Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 1

Happy Reading Guys 😊
∆∆∆

"Woy Fan! Ikut gak?" teriak Kevin saat Fani sedang berjalan menuju mobil sport-nya.

"Ikut apa? Tawur?" tanya Fani balik.

"Jangan keras-keras bego! Nih ambil!" Kevin melempar sebuah gir yang di ikatkan dengan ikat pinggang.

"Oke, thanks, Vin." Fani berjalan keluar area sekolahan mendahului Kevin.

"Dih, itu bocah ninggalin gue," cibir Kevin kesal lalu menyusul gadis yang telah berjalan mendahuluinya itu.

Mereka berjalan sejauh sekitar 500 m dari area sekolah mereka. Ketika sampai sana tawuran telah dimulai dengan tangan kanan Kevin sebagai pengomando karena Kevin terlambat. Tanpa menunggu lebih banyak waktu terbuang, kedua remaja yang baru tiba itu segera bergabung.

Saat belum ada sepuluh menit Fani bergabung, tiba-tiba terdengar terikan yang berhasil membuat masa kocar-kacir membubarkan diri. "POLISI!!"

Perhatian Fani dan lawan duelnya, Bima teralihkan. Bima yang terlebih dahulu menyadari keadaan, segera menarik tangan Fani yang masih bingung.

Mereka berlari menyusuri gang-gang sempit dan perkampungan kumuh dengan tangan Bima yang masih menarik tangan Fani. Hingga mereka sampai pada sebuah bangunan tua bercat putih dengan separuh bangunan yang sudah roboh. Bima segera berbelok menuju bangunan tersebut dan bersembunyi, membuat Fani yang tangannya masih di genggam Bima, terpakasa mengikutinya.

Setelah keadaan aman dan polisi sudah pergi, mereka keluar dari tempat persembunyian. Saat mereka keluar, barulah mereka sadar jika sedari tadi mereka masih bergandengan tangan. Fani yang pertama kali menyadarinya, segera melepas genggaman tangan tersebut. Lalu melangkah pergi.

'Bused, dah! Cantik bener! Sayang banget, jutek! Udah di tolongin bukannya berterimakasih malah pergi gitu aja!' batin Bima.

"Heh! Lo mau kemana? Seenggaknya bilang makasih dulu gitu ke'! Eh lo pasti yang namanya Rafania itu kan? Kenalin gue Bima Raditya--"

"Gue tau!" sela Fani, kembali berjalan pergi.

'Rese! Ganjen banget sih tu cowok! Asal tarik-tarik orang seenaknya aja!'

***

Fani memasuki sebuah rumah dengan menyeret koper yang di tangannya. Ia dan keluarganya baru pindah hari ini kerumah yang baru saja papanya beli untuk tinggal selama di Jakarta hingga beberapa tahun ke depan. Sebelumnya mereka tinggal di apartemen, tapi karena Mama Fani dan Fani tidak terlalu suka tinggal di apartemen akhirnya mereka membeli rumah di sebuah komplek elit.

"Pa! Kamar Fani yang sebelah mana?" tanya Fani pada Surya-Papa Fani.

"Kamar kamu di lantai 2 pintu pertama, Fan."

"Terus kamarku, Pa?" Sekarang giliran Arga.

"Pintu ke-2."

"Lantai 2, Pa?" tanya Arga lagi.

"Gak! Lantai lima, Ga!" teriak Surya, membuat Fani tergelak. Sedangkan Arga-sang Kakak-memberengut kesal.

"Udah-udah sana, istirahat dulu," sela Kirana-Mamanya Fani-untuk menengahi dan dibalas anggukan oleh Fani dan Arga.

"Bang Ar, bantuin bawa kopernya," mohon Fani.

"Gila lo! Koper gue aja berat!"

Fani dan Bima sama-sama pergi menuju kamar mereka masing-masing yang bersebelahan. Saat sampai kamarnya, Fani segera merapikan kamarnya dan memasukkan baju-bajunya kedalam lemari. Lalu setelah selesai Fani merebahkan dirinya hingga pelan-pelan terlelap.

Sampai sekitar 2 jam Fani tidur dan bangun saat langit sudah gelap. Fani bergegas mandi karena jika Kirana tau, bisa-bisa kena omel. Setelah selesai mandi, Fani beranjak menuju dapur dan membuat segelas cappuccino hangat yang sebelumnya Fani harus mencari bubuk kopi dulu yang masih terletak di dalam kardus.

"Fan, lo udah bangun?" suara Arga cukup mengagetkan Fani.

Fani terlonjak kaget saat mendengar suara Arga. "Gak usah muncul tiba-tiba dong, Bang!" teriak Fani dengan kesal. "Iya, gue baru bangun. Kenapa emang?"

"Udah liat balkon kamar lo apa belum?" tanya Arga sambil menuangkan segelas air dari botol yang di simpan di dalam kulkas.

"Belum, kenapa?"

"Tadi gue denger dari mami, katanya balkon kamar lo sampingan sama balkon anak tetangga yang kata mami juga kalau dia ganteng."

"Terus?"

"Ya lo gebet, apa pacarin sekalian gitu lah Fan. Kan lumayan kalau emang bener ganteng," Fani melirik sinis pada Arga.

"Ngomong lo kayak cewek-cewek centil di kelas gue, Bang. sejak kapan lo jadi cowok melambai?" tanya Fani mengejek lalu pergi meninggalkan Arga yang sudah pasti membalas Fani dengan mencibir tentang kemirisan nasib jomblo adiknya itu.

Kemudian gadis itu pergi ke balkon kamarnya, yang ternyata memang benar bersebelahan dengan balkon tetangganya. Dari sejak Fani tinggal di New York, ia sangat suka minum cappucino di malam hari sambil duduk-duduk atau bersandar di tepi balkon kamarnya.

Fani mulai termenung beberapa saat sambil sesekali menyeruput kopinya, sampai terdengar pintu kamar tetangganya yang menuju balkon itu terbuka. Fani mengamati dengan seksama, seolah pernah melihat seorang laki-laki yang baru saja keluar menuju balkon kamar di depannya.

Begitu juga sang laki-laki, dia juga merasa pernah melihat gadis di hadapannya. Lalu ia menyadari jika gadis itu adalah Rafania.

"Lo Rafania kan?" pekik laki-laki tersebut.

"Anak SMA Jayawijaya," ucap Fani sedikit bergumam tidak jelas.

"Jangan-jangan lo anak tetangga baru itu ya? Wahhhh ... Tetanggaan sama cewek cantik, nih!" Fani yang mendengar laki-laki itu sedang menggodanya, bergidik ngeri lalu pergi masuk ke kamarnya.

"Ehhhh! Tunggu! Lo mau kemana! Kita belom kenalan oy! Kalau lo lupa nama gue---"

Brak

Terdengar suara pintu di tutup dengan kasar.

"Bima," lirih laki-laki itu memelankan suaranya.

'Dasar cowok rese!' batin Fani sembari merebahkan tubuhnya ke tempat tidur setelah menutup pintu dengan keras.

***

Surya berjalan menuju mobilnya dan di ikuti dengan Fani yang berjalan di belakannya. Namun, tiba-tiba Surya berhenti saat akan masuk ke dalam mobil. Fani mengikuti arah pandangan Surya, yang mengarah pada dua orang pria di halaman rumah tetangganya.

"Eh, Fan! Kita kenalan sama mereka dulu, yuk! Itu tetangga kita yang kemarin ke sini, kamu belun kenalan kan?"

"Eh-em-iya, Pa!" Fani mengikuti saja ke mana arah papanya melangkah.

"Oy! Ndra!" teriak Surya.

"Eh, elo Ya! Mau berangkat kerja?"

'Bused dah! Ini orang pada gak inget umur apa?' batin Fani.

"Yoi! Oh ya! Nih kenalin anak perempuan gue," kata Surya lalu melirik Fani sekilas.

"Fani," kata Fani memperkenalkan diri.

"Panggil aja Om Andra. Dan ini anak Om." Andra menepuk pundak Bima yang sedari tadi hanya diam.

"Hai, kenalin gue Bima!" kata Bima sambil mengulurkan tangan mengajak Fani bersalaman.

"Fani," jawab Fani cuek.

"Yahh! Cantik-cantik kok jutek sih, Neng!" kata Bima.

Pletakkk

"Aduh!! Sakit, Pa?" Bima mengelus jidatnya yang bekas di sentil papanya.

"Makanya jangan suka gombal!"

"Halah kayak Papa enggak!"

"Udah lah mending kita berangkat, udah siang, Pa." Fani berjalan lebih dulu masuk menuju mobil Papanya dan duduk di dalam menunggu papanya yang tak akan berhenti mengobrol.

"Paaaaa, cepetan! Fani telat, nih!" teriak Fani yang akhirnya membuat Surya menyudahi obrolannya.

Surya mengantarkan Fani sampai kedepan SMA nya. Fani segera masuk karena gerbang sudah hampir ditutup oleh satpam yang menjaga.

***

"Hallo! Buat apa? Oke, gue kesana pulang sekolah! Oke-oke jam 9, awas kalau lo nipu gue!"

Selanjutnya terdengar sambungan yang diputus.

"Oy Vin!" teriak Fani memanggil Kevin yang masih bersandar di mobilnya meskipun bel masuk telah berbunyi.

"Ngapain lo pagi-pagi udah nelfon? Kayak orang penting aja!" ejek sang gadis.

"Eh, asal lo tau, ya! Gini-gini gue itu orang panting tau'!"

"Penting dari mana? Dari Hongkong?!"

"Bukan dari, tapi lebih tepatnya di, di hidupmu." Kevin mengedipkan salah satu matanya, genit. Lalu pergi begitu saja menuju kelasnya sebelum Fani mulai berteriak dan mengomelinya. Sedangkan Fani mendengus kesal. Lalu ia juga pergi meninggalkan parkiran menuju kelas.

Di kelasnya, Fani sama sekali tak memperhatikan. Begitu membosankan baginya. Dan bel istirahat yang berbunyi membuat hati Fani lega. Gadis itu segera pergi meninggalakan kelas untuk berkumpul bersama Kevin dkk.

"Eh, Vin, mau ke mana?" tanya Rizki sahabat Kevin.

"Mau cabut, ada urusan!" jawab Kevin santai.

"Ikut dong," sela Fani yang baru datang.

"Main ikut aja, anak kecil ikut ikut " ejekan Kevin dibalas teriakan menggelegar dari Fani yang kesal.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro