ri. Acara menggoda Yu Ri dan Jong Woon terhenti karena keributan yang terjadi didepan toko. Semua orang yang berada didalam berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi.
"Heuh," cengo orang-orang yang baru keluar dari toko, melihat aksi ke empat lelaki yang mengundang tawa, menarik perhatian para pejalan kaki yang melewati toko.
Hee Chul sang pemimpin aksi memandu gerakan, dia menarikan gerakan Gee dari Girs Generation itu dengan lincah. Dibelakangnya Han Geng dan Si Won mengikuti, sedang Henry mengiringi dengan bermain biola. Kapan Henry membawa biola itu? Aneh Young Woon.
Berita Power Boys yang melakukan performance langsung didepan toko bunga tersebar begitu cepat, walaupun mereka tak banyak jadwal di dunia hiburan tapi mereka tetap populer. Si Won sendiri merasa beruntung bisa dekat dengan Power Boys, karena dia sebagai aktor pasti akan banyak mandapatkan tawaran bernyanyi setelah aksinya.
Henry pun tak kalah dari sorotan entertainment, dia mulai terkenal sebagai adik dari anggota Power Boys, Han Geng. Dengan julukan Pangeran Biola. Ryeo Wook sendiri ikut bernyanyi di bagian akhir lagu Genie yang dinyanyikan Leader Girls Generation. Dia juga sama dengan Henry, mulai dikenal sebagai adik dari dua anggota Power Boys, Jong Woon dan Young Woon. Suaranya tak kalah bagus dari Jong Woon.
Tae Yeon sedikit terhibur dengan kehadiran teman-temannya yang ia kenal lewat Seo Hyun. Bahkan Yu Ri sangat senang, mungkin itu yang membuatnya terus menatap pintu toko.
"Ada apa sih, kenapa ribut-ribut! Tidurku jadi terganggukan!" protes Kyu Hyun yang baru saja turun dari lantai dua.
Tae Yeon memandang Yu Ri. "Kenapa dia masih di sini?" geramnya jelas tak suka.
"Dia bilang tak punya rumah, jadi aku mengizinkannya tidur sebentar." jawab Yu Ri pelan.
Semua mata kini memandang ke arah Kyu Hyun dengan rambut acak-acakan, mencari maksud dari kata tidurnya yang terganggu. Siapa lelaki itu? Tanya mereka menuntut jawaban dari Tae Yeon dan Yu Ri yang segera saja kebingungan harus menerangkannya bagaimana...
***
Bersambung,
Peran Kyuhyun mulai nongol, aku harap kalian memberi dukungan padanya yang telah menemukan jalan kembali dalam cerita ini... hehe
So, kasih vote and comment-nya ya^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro