Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 16

Sekali lagi, ini versi lama, ya. Maaf kalau gaya penulisannya beda sama yang awal-awal, hehehe... Yang dulu lebih simpel banyak dialog. 😂😂

Yang udah rapi tentu yang ada di karyakarsa. Link di bio wattpad ya. 🤭🤭

Happy reading!

***

Cinta masih menatap wajah Langit yang sedang mengatur kemudi mobilnya, seperti menyadari apa yang dilakukan gadis itu sedari tadi,  Langit menarik bibirnya ke atas.

"Kenapa? Gue ganteng, kan?" godanya sambil mengerlingkan mata ke arah Cinta.

"Ck! Ge-eR!" Cinta melipat tangan di depan dada dan mengalihkan pandangan.

"Lalu kenapa? Ada yang pengen lo tanyain?"

Sebenarnya Cinta bingung harus memulai pertanyaannya darimana, sejujurnya banyak yang ingin ia tanyakan.

"Apa?" Langit masih mencoba mencari tahu apa yang ada dipikiran Cinta.

"Euumm... tadi Bintang cerita tentang Mas Biru," kata Cinta pelan, masih ada sedikit keraguan terdengar dari sana.

Sebelah alis Langit terangkat ke atas. "Lalu?"

"Soal masa lalu Mas Biru. Kamu tahu?"

Langit tak langsung menjawab, matanya masih fokus dalam jalanan di depannya. Entah kenapa Cinta melihat rahang lelaki itu mengeras, namun itu hanya berlangsung beberapa detik saja, detik selanjutnya justru senyuman yang ia lukiskan diwajahnya.

"Lo suka sama Mas Biru, ya?" godanya sambil melirik Cinta nakal.

"Heh?" Mata Cinta mengerjap-ngerjap, kaget dengan penuturan yang muncul secara spontan dari mulut Langit. "Enggak," elaknya.

"Enggaknya cewek biasanya iya, lho."

"Nggak usah ngarang deh, Lang."

"Gue nggak nyoba ngarang, yang pengarang kan lo," katanya sambil mengumbar tawa. "Hayo ... ngaku, santai aja sama gue."

"Ini aku tanya apa, bahasnya apa?"

"Lo tanya soal Mas Biru karena lo kepo, karena lo suka, karna lo jatuh hati. Right?"

"Kalau nggak mau jawab pertanyaanku ya udah, nggak usah meluber kemana-mana. Ish!" Cinta menghentakkan kaki kesal.

"Oh, jadi begini to, kalau Cinta lagi ngambek. Imut-imut pengen dicubit gimana gitu ya..."

"Langiiittt ...."

Tawa Langit terdengar semakin kencang, sepertinya dia suka sekali mengusili Cinta. Lalu, lelaki itu memutar stir mobil ke kanan, dan langsung lurus begitu saja.

"Tunggu, sepertinya kita salah jalan deh, Lang. Ini bukan arah ke rumahku, lho."

Langit terdiam, wajahnya sekarang terlihat serius.

"Lang ...." Cinta memanggil nama Langit lagi, tapi Langit masih bergeming.

"Hei?"

"Kita nggak salah arah kok, gue mau jawab pertanyaan lo," ucapnya tiba-tiba.

Jawab pertanyaanku? Maksudnya? Apa soal Biru?

***

Mobil Langit menepi di sebuah jalan sepi. Lampu dalamnya dipadamkan, hingga kehadiran mereka mungkin tak terlihat dari luar, entah apa maksudnya. Cinta sempat merasa takut kalau saja Langit akan melakukan sesuatu padanya, tapi yang dia lakukan sedari tadi hanya diam. Matanya menatap fokus pada sebuah rumah yang berjarak kurang lebih lima meter dari tempat mereka berada sekarang.

Rumah itu tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Lampu di depan rumahnya bersinar temaram, warna kuning, memberikan kesan sedikit menyeramkan.

"Ini rumah siapa?"

Langit masih bergeming, matanya masih tak beranjak dari objek semula.

Cinta tak mempunyai pilihan lain selain hanya memperhatikan hal yang sama, dan beberapa menit setelah itu ia melihat Biru keluar dari rumah itu.

Iya, itu Biru dengan setelan baju santai yang jarang dilihat, kaos oblong dan celaka parka pendek sebetis.

Ia berjalan santai menuju ke arah mobil mereka.

"Mas Biru mau ke sini?"

Langit hanya mengendikkan bahunya sekali.

Cinta melihat lagi sosok itu, saat masih berjarak dua meter, ia berbelok, menyeberang jalan, sepertinya dia tak menyadari kehadiran Cinta dan Langit.

Mata Cinta mengikuti setiap langkah Biru hingga ia berhenti di sebuah halte tepat di seberang jalan sana, mendekati seseorang.

Sebentar, aku tidak salah lihat kan? Orang yang dihampiri Biru itu ....

Cinta mengucek matanya, untuk meyakinkan penglihatan.

"Itu Di."

Kepala Cinta menoleh sempurna ke arah Langit yang baru saja mengatakan sebuah kalimat yang membuatnya berjingkat kaget.

"Di? Nadia?"

Langit mengangguk. "Dia berhubungan dengan masa lalu Biru."

Mulut Cinta menganga sempurna. Di? Masa lalu Biru? Memang apa hubungan mereka?

***

Langkah Nadia gontai memasuki rumah. Ia langsung membanting tubuh ke sofa yang ada di ruang tamu, dan memejamkan mata sejenak.

"Abis dari mana, Di?" 

Suara itu membuat Nadia langsung membuka mata lagi. Ah! Tak bisakah melihatku senang sekali saja?

"Dari maen, Ta," jawab Nadia tanpa menoleh ke sang empunya suara, ia sangat hafal dengan suara itu.

"Main dari mana?"

"Dari rumah temen."

"Cewek atau cowok?"

Nadia berdecak kesal dan bangkit dari tempatnya berbaring. "Kamu kayak polisi yang lagi interogasi tersangka aja sih, Ta," ucapnya kesal.

Mata Cinta memperhatikan Ndia dengan tajam, seolah menuntut sebuah jawaban.

"Cewek ...," jawab Nadia kemudian.

"Beneran cewek?"

"Ya iyalah, Cinta bawel! Temen se-genkku kan cewek semua."

Bohong! Ya, Nadia memang berbohong, tapi dia memang belum boleh jujur sekarang. Sepertinya Cinta baru saja menyukai Biru. Dia tak ingin Cinta menyerah bahkan sebelum dia memulai. Justru ia ingin Cinta menjadi wanita yang mengobati luka Biru, membuat lelaki itu mau mengenal cinta lagi, karena sepertinya hanya Cinta yang mampu. Nadia bisa melihat sorot mata lain yang Biru pancarkan saat melihat Cinta.

Dahi Cinta melipat, dan matanya menelisik curiga. 

"Serius!" Nadia mencoba meyakinkannya. 

Akhirnya Cinta mengembuskan napas pasrah. "Ya udah," kata Cinta memilih tidak memperpanjang masalah. Mungkin Nadia memang mempunyai alasan di balik kebohongannya.

"Oh iya, Di," ucap Cinta lagi, "aku mau tanya sesuatu boleh?"

"Soal apa?" tanya Nadia

"Kamu kenal sama Mas Biru berapa lama?"

Nadia menautkan alisnya dan menyipitkan mata ke arah Cinta. "Kok mendadak tanya itu?"

"Ya pengen tahu aja, waktu itu kan aku belum sempet tanya sama kamu."

"Mas Biru itu kakak kelasku saat SMA," jawab Nadia jujur.

"Apa kalian punya hubungan khusus?"

"Kamu minum obat apaan sih? Kok jadi curigaan gini?" tanya Nadia. "Kalau suka sama mas Biru mah bilang aja. Kamu kalau naksir cowok cemburuan juga, ya?" goda Nadia sambil mengerling nakal ke arahnya.

Mata Cinta membeliak lebar. "Kok malah aku?"

"Beruang bertelor juga tahu kalau kamu suka sama dia, Ta," kata Nadia sembari mengeluarkan tawa. "Entar aku coba deketin kamu sama mas Biru, deh. Aku dukung 1000%."

"Ih, apa sih! Siapa yang suka sama cowok galak, sombong, nyebelin kayak dia?"

"Ya terserah sih, kalau nggak mau ngaku. Tapi kamu tahu nggak, semakin kuat kamu nampik perasaan kamu, perasaan itu akan tumbuh semakin besar," kata Nadia serius, karena itulah yang ia rasakan selama ini.

Please, Cin. Jangan menjadi seperti aku. Kamu harus mengejar cintamu. Kamu harus bisa meraih cintamu. Dan kamu harus bisa menyembuhkan lelaki itu. Aku percaya sama kamu. ucap Nadia dalam hati. 

~bersambung

Ada yang bisa nebak apa yang sebenarnya terjadi sama Biru?? Atau apa hubungannya dengan Nadia yang sebenarnya? Udah aku kasih beberapa clue kok. Ayo coba mengarang bebas, yang bener mau aku kasih sesuatu. Senyuman termanisku. Hasyyaahhh!! Emang ada yang mau.  Hahahaha

See you in next chapt ya...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro