16.Bincang Buku Bareng Fiana
Bincang Buku “Taman Siswa” Karya Fzafiana
Fiana Zumrotul Ilmi
Sosial media:
Instagram: @fiana_zumrotul
Wattpad: @fzafiana
Dreame: Fiana Zumrotul
WA: 087855040050
Karya :
The Kingdom’s Secret Agents (Dreame, 2020)
Taman Siswa (Ruang Karya, 2020)
Mulai menulis sejak SD, tapi iseng imajinasi doang. SMA-Kuliah terlupakan. Kuliah semester akhir baru mulai nulis lagi (fiksi) sampai sekarang. Fokus tulisan ke sains populer dan fiksi sejarah/action. Selama kuliah jadi kontributor buletin kampus untuk artikel sains populer. Saat ini bergelut di dunia content writer.
Blurb
Bagaimana jika satu impian yang kau anggap berharga itu ternyata justru merenggut semuanya darimu? Sahabat, pasangan, keluarga.
Impian yang hendak kau perjuangkan itu malah membahayakan nyawamu karena menentang aturan penguasa! Kau bisa dibui bahkan mati karena dianggap melanggar aturan.
Masih bersediakah memperjuangkan mimpimu itu?
Sena menyanggupinya. Putri bangsawan yang juga anak bupati soerabaja itu, mau menerima semua resiko itu. Dia ingin mengabdi pada bangsanya melalui pendidikan.
Namun perjuangannya tidak mudah. Meski telah kehilangan semua yang berharga, dia masih harus menghadapi tirani kolonial yang menjerat langkahnya. Sebuah ordonansi pelarangan sekolah swasta disahkan pemerintah Hindia Belanda.
Mampukah Sena melewati ujian demi ujian itu untuk mewujudkan mimpinya? Ataukah ia akan tergilas juga oleh kekuasaan kolonial?
----
Teman-teman semuanya bisa melakukan pembelian dengan format:
Nama:
Alamat:
Judul:
Jumlah:
Ke nomor admin :
wa.me/+62 821-5420-9100
Harga Rp. 85.000.
⸝⸝⸝ Bahasan sekilas tentang Taman Siswa.
Taman Siswa ini menceritakan tentang seorang perempuan bangsawan bernama Sena yang ingin mendirikan Sekolah untuk anak pribumi miskin.
Berlatar di Soerabaja tahun 1932. Sena adalah putri bupati Soerabaja pada masa itu, yang berkesempatan mengenyam pendidikan hingga SMA (di HBS Surabaya), dimana tidak semua anak pribumi berhak untuk sekolah. Hanya keturunan bangsawan, priyayi dan eropa saja yang boleh sekolah di Sekolahan Pemerintah Kolonial. Sehingga anak-anak pribumi tidak bisa mendapatkan pendidikan. Satu-satunya solusi adalah bersekolah di sekolah swasta yang murah dan berkualitas rendah. Ironisnya, pada masa yang sama, pemerintah kolonial menetapkan aturan baru terkait pelarangan pendirian sekolah swasta.
Terbayang kan, bagaimana semua pintu telah ditutup rapat oleh Belanda?
Situasinya hampir mustahil. Inilah kenapa seluruh anggota keluarga menentang mimpi Sena. Tak satu pun temannya yang mau bergabung.
Taman Siswa, sebuah novel, mengisahkan perjuangan Sena, bangsawan lulusan HBS yang berusaha membuka pintu pendidikan untuk rakyat pribumi miskin di Soerabaja, 1932.
⸝⸝⸝ Latar belakang penulisan novel Taman Siswa.
Saat itu bulan Mei, bertepatan dengan hari pendidikan nasional, lahir sebuah rasa penasaran mengenai sejarah pendidikan nasional di Indonesia. pasti ada awal mula dan gerakan yang merintis sistem pendidikan ini. Karena sejauh yang saya tahu, jaman penjajahan, ada sekolah-sekolah milik pemerintah, namun tidak semua pribumi berhak sekolah.
Lalu bagaimana awal mula pribumi bisa sekolah? Saya menemukan Taman Siswa sebagai sekolah swasta yang mempelopori pendidikan yang terkoordinir masif dengan pertumbuhan cabang yang sangat cepat dalam kurun waktu singkat.
Disitulah saya semakin tertarik mendalami sejarah ini. Bagaimana Taman Siswa bisa tumbuh sesubur itu ditengah geliat pemerintah kolonial yang menutup semua akses pendidikan. Bahkan Taman Siswa mampu mempersatukan seluruh gerakan di Indonesia demi meloloskan sekolah untuk pribumi.
Saya ingin kisah tersebut diketahui lebih banyak orang, terkhusus pelajar dan generasi muda Indonesia melalui sebuah karya fiksi populer. Ada satu semangat dalam pendirian Taman Siswa itu yang ingin saya tularkan ke semua pembaca.
Sebetulnya, ide Taman Siswa ini lahir bersamaan ketika saya menulis artikel nonfiksi mengenai sejarah hari pendidikan nasional. disitulah saya menemukan kisah luar biasa dari Ki Hajar Dewantara bersama Taman Siswa ini.
Jadi saya terpikir untuk membuatnya dalam bentuk Novel.
⸝⸝⸝ Perjuangan Kak Fiana dalam penulisan novel Taman Siswa, serta kesulitan yang dirasakan selama penggarapannya.
Kesulitan yang dihadapi garis besarnya ada dua. Pertama riset sejarah Taman Siswa dan geografi Surabaya di tahun 1932 yang menjadi latar cerita ini.
Kenapa saya pilih Surabaya? Karena Surabaya adalah kota pahlawan, pertumbuhan Surabaya tergolong cepat di masa pemerintah kolonial dan saya orang Surabaya, hehehe. Riset keadaan geografis, perkembangan teknologi dan komunikasi, transportasi, juga kemajuan pendidikan di Surabaya tahun 1930-an sangat menantang. Juga tentang sejarah Taman Siswa itu sendiri. Bagaimana sepak terjangnya dalam memperjuangan pendidikan di masa itu, yang mana itu menjadi salah satu fokus pesan yang ingin saya sampaikan. Asik seru sih, perjalanan riset virtual berbekal buku sejarah, jurnal, artikel di internet, dan mengunjungi beberapa tempatnya.
Kedua, proses menyinkronkan fakta sejarah dengan fiksinya. Saya penggemar sejarah dan ini fiksi pertama saya tentang sejarah. Wah, luar biasa menantang untuk pengalaman pertama. Bagaimana membuat alur yang sinkron dengan kronologis sejarahnya. Beruntung ada satu rekan yang bersedia menjadi tempat sharing sampai buku selesai ditulis. Juga satu teman lagi yang memberi hadiah buku refrensi sejarah Taman Siswa. Kepada mereka, saya benar-benar berterima kasih.
⸝⸝⸝ Mengenai pemilihan judul.
Sebenarnya itu judul spontan, hehehe. Karena tidak menemukan judul lain yang lebih mewakili kisah Sena ini. Dan menurut saya itu judul terbaik yang mewakili cerita sekaligus menjadi pesan utama inti novel ini.
⸝⸝⸝ Sedikit penjelasan tentang tokoh-tokoh dalam Taman Siswa, dan karakter mereka.
Tokoh Utamanya, SENA. Perempuan berdarah bangsawan, tamatan HBS yang juga putri tunggal bupati Surabaya. Sena ini seorang yang keras kepala, cerdas dan pemberani. Keprihatinannya soal kesenjangan pendidikan, mengukukuhkan tekadnya untuk menempuh mimpi yang berbeda dari teman-teman priayi sesama lulusan HBS lainnya. Jalan mimpi yang berbahaya dan beresiko besar untuk masa depannya, tapi sangat dibutuhkan untuk rakyat pribumi.
Tokoh utama lainnya, TIRTA. Pemuda pribumi miskin yang bertemu Sena dalam momen-momen ketidaksengajaan. Tirta seorang Jongos (pembantu pria) di kantor Karesidenan Surabaya. Karena tuntutan pekerjaan, lambat laun dia mahir berbahasa Belanda meski hanya mengenyam pendidikan satu tahun saja. Statusnya yang rendah memberikan dirinya kehidupan penuh deskriminasi dari pemerintah kolonial. Itulah kenapa, Tirta sangat ingin menciptakan perubahan dan melawan penjajah.
Lalu ada DEWANGGA (Dewa). Pemuda kaya, anak pengusaha pabrik gula yang menjadi calon suami Sena. Mereka sudah menjalin hubungan cukup lama, dan Dewa hendak melamar Sena setelah lulus HBS. Namun, dia ingin menjadi sukses dulu dengan mengambil alih manajemen pabrik gula keluarganya baru kemudian menikahi Sena. Dewa menginginkan kehidupan yang normal dan bahagia.
Tokoh kunci terakhir, ada ALYSA. Dia seorang guru yang sudah mengajar 1 tahun di Taman Siswa Yogyakarta. Alysa kemudian dikirim untuk membantu Sena mengajar di sekolah barunya. Pengalaman dan pengetahuan Alysa seputar Taman Siswa dan pendidikan inilah yang akan membantu Sena pada proses awal pendirian sekolahnya.
⸝⸝⸝ Tokoh favorit Kak Fiana dalam Taman Siswa dan pesan yang ingin Kak Fiana sampaikan lewat tokoh tersebut.
Tokoh favoritku ya?
Hemmm... Tirta.
Kenapa ya? Mungkin karena sosok Tirta yang selalu ada buat mensupport Sena dalam segala kesulitannya. Seperti kita tahu bahwa perjuangan mewujudkan mimpi bukan jalan tol tapi makadam.
Ada kalanya kita lelah, pesimis, hampir putus asa. Tidak selamanya kita bisa mencukupi asupan motivasi itu dari diri sendiri. Ada kalanya, Kita butuh seseorang untuk terus ada, menyiram bensin pada bara api yang hampir padam, agar saat kita lelah dan hampir menyerah, kita bisa kembali bangkit dan lebih kuat. Begitulah Tirta untuk Sena.
Latar belakang Tirta yang menjadi anak pribumi miskin juga menghadirkan sudut pandang lain di cerita ini. Bukan hanya sudut pandang Sena sebagai anak priayi kaya raya yang hidup nyaman di jaman penjajahan, tapi aku ingin menunjukan juga bagaimana kehidupan pribumi miskin yang terdeskriminasi dalam semua fasilitas dan kemudahan hidup oleh penjajah. Dan itu semua hadir melalui hidup Tirta dalam novel ini. Dia akan mewakili pemuda desa yang terbelakang namun bertekad kuat menciptakan perubahan.
⸝⸝⸝ Tokoh Sena Athayu Atmojoyo itu menarik. Diceritakan dia seorang Putri bangsawan juga anak bupati yang mendirikan sekolah rakyat. Mengenai tokoh Sena.
Hemm.. enaknya mulai darimana ya. Bisa dikata Sena ini agak melawan tradisi masa itu ya. Kebanyakan bangsawan dan priayi pegawai pemerintah di era itu akan patuh pada pemerintah kolonial. Mereka kepanjangan tangan kolonial buat memerintah dan ‘menindas’ rakyat. Imbalannya, mereka bisa hidup enak dan status sosialnya tinggi. Demi menjaga itu, para bangsawan ini enggan sekali menentang segala hal yang bisa mengancam posisi mereka.
Di tahun 1930-an, Pemerintah Hindia mengesahkan undang-undang pelarangan sekolah swasta. Yang melanggar, jelas akan dibui, kehilangan status sosialnya dan hidup sengsara.
Sena menghadapi dilematis itu. Dia melihat penderitaan rakyat gara-gara kebodohan dan buta huruf. Tapi jika dia ‘bergerak’, hidupnya yang menderita.
Ga hanya keluarga yang jelas menentang kehendak Sena, tapi juga kekasihnya sendiri yang amat ia cintai, Dewa. Dewa melarang habis-habisan Sena, karena jika mimpi itu dilanjutkan, karir dan masa depan yang ia rencanakan, juga bisa habis dilibas pemerintah. Coba kita refleksikan pada diri kita masing-masing. Keputusan apa yang sekiranya kita pilih jika diwajibkan memilih antara karir dan impian dengan pasangan? Orang yang selama ini kita cintai, ternyata tidak mendukung impian kita.
Disitulah nanti, Sena harus membuat pilihan yang tidak mudah. Dia bebas memilih, tapi tidak dengan konsekuensinya.
Dan itu juga alasan kenapa aku memilih karakter seorang bangsawan, bukan pribumi biasa. Sisi dilematisnya akan lebih besar.
⸝⸝⸝ Yang membuat Kak Fiana tertarik pada genre fiksi sejarah
Karena aku punya satu keinginan untuk membuat orang-orang menyukai sejarah. Bagiku, sejarah adalah kisah yang sangat menarik, penuh pelajaran hidup, seperti pintu doraemon menuju masa lalu. Tapi bagi sebagian orang, sejarah itu membosankan dan bikin jenuh. Padahal lewat sejarah, kita bisa belajar banyak.
Karena itulah, kupikir fiksi bisa menjembatani ketidaktertarikan itu pada sejarah. Menurut Jonah Berger dalam bukunya contagious, story telling bisa menjadi solusi manjur untuk menyampaikan pesan. Sehingga, aku pilihlah jalan fiksi ini. Mengenalkan sejarah dengan cara menyenangkan.
⸝⸝⸝ Sasaran pembaca.
Novel ini cocok untuk pembaca yang sedang berjuang meraih mimpi dan masa depannya. Karena dalam Taman Siswa akan diuraikan bagaimana setiap tokoh berusaha dan bertahan pada setiap liku dan hambatan impian mereka.
Juga untuk teman-teman yang sedang galau soal karir dan pasangan. Bagaimana sebenarnya sikap yang bijak ketika dihadapkan pada dua pilihan penting untuk masa depan kita? Antara cinta dan cita-cita. Nah itu nanti akan direpresentasikan pada kisah Sena, Dewa dan Tirta.
⸝⸝⸝ Cuplikan yang menurut Kak Fiana paling mengigit dari novel Taman Siswa.
Bergetar hebat tangan Sena seperti orang yang menggigil kedinginan. Kertas kecil itu jatuh, melayang-layang sebentar di udara hingga mendarat mulus tepat disamping Sena duduk. Lemas seluruh otot dan persendiannya. Terkulai ia di atas kain tebal yang menjadi alas tidurnya itu. Seorang jongos penjara yang beberapa kali ia lihat wajahnya, menyelipkan surat kecil diantara jeruji besi lalu menghilang lagi tanpa suara. Surat itu dikirim Tirta lewat perantara teman-teman sesama jongosnya.
Malam itu menjadi semakin panjang dan berat. Ingin rasanya ia berlari ke sekolahannya sekarang juga. Jika waktu bisa diputar, dia pasti akan berjaga di depan teras dan mencegah para orang tak bertanggung jawab itu sebelum mereka memantik api. Tapi jeruji besi ini menghentikan semua niatnya. Ini berita duka yang ketiga untuknya setelah kabar Ibu sakit, kesaksian yang tak terduga dan kebakaran. Dia lemparkan tubuhnya telentang di atas kain tebal yang kasar itu. Dihirupnya udara sebanyak yang ia bisa, meski bercampur beraneka bau yang tidak sedap.
“Sekarang bagaimana?” ucap Sena dalam hatinya.
Ditatapnya langit-langit selnya yang terbuat dari beton itu. Gelap, kotor, penuh sawang dan debu yang menumpuk. Dipandanginya kegelapan itu, seperti kelanjutan kisah Taman Siswanya yang suram. Semua jalan terlihat buntu sekarang. Betapapun banyaknya percabangan yang bisa dipilihnya, semuanya hanya memberinya ujung yang samar. Tak jelas mengarah kemana dan bagaimana akhirnya. Beberapa alternatif jalan sempat ia pikirkan dalam waktu singkat itu.
Tapi lagi-lagi semuanya menemui kebuntuan ketika dihadapkan pada prasyarat dana dan keadaannya sekarang. Sebetulnya, yang pertama kali harus ia pikirkan sekarang adalah bagaimana membebaskan diri dari tuduhan ini dan lepas dari Kalisosok yang begitu membunuh semangat hidupnya ini. Setelah ia berhasil bebas nanti, baru semua masalah itu bisa dia cicil satu per satu.
⸝⸝⸝ Menurut Kak Fiana yang membuat novel ini istimewa dibanding dengan novel fiksi sejarah yang lainnya.
Keistimewaannya adalah pada ide cerita dan setting yang diambil. Saya kira tidak banyak fiksi sejarah yang mengambil setting masa kolonial di Soerabaja. Kebanyakan bersetting di Batavia.
Lalu ide dasar tentang sejarah pendidikan nasional juga belum banyak diulas secara fiksi. Cerita perjuangan menolak ordonansi sekolah liar yang digagas ki hajar dewantara, juga sangat menarik. Kenapa? Karena akibat sikap itu, ki hadjar mampu mempersatukan organisasi-organisasi pergerakan se-Hindia Belanda kala itu. Yang sebelumnya belum pernah terjadi.
Saya juga ingin menceritakan lebih dekat tentang gl Taman Siswa yang digagas Ki Hadjar Dewantara dari sudut pandang yang menyenangkan dan heroik.
Kurang lebih begitu.
⸝⸝⸝ Pesan utama dan tujuan yang ingin Kak Fiana sampaikan ke orang-orang lewat Taman Siswa.
Pesan utama, silahkan nanti disimpulkan sendiri, diresapi apa pesan utama yang didapatkan dari novel ini. 😄😄
Ada tentang perjuangan meraih impian, keluarga, persahabatan, pergolakan ego, cinta, politik. Silahkan direnungi setelah membacanya.
Adakah yang sudah mendapat kesan? Sejujurnya masih terhitung beberapa orang saja yang berkesempatan membaca sampai ending. Karena bukunya baru saja terbit dan masih proses percetakan. Jika mau mencicipi Taman Siswa, bagian awal buku saya posting di wattpad saya. Silahkan mampir. 😊
•━━━━━━━━•° °•━━━━━━━━•
SESI TANYA JAWAB
» Nama: Evtria
Pertanyaan: aku selalu tertarik sama nama. Di sini ada nama Sena sama Aliya, apa nama itu memang nama yg common buat bangsawan pada masa itu. Apa filosofinya. Adakah? Terima kasih.
:: Haii Kak Evtria
Terima Kasih buat pertanyaannya.
Untuk Sena, nama lengkapnya Sena Athayu Atmojoyo. Atmojoyo ini pake nama ayahnya.
Kalau Alysa, nama lengkapnya ALysa Putri.
Kedua nama itu, saya riset berdasarkan refrensi nama-nama Jawa yang memang sering digunakan kalangan ningrat tempo dulu kak. Dan sengaja saya pilih yang masih modern dan related sama masa ini.
» Nama: Farid Usman
Pertanyaan: Riset apa yang diperlukan untuk membuat novel ini?
:: Hak Kak Ari.. Terima kasih untuk pertanyaannya. Saya suka pertanyaan ini.
Riset yang saya lakukan garis besarnya ada dua: riset sejarah Taman Siswa sendiri, dan mengenai keadaan geografis setting tempat masa itu.
Pendalaman mengenai kronologis perjalanan perjuangan Taman Siswa yang spesifik pada tahun 1930-1933. Karena pada kurun waktu itulah kebutuhan untuk cerita ini.
Termasuk juga untuk kebutuhan pendalaman setting. Saya lakukan riset keadaan Surabaya pada tahun 1930-1932. Apa saja? geografis, alat komunikasi, transportasi, teknologi apa yang sudah berkembang, letak tata kota, sistem pemerintahan kolonial masa itu, dan bagaimana sistem sosial masyarakat di Surabaya pada kisaran tahun itu.
Juga untuk beberapa gedung yang menjadi konsen setting tempat, misalnya gedung HBS Surabaya yang kini menjadi SMA komplek di Surabaya. Penjara Kalisosok, Pelabuhan Tanjung Perak. Semua tempat-tempat historis yang ada di Surabaya tentunya berbeda dengan tahun 2020.
» Nama: Inez
Pertanyaan: Setahu saya, fiksi sejarah itu selalu berusaha menyeimbangkan narasi tanpa bertele-tele. Nah, yang mau saya tanyakan, bagaimana cara menyeimbangkan narasi emosi dan narasi situasi?
:: Memang saya sadari itu tantangan yang ga mudah. Terlebih untuk saya yang baru menelurkan karya pertama dalam fiksi sejarah. Untuk menyeimbangkan narasi, biasanya saya berangkat dari kacamata mana yang akan saya gunakan ketika memulai cerita.
Sejauh ini saya tidak memberi batasan berapa porsi untuk emosi atau situasi. Yang menjadikan bertele-tele adalah ketika tidak mampu mengemas narasi situasi, sehingga jatuhnya seperti promosi situs sejarah. Jadi saya berusaha menghadirkan narasi yang melekat dan memikat baik itu untuk menjelaskan situasi atau emosi tokohnya. sehingga berapapun porsi atas emosi dan situasi tidak akan jadi soal selama pembaca dapat menikmati keseluruhan cerita.
» Nama:
Pertanyaan: Tadi sudah dijelaskan bahwa kakak itu suka menulis sejak sd, namun berhenti ketika sma dan lanjut lagi ketika kuliah semester terakhir. nah, kalau boleh tahu, apa faktor yang menyebabkan kakak berhenti menulis saat itu? apakah karena kesibukan atau ada faktor lainnya?
:: Dulu saat SD, saya masih menulis di buku tulis. Sampai sekarang bukunya masih saya simpan meski udah berjamur. Kenapa sempat berhenti? Lebih tepatnya vakum total ketika SMA dan Kuliah.
Benar, pertama karena kesibukan sekolah dan organisasi. Kedua, saat itu saya belum menemukan Nilai penting sebuah karya fiksi dan kenapa saya harus menggeluti bidang itu.
Tapi ketika alasan kedua terjawab, sekarang langsung tancap gas, menghidupkan lagi tungku pemanasnya buat kembali menulis.
Waktu-waktu vakum yang kesannya terbuang itu tidak pernah saya sesali. karena di masa SMA-Kuliah lah yang berjasa besar membentuk saya yang sekarang.
FYI: Saya vakumnya nulis fiksi. nulis nonfiksinya tetep jalan ya. Hehehe.
🌻🌻🌻
Langsung hubungi kontak adminnya yuk buat beli.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro