Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22. Last Milk Bread

Hari yang penuh suka cita telah berlalu. Euforia menyambut tahun baru sudah pergi, digantikan dengan ketegangan yang menyelimuti para pemain Karasuno. Kini, besok adalah hari yang dinanti-nanti akan tiba. Hinata heboh dan sibuk mengoceh tentang berapa tidak sabar ia untuk bertemu dengan lawan baru. Akhir-akhir ini, seluruh anggota voli Karasuno sering pulang bersama. Salah satu faktornya mungkin karena mereka ingin menjalin hubungan batin yang lebih mendalam. Padahal, dari awal mereka sudah saling royal.

"Aku nggak sabar mau menghantam mereka dengan bola-bola yang akan aku pukul nanti!" Seru Tanaka gaduh, Hinata dan Kageyama meresponnya dengan konsisten mengangguk. "Benar, benar!"

"Aku, sih, nggak sabar mau berhadapan dengan lawan baru yang lebih kuat daripada aku," Balas Nishinoya seraya menatap kedua telapak tangannya, kemudian ia mengepalnya dan berdalih menatap Koushi yang sedari tadi diam memerhatikan perbincangan mereka. "Benar 'kan, Suga-san?"

Koushi tersenyum jenaka, "Semangat, kalian~!" Nishinoya memandangnya datar, "Suga-san nggak nyambung!" Koushi tergelak karena jawaban Nishinoya yang menurutnya lucu. Sementara, Daichi menatap nanar Koushi yang terlihat semakin kurus. "Suga, kamu sudah makan siang?"

Koushi menelengkan kepalanya, bingung. "Tumben nanyain?" Matanya mengerling jenaka. Daichi menghela nafas kasar, "Aku serius, Suga." Tatapannya lurus, menatap dalam Koushi, berusaha untuk mencari kebenaran dalam sorot hampa sepasang almond itu.

"Aku makan, kok! Bento yang kubikin sendiri jauh lebih enak daripada bento kantin. Iya, 'kan Hinata?" Si jeruk menyetujui pernyataan si manajer magang. "Betul! Masakan Suga-san itu jauuuh lebih enak daripada bento kantin dengan ayam katsu yang kering."

Si botak mengerucutkan bibirnya. "Duh, enak banget jadi si Oikawa itu, karena bisa makan bentonya Suga-san hampir setiap hari!" Kedua lengannya diangkat untuk menumpu leher bagian belakangnya seraya menatap Koushi sebal. "Suga-san, lebih baik masak untuk kita daripada buat si raja songong itu!"

Koushi tertawa renyah sambil tak sengaja menepuk punggung si botak dengan kencang. "Jangan gitu, dong~ kasian Oikawa-chan kekurangan gizi!"

"Kurang gizi, apanya! Suga-san yang kekurangan gizi, tau!" Niat Tanaka hanya bercanda, begitupun anak-anak lain ikut menghidupi candaan Tanaka dengan tawa mereka. Namun, sepertinya hanya satu orang tidak memandang pernyataan fakta itu adalah gurauan: Daichi. Kapten dari para gagak itu tidak memberi tanggapan apapun.

"Daichi, lagi mikirin lomba nasional nanti, ya?" Koushi bertanya sambil berjalan memutari Daichi. "Mikirin kamu, Suga."

Seluruh gagak reflek terdiam, tapi kegemparan dapat dirasakan di tengah kesunyian itu. Mulut Hinata yang hendak angkat suara dengan heboh itu lantas ditutup oleh Kageyama. Walau begitu, usaha tersebut sia-sia karena Tanaka dan Nishinoya mendahului Hinata dan berkicau gaduh. "DAICHI-SAN!! KAMI SUDAH MENYANGKANYA KAMU SUKA SUG-"

Detik berikutnya, ciuman romantis dengan pukulan Daichi mendarat di kedua kepala mereka. Semuanya, terkecuali Koushi, tertawa lepas karena adegan itu. Selepas mendaratkan pukulan, Daichi memandang Koushi yang sedang menatap kosong jalan setapak sambil menendang beberapa kerikil yang menghalangi jalannya.

***

Gelapnya langit menyapa, bulan pun membaur bersama gemerlapnya bintang-bintang di atas sana. Oikawa membuka ponselnya untuk memeriksa jumlah kalori yang dibakar setelah jogging selama 1 jam lebih. Alpha itu menghela nafas kasar karena jumlah kalori yang dihilangkan belum memenuhi targetnya. Dia pun meletakkan ponselnya kembali ke dalam saku jaket dan melangkahkan kakinya lagi.

Waktu sudah berjalan seminggu setelah kejadian Koushi melompat ke sungai. Selama itu pula, omega itu belum menghubunginya sama sekali. Oikawa setiap hari mendatangi SMA Karasuno. Iwaizumi sempat bertanya pada Oikawa yang rajin berkunjung ke SMA tempat para gagak bersemayam, tapi jawaban Oikawa tidak sesuai dengan isi hati pemuda alpha itu. "Aku cuma mau melihat wajah menyedihkan Kageyama yang cemas karena kondisi timnya yang menyedihkan!" Jawaban Oikawa yang tidak masuk di nalar Iwaizumi, menyebabkan pukulan mendarat di kepala sang kapten tim voli pria Aoba Johsai.

"Oika-"

Isi kepala Oikawa masih melayang melamunkan sikap Koushi yang aneh dan mencurigakan. Oikawa setiap hari mengunjungi SMA Karasuno, tapi dia tidak pernah melihat Koushi berjalan keluar dari gerbang sekolah itu.

"Oikawa-"

Koushi tidak mungkin menghindar darinya, 'kan? Astaga! Setelah ratusan kali menolak anak perempuan dan meninggalkan mereka tanpa kejelasan, apakah Oikawa akhirnya mendapatkan karma dari seorang omega menyedihkan bernama Sugawara Koushi?

"Oikawa-chan!"

Alis sang remaja tanggung itu mengerut. Dia tidak suka dengan pemikiran yang disajikan otaknya itu. Sayangnya, remaja tanggung itu sudah terbawa emosi hingga akhirnya mempercepat langkah kakinya.

"Oikawa-chan!!"

Gubrak! Oikawa jatuh karena salah langkah kaki dan suara serta tangan asing yang tiba-tiba menyentuh pundaknya sehingga menyebabkan Oikawa terkejut. Ketika alpha itu memproses suara tersebut, ia langsung menoleh ketika menyadari bahwa itu adalah suara orang yang selama ini dia cari, Sugawara Koushi.

"Lho, Suga-chan?"

Koushi menyunggingkan senyum manis khasnya, "Kudengar kamu mencariku ke sekolah, ya?" Pertanyaan bernada jenaka dan membuat Oikawa memalingkan wajahnya. Telinga alpha itu memerah, membuat Koushi tertawa renyah melihatnya. "Tumben kamu nggak menyangkal."

Oikawa kembali berdalih menatap lawan bicaranya. Sorot matanya menatap lurus cokelat kepunyaan Koushi. Alisnya merengut, bibirnya melengkung ke bawah, "Kata mereka, kamu sering absen karena sakit." Oikawa menjeda kalimatnya sejenak, menimang-nimang apakah ia harus menanyakan keadaan Koushi atau tidak.

"Kenapa kamu nggak bilang apa-apa ke aku?"

Oikawa reflek menutup mulutnya yang berbicara tanpa ia pinta. Bahkan, anggota tubuhnya sendiri menolak untuk menuruti perintahnya. Oikawa menggeleng-gelengkan kepalanya, "A-aku nggak bermaksud nanya begitu!! K-kamu jangan salah paham!" Ucapnya berusaha membela diri. Koushi mengerjap beberapa kali, sebelum akhirnya ia tersenyum jahil dan mendekatkan tubuhnya pada Oikawa. "Apa itu berati kamu mengaku kalah dan berjanji untuk memberikan jutaan yen padaku seperti di kesepakatan awal?" Mata Koushi berbinar-binar sambil menggandeng lengan Oikawa mesra. Aneh, kenapa Oikawa nggak menepis tangannya? Batin Koushi seraya menelengkan kepalanya keheranan.

"Oikawa-chan sekarang beneran naksir a-"

"Nggaaaaaa!!"

"Oikawa-chan denial, dih ... " Ejek Koushi diiringi tawanya yang nyaring. Wajah Oikawa memerah, terpesona dan malu bercampur menjadi satu. Pria denial itu menyukai suara merdu dan senyum semanis madu Koushi. Oikawa lantas menggeleng, berusaha menyadarkan dirinya dari sihir yang Koushi gunakan. Maniak voli itu benar-benar denial.

Oikawa berdeham, mengalihkan pembicaraan. "Ada apa kau kemari? Bukankah kau seharusnya sekarang berada di Tokyo untuk melaksanakan tugasmu sebagai manajer magang?"

"Aku datang untuk menemuimu, lho!"

Pria alpha itu membeku. Semburat kemerahan menjalar dari wajah hingga daun telinganya. Bibirnya kelu, tak mampu menyuarakan apapun. Jantungnya hampir loncat keluar dari dadanya karena perasaan aneh yang memuncak.

Koushi tersenyum, memamerkan deretan gigi putihnya. "Hehe, ini dariku. Kuharap kamu suka, ya!" Lanjutnya sambil menyodorkan kantung kertas yang menguatkan wangi manis dari roti susu. Itu adalah roti susu buatan Koushi!

Oikawa memalingkan wajah walau tangannya kini menerima kantung itu dengan hati yang riang gembira. "Tumben baik." Ucapnya kurang ajar. Koushi menggembungkan pipinya sebal, "Maksudmu aku nggak baik, gitu?" Setelahnya dia tertawa. Salah satu hal dari Koushi yang dibingungkan Oikawa adalah cara Koushi yang selalu tertawa atau tersenyum di setiap situasi. Bahkan di situasi yang menegangkan seperti saat turnamen atau ketika festival waktu itu.

Oikawa tenggelam dalam pikirannya mengenai si beo abu. Koushi itu adalah seorang yang murah hati, ramah, selalu berpikir positif di setiap situasi, dan selalu memikirkan orang-orang di sekitarnya.

Tanpa sadar, Oikawa tak pernah melabeli Koushi sebagai sekedar omega lagi. Kini, Oikawa hanya melihat Koushi sebagai laki-laki biasa yang merangkap sebagai temannya, atau mungkin Oikawa memandangnya sebagai seseorang yang ia sukai secara romantik?

Oikawa lantas menggeleng cepat, membuat Koushi menelengkan kepalanya heran. "Kenapa, Oikawa-chan?" Manik hazelnya yang bulat menatapnya. Lucu, pikir Oikawa. Detik kemudian, ia menghantamkan kepalanya ke dinding terdekat.

"NGGAK MUNGKINN!" Alpha itu menjerit tak percaya dengan apa yang terlintas di pikirannya saat ini. Pipinya memerah panas seperti mapo tofu pedas yang Koushi makan beberapa bulan yang lalu. Koushi menjengit, "Nggak mungkin apanya, Oikawa-chan? Kamu kenapa? Nggak mungkin sakit jiwa, kan?!" Ucapnya ngawur sambil menggoyangkan pundak Oikawa heboh. Sang alpha kemudian menampar pelan kepala si beo abu, "Aku nggak gila!"

Koushi merintih sambil memegang kepalanya dengan raut wajah memelas menatap Oikawa. Remaja monokrom itu merengutkan bibirnya, "Oikawa-chan bisa aku laporkan ke kepolisian dengan pasal UU 120A tentang kekerasan dalam rumah tangga terhadap omega!"

Wajah Oikawa memerah panas mendengar Koushi yang secara tidak langsung meng-klaim mereka sebagai pasangan yang menikah. "Kita nggak menikah!!" Setelah menyuarakan bantahan, Oikawa mengalihkan wajahnya dari Koushi. Sang gagak menertawai tingkah Oikawa yang menurutnya lucu dan menghibur seperti biasanya. "Hehe, Oikawa-chan lucu!"

Keheningan menerpa di antara mereka berdua. Koushi menikmati gemerlapnya bintang yang bertebaran di atas langit sana, sedangkan Oikawa masih berusaha untuk menormalkan kondisi wajahnya. Dia tidak boleh terlihat memalukan di hadapan Koushi! Tunggu, Koushi tidak mungkin bisa mendengar suara detak jantungnya, kan?!

Pada detik ini, Koushi terlihat lebih menawan dibanding biasanya. Oikawa tidak tahu apakah Koushi memang biasanya terlihat seperti ini atau Koushi menata penampilannya untuk bertemu Oikawa.

Oikawa dapat melihat indahnya bintang yang menyebar di atas langit tercermin di kedua manik hazel bulat sang beo abu. Senyum remaja monokrom itu merekah indah, dengan pipi memerah karena suhu rendah yang menerpa, membuat Oikawa iba dan ingin meminjamkan jaketnya tapi ia terlalu gengsi untuk itu. Tiupan angin lembut menerpa helai monokrom Koushi, seolah angin sengaja melakukannya untuk menambah pesona pada Koushi.

Oikawa terpesona, lagi. Ntah sudah keberapa kalinya ia jatuh pada pesona sang beo abu, tapi tak pernah mau mengakuinya. Perasaan yang dia rasakan pada Koushi pun tak dapat ia ketahui pasti.

"Oikawa-chan, sepertinya aku sudah kalah taruhan darimu, deh."

Sang alpha lantas menoleh pada Koushi. "Hah?" Jawabnya. Koushi berdalih menatap Oikawa dengan cengir jenaka yang biasanya ia pajang di wajahnya. Iris cokelatnya berbinar cerah, memandang Oikawa dengan penuh kasih. Ketika Koushi membuka mulutnya, Oikawa merasa jantungnya berdegup kencang.

"Perasaanku kepadamu menjadi nyata adanya. Aku suka- ah bukan, tapi aku mencintai Oikawa-chan!"

Waktu terasa berhenti sejenak, menyaksikan rekam Koushi yang mengakui kekalahannya di taruhan mereka tersebut. Oikawa membeku, mulutnya terasa kelu hingga tak bisa menjawab apapun. Perlahan, warna pada wajahnya berubah menjadi merah padam. "A-apa?!" Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutnya saat ini.

Koushi mengerling jenaka. "Karena aku kalah, kamu tak perlu khawatir dengan taruhan itu lagi." Ujarnya sambil mengambil langkah, perlahan menjauh dari Oikawa. Setelahnya, lelaki manis itu berbalik dengan cengir khas miliknya. "Dengan begitu, kamu tak perlu bertemu denganku lagi, dan aku tidak akan mengganggumu lagi!"

Koushi tetap terlihat memesona seperti biasanya, tapi terdapat satu perbedaan yang Oikawa sadari. Saat itu, mata bulat kecokelatan milik si monokrom itu tak lagi berbinar, seolah cahaya sudah tak lagi hadir di dalamnya. Koushi mengungkapkan cinta dengan tatapan kosong dan bibir yang menyinggung manis. Oikawa tidak dapat memahami arti sebenarnya.

Jantungnya terasa berhenti berdetak. "Apa  ...  maksudmu?" Tubuh sang alpha terasa membeku di tempat. Koushi perlahan berjalan menjauh darinya, tapi dirinya tidak dapat bergerak selangkah pun untuk menghentikan gerak si monokrom.

"Hari ini adalah pertemuan terakhir kita, Oikawa-chan!" Dia tersenyum manis, "Sampai jumpa lagi di kehidupan yang lain~!"

Begitulah Sugawara Koushi pergi meninggalkan seorang Oikawa Tooru dan menghilang bagaikan ditelan bumi. Tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaannya.

Bagi Oikawa Tooru, ini adalah tragedi terbesar dalam hidupnya. Dia gagal mengejar hal yang paling ia inginkan selain olahraga volly. Dia tak mampu. Jika saja saat itu ia menarik lengan Koushi dan menyanggupi kemenangan Koushi atas taruhan konyol mereka, mungkin saja Koushi tidak akan pergi meninggalkan mereka.

Hari itu adalah hari pertama kalinya Oikawa Tooru merasakan hatinya hancur karena kehilangan seseorang. Penyesalan memang akan selalu datang di akhir, bukan?

Oikawa Tooru adalah seorang idealis yang kalah dengan prestisenya.

END OF SEASON 1

A/N
Haaai! Udah setahun lamanya aku nggak update ^^) kehilangan motivasi adalah alasan terbesarnya sih, apalagi pembaca juga semakin lama semakin berkurang dan akhirnya aku memutuskan untuk stop sementara waktu. Sekarang karena Haikyuu!! lagi naik lagi, fict ini jadi ikutan naik dan dibaca lagi! Seneng deh.

Plot cerita sudah rampung sejak awal aku bikin cerita ini, tinggal dieksekusi aja sebenarnya. T-T) tapi ternyata mengeksekusi cerita itu nggak se-gampang itu!

Aku sudah lama juga nggak menulis, jadi maaf ya kalau di pertengahan tulisannya jadi beda nggak kayak terakhir kali aku update. T-T) yang penting update dulu aja dah wkwkw.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro