Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 8

(Name) menghela napas panjang saat dirinya sudah duduk di salah satu kursi kereta. Syal dan masker sukses membuat (Name) sedikit lebih baik.

'Seharusnya Ichiro sudah kembali sekarang,' pikir (Name).

Setelah Ichiro keluar dari kamar (Name), perempuan itu langsung bangkit dari kasurnya dan mengambil kopernya. (Name) membuka lemari pakaian dan memasukkan semua pakaiannya ke dalam kopernya, tak lupa menuliskan surat dan meletakkan kunci rumah keluarga Yamada di meja makan. Setelah keluar dari rumah keluarga Yamada, (Name) langsung kembali ke apartemennya yang juga berada di Ikebukuro-tak jauh dari kantornya. Tapi tidak sampai disana, (Name) langsung meninggalkan apartemennya, menduga Yamada bersaudara juga sudah mengetahui letak apartemennya.

Setidaknya setelah mandi tadi, (Name) mendapatkan cukup tenaga untuk sampai di stasiun.

'Aku harus mendinginkan kepalaku, di suatu tempat,' batin (Name), dengan matanya yang perlahan menutup-dan (Name) pun terlelap.

[][][]

"Sebentar lagi kereta ini akan berhenti di stasiun Yokohama. Sekali lagi, sebentar lagi kereta ini akan berhenti di stasiun Yokohama."

Suara pengumuman dari kereta perlahan menyadarkan (Name), dan perempuan itu sadar 100% saat kereta yang dia naiki berhenti.

"Yokohama, ya?" gumam (Name) berdiri dari kursinya.

Rasa pusing langsung menyerang kepala (Name) saat perempuan itu berdiri dari posisinya.

'Setidaknya aku harus keluar dari kereta terlebih dahulu,' pikir (Name) berjalan.

(Name) sukses keluar dari kereta, dan beruntung dia tidak menabrak siapapun saat keluar dari kereta. Perempuan itu kini sedang berjalan di tengah kota Yokohama, di siang hari yang sangat panas sampai menusuk ke dalam tubuh.

"Hei ojou-san, apa yang kau lakukan sendirian disini?"

(Name) mengerutkan alisnya saat menyadari dirinya dikelilingi oleh sekelompok laki-laki mencurigakan. Saat itu juga (Name) menyadari bahwa dia berjalan ke dalam gang-gang sempit yang gelap, demi menghindari panasnya hari saat ini.

'Dikelilingi laki-laki misterius saat sedang sakit, sungguh beruntungnya aku hari ini,' batin (Name) diam-diam memutar bola matanya.

Terima kasih seminggunya dilewati menginap bersama Yamada bersaudara, sekarang (Name) tidak panik saat dikelilingi laki-laki tak dikenal.

Tapi bukan itu masalahnya sekarang.

"Tidak ada, aku hanya ingin lewat disini," jawab (Name), "tolong tinggalkan aku sendiri."

"Ojou-san, kau terlihat pucat-dan dari penampilanmu, apa kau sedang sakit?"

Pandangan (Name) mulai menggelap, dan (Name) hanya bisa menggerutu pelan saat rasa pusing yang sama kembali menyerangnya.

"Sudah kubilang, tinggalkan aku sendiri ...."

Itulah yang terakhir (Name) ucapkan, karena setelah itu pandangannya menggelap dan (Name) tidak sadarkan diri.

[][][]

"Nee-san!?"

Pintu apartemen (Name) dibuka, menampilkan Ichiro yang panik dan langsung masuk ke dalam apartemen (Name).

'Tidak ada ....'

Perhatian Ichiro langsung tertuju pada ruang tengah apartemen (Name), dimana dia melihat koper (Name) yang tergeletak di tengah ruangan.

"Sudah kuduga Nee-san pasti kembali ke apartemennya terlebih dahulu," gumam Ichiro.

Tapi sekarang kemana perempuan itu pergi?

Suara getaran dari handphone Ichiro sukses membuat sang laki-laki mengambil handphone-nya dan melihat nama pemanggilnya: Jiro.

"Halo, Jiro? Bagaimana?" tanya Ichiro langsung.

"Aku dan Saburo sudah pergi ke kantor Nee-san, namun Tuan Harrison bilang Nee-san tidak ada pergi ke kantor seharian ini."

Rasa kecewa langsung Ichiro rasakan, membuat sang laki-laki menghela napas panjang.

"Nee-san juga tidak ada di apartemennya, sekarang kalian pulanglah-aku akan pulang sebentar lagi," setelah mendapat jawaban dari Jiro, Ichiro pun mematikan panggilan tersebut.

"Tidak bisa, aku tidak bisa merepotkan kalian lagi-aku sudah banyak merepotkan kalian bertiga, sejak awal aku menginap disini."

Ichiro menggertakkan giginya, dengan tangannya memukul dinding terdekat.

"Kemana kau pergi, Nee-san? Dengan kondisi seperti itu?"

[][][]

(Name) perlahan membuka kedua matanya, dan menyadari dia sudah tidak berada di gang sempit tempat terakhir kali dia ingat. Justru (Name) mengerutkan alisnya saat menyadari dirinya berada di kamar hotel.

'Apa yang terjadi?' pikir (Name) memegang kepalanya yang sedikit pusing.

"Sudah sadar sepenuhnya?"

Suara khas laki-laki sukses menarik perhatian (Name), dan saat perempuan itu menoleh ke sebelah kanannya, dia melihat seorang laki-laki yang sedang duduk di sebelah kasurnya.

"Um ...."

"Sepertinya kau sudah sadar sepenuhnya," sahut laki-laki itu.

"Apa yang terjadi?" tanya (Name) berusaha bangkit dari kasur, "seingatku aku berada di dalam gang dan sedang-urgh."

(Name) langsung meringis kesakitan saat rasa pusingnya tiba-tiba jadi sangat menyakitkan saat (Name) berusaha duduk.

"Jangan paksakan dirimu, kau jatuh pingsan karena demam," sahut laki-laki itu mendorong pundak (Name) agar perempuan itu kembali terbaring di atas kasur.

"Pingsan? Lalu bagaimana aku bisa ada disini?"

"Anak buahku yang membawamu kemari, mereka melihatmu masuk ke dalam gang sempit yang tidak aman, jadi mereka mendekatimu-tapi mereka terkejut saat kau pingsan di depan mereka," jelas laki-laki itu, "itu yang anak buahku ceritakan padaku."

(Name) terdiam, sebelum akhirnya teringat sekelompok laki-laki yang mendekatinya sebelum dia jatuh pingsan.

"Jangan bilang sekelompok laki-laki dengan penampilan seperti yakuza itu anak buahmu?" tanya (Name).

Laki-laki itu mengangguk.

"Kami memang yakuza-bukan seperti yakuza lagi," jawab laki-laki itu, "lalu-apa kau punya cerita versi lain dari sudut pandangmu?"

(Name) terdiam, sebelum akhirnya menggeleng.

"Aku sempat mengira mereka orang jahat, sebenarnya," ungkap (Name) tersenyum canggung.

"Wajar kau berpikiran seperti itu saat kau melihat pakaian mereka, dan saat kau berada di gang sempit dan dikerumuni oleh mereka," sahut laki-laki itu.

"Kalau begitu, aku ingin berterima kasih pada mereka karena sudah membawaku kemari," ucap (Name) mencoba bangkit.

Namun (Name) membatalkan niatnya saat melihat laki-laki yang duduk di dekatnya itu memberikan tatapan tajam.

"Apa perlu kuulangi sekali lagi, ucapanku sebelumnya?"

"T-tidak perlu," jawab (Name) langsung.

"Bagus."

Suasana menjadi sunyi, dan (Name) yang merasa tak nyaman karena tidak bisa berterima kasih pada sekelompok laki-laki yang menyelamatkannya itu pun akhirnya buka suara.

"Kalau begitu," ucap (Name)-menarik perhatian laki-laki tadi, "beritahu aku siapa namamu."

"Hah, untuk apa? Apa kau mau menyantetku?"

"Yang benar saja," sambar (Name) tidak terima, "jika aku tidak bisa berterima kasih langsung pada mereka-setidaknya sampaikan ucapan terima kasihku pada mereka, mengingat kau adalah atasan mereka. Jadi beritahu aku namamu."

Laki-laki itu pun hanya menghela napas panjang, lalu menatap (Name).

"Namaku Aohitsugi Samatoki. Ingat itu baik-baik, onna."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro