Prolog
SELAMAT DATANG SOBEL!!
ABSEN ASAL KALIAN DARI MANA?!
BACA CERITA BIRU JAM BERAPA?!
Jangan lupa vote dan komen ya 💙💙
°°°°°°
15 Februari, Jakarta.
Seperti biasa, kutuliskan lagi tentang dirinya di selembaran kertas putih ini. Tak pernah bosan. Nama lengkapnya adalah Biru Langit Sabumi, cowok pendiam yang selalu bersamaku, bahkan sebagian dari kisahku ada dirinya. Kusebut dia Bubu, begitulah panggilanku untuknya dua tahun yang lalu.
Sewaktu dulu dia pernah berkata jika aku merindukannya, tatap saja ke arah langit karena di sana ada Biru yang selalu menemaniku di sepanjang jalan. Laki-laki pendiam itu memang selalu mempunyai caranya sendiri untuk membuatku tak lagi kesepian. Namun, apa akan selalu ada Biru? Tetapi ini bukan perihal langit. Ini tentang dia dengan segala bentuk kenangan yang tersemat.
Biru, jika kamu mau tau aku selalu berbicara kepada langit tentang bagaimana sosokmu di dalam kisah ini. Kamu selalu berharap aku mengirimkan kamu foto langit setiap harinya, kan? Akan aku lakukan, sungguh. Asal bisakah kita kembali seperti dulu?
Ini juga tentang hujan dengan sejuta rasa terpendam yang sudah dibawa oleh arusnya waktu. Memang benar jika ada pepatah yang mengatakan bahwa hujan itu diisi sebagian oleh tetesan air, dan sebagian lagi oleh tetesan rindu.
°°°°°°
Dua tahun yang lalu..
Seorang gadis cantik dengan rambut sebahu yang dihiasi oleh jepitan mutiara itu tampak ragu untuk memasuki sebuah ruangan rahasia di depannya. Aneira tidak menyangka bahwa dia benar-benar nekat untuk sampai di sini tanpa sepengetahuan sahabatnya, Biru. Padahal cowok itu sama sekali tidak pernah mengizinkan seorang pun untuk masuk ke dalam sini.
Aneira nekat juga karena dia ingin membalas rasa kesalnya terhadap cowok itu. Sebab, bisa-bisanya Biru tidak datang di acara special ulang tahunnya, entah apa alasannya.
"Oke, nggak pa-pa. Biarin aja." Aneira sebisa mungkin meyakinkan dirinya.
Ruangan ini berada di atas loteng yang letak pintunya memang tersembunyi di dekat tangga lantai tiga. Bahkan bisa dijamin Aneira tidak akan pernah sadar jika itu adalah sebuah pintu kalau saja Biru tidak memberitahunya. Karena jika hanya dilihat sekilas lebih tampak seperti sebuah lemari.
Begitu pintu kecil itu terbuka lebar, Terdapat sebuah tangga panjang yang Aneira ketahui adalah jalan untuk menuju loteng paling atas.
Berkali-kali Aneira mengambil napasnya dalam-dalam untuk meyakinkan diri sebelum kembali mengambil langkah menaiki tangga kayu itu satu persatu. Sesudah dirinya sampai di atas, tubuh Aneira langsung merinding karena keadaan sekelilingnya gelap total.
"Ya ampun, kayaknya salah gue masuk sini. Lampu mana lampu?!" Cewek itu dengan cepat mencari saklar lampu dan menyalakannya. Sehingga ruangan minim cahaya itu seketika berubah terang.
Takjub. Mata Aneira menjelajah menatap sekitar. Ternyata ruangan terpencil ini dihias begitu rapi dan sangat terlihat nyaman untuk ditempati. Di sudut ruangan terdapat sebuah rak kayu berisikan hiasan miniatur paris pemberiannya serta buku-buku milik cowok itu.
Lalu, tak sengaja pandangan Aneira terjatuh pada sebuah buku dengan sampul warna Biru yang terletak di atas meja dekat jendela. Kakinya perlahan melangkah masuk lebih dalam dan mengambilnya.
Dia sangat ragu untuk membukanya. Namun, tak bisa dipungkiri jika ada rasa penasaran yang menggebu-gebu di dalam hatinya untuk melihat apa isi di dalamnya. Kemudian Aneira perlahan membuka lembaran pertama bukunya.
Matanya menangkap sebuah foto yang sengaja cowok itu tempel di sana. Foto di mana dirinya sedang tersenyum lebar ke arah kamera sambil memegang sebuah buket bunga mawar pemberian Biru.
Pandangan mata Aneira turun menatap sebuah tulisan yang berada di bawah foto itu. Seketika dia tercenung saat membacanya.
Aneira, aku tidak bisa mengungkapkan rasa ini di depan kamu. Jadi aku tuliskan saja semua di sini. Apa kamu tahu, Ra? Ada sebuah rasa terpendam untuk kamu. Rasa yang tidak pernah aku sampaikan karena takut mengecewakan. Ra, maaf aku sudah ingkar janji. Janji untuk tidak mencintaimu.
Dari Sahabatmu, Biru Langit Sabumi.
"Biru..."
Aneira, aku ingin mencintaimu sebanyak hujan.
Ucapan Biru kala itu langsung berputar-putar di dalam benaknya. Tatapan lembutnya, senyuman manisnya, bahkan sikap perhatiannya yang selalu Biru tunjukkan hanya saat bersama Aneira.
"Ra? Lo ngapain di sini?"
Suara itu berasal dari arah belakang yang membuat Aneira sontak menoleh terkejut.
"Biru?"
Halo semuanya! Aku Vira yang biasa dipanggil nyaut- eh maksudnya kalian bisa panggil aku sesuka kalian aja yang penting ada nama Ahaha!
Lapak wattpadku @helloitsvira jangan lupa follow yaa! Kali ini aku pindah lapak di sini dulu bareng penulis lain.
Ada yang udah pernah baca cerita aku sebelumnya?
Kalau belum, salam kenal ya! ❤
Jangan lupa juga Vote & Komennya supaya aku tambah semangat buat update!
Ini masih permulaan heheww 😊😊
GIMANA MENURUT KALIAN?
Apa yang kalian pikirin pas pertama baca suratnya nih ayoo komen di sini?
SPAM NAMA BIRU DI SINII 💙💙💙
Ayoo kita menyelam kisah Biru dan Aneira lebih dalam lagi yuk! Semoga bisa hibur kaliann 🌻
See youuu ❤❤❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro