Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 12

"Eh, ke taman bermain?" heran (Name) pada Ichiro yang memberikan sebuah pamflet.

Ichiro mengangguk.

"Jiro bilang saat Nee-san sakit dulu kalian berjanji akan piknik bersama," jelas Ichiro, "kemudian aku mendapatkan tiket gratis dari salah satu pelangganku untuk ke taman bermain ini. Kebetulan juga taman bermain ini sedang melakukan kolaborasi paket piknik dengan taman bunga yang ada di depannya."

"Hee," (Name) bergumam panjang, "apa tiketnya cukup?"

"Yep," jawab Ichiro mengeluarkan satu tiket, "paket bermain sepuasnya di taman bermain dan piknik di taman bunga, untuk empat orang."

"Baiklah," ucap (Name) tersenyum, "jadi mau kapan kita berangkat? Bagaimana kalau besok?"

"Tidak boleh!"

(Name) berkedip kaget, sementara Ichiro mengerutkan alis tidak suka.

"E-eh, kenapa?" tanya (Name), terkejut dengan respons negatif Ichiro.

"Nee-san," panggil Ichiro semakin mengerutkan alisnya—kali ini meletakkan kedua tangannya di pundak (Name), "Nee-san baru sembuh, lebih baik istirahatkan tubuh Nee-san terlebih dahulu. Lagipula acaranya sampai dua bulan, masih ada banyak waktu."

(Name) memandang lama Ichiro, sebelum akhirnya terkekeh.

"Astaga, kupikir karena apa," komentar (Name) kemudian meletakkan pamflet yang dia pegang di atas meja, "Ichiro—aku sudah sembuh total seminggu yang lalu, semua barangku juga sudah dipindahkan kemari tiga hari yang lalu dan urusan pergantian marga keluargaku sudah selesai dua hari yang lalu."

"Tapi tetap saja Nee-san perlu—" Ichiro tidak bisa menyelesaikan ucapannya karena tiba-tiba (Name) menarik kedua pipinya.

"Kakakmu ini tahu kapan harus memaksakan diri dan kapan harus berhenti, Ichiro," ucap (Name) tersenyum.

"Tunggu, aku tidak mau dengar itu darimu, Nee-san! Tidak setelah kau hilang saat masih sakit!"

[][][]

"Ah," (Name) berkedip kaget saat melihat secarik kertas yang dia dapat dari saku salah satu pakaiannya, "kertas apa ini—"

(Name) kemudian membuka kertas tersebut, dan irisnya melebar saat melihat kontak seseorang, dengan nama yang sangat familier di matanya.

"Astaga—dia pasti masih menunggu sekarang."

Tentu kontak yang tertera adalah kontak Samatoki. (Name) kemudian mencari handphone-nya dengan panik, dan saat dia sudah menemukannya—(Name) langsung menekan nomor yang tertera disana dan memanggil Samatoki.

'Ichiro sedang pergi ke tokonya, Jiro dan Saburo sedang pergi sekolah,' pikir (Name).

Panggilan (Name) diangkat pada dering ketiga.

"Halo?"

"Ah," (Name) menelan salivanya, "Samatoki—ini aku, (Name)."

Hening beberapa detik, (Name) langsung menjauhi handphone tersebut dari telinganya.

"HA! AKHIRNYA INGAT KAU JUGA DENGANKU HUH? KUSO ONNA?"

(Name) hanya tertawa canggung, kembali mendekatkan handphone-nya.

"Haha, panggilanku turun pangkat ya? Dari onna menjadi kuso onna?" tanya (Name), "atau justru naik pangkat?"

"Itu hal pertama yang kau ucapkan? Yang benar saja?"

(Name) terdiam, sebelum akhirnya menunduk.

"Maaf, Samatoki. Aku lupa menghubungimu minggu lalu karena ... lupa."

Hening beberapa saat—tidak ada balasan dari Samatoki, dan itu membuat (Name) sedikit takut.

"Hn, kumaafkan. Dari suaramu, sepertinya hubunganmu dengan keluargamu baik-baik saja."

(Name) berkedip beberapa kali, kemudian mengangguk dengan semangat.

"Ah, mereka sempat memarahiku karena hilang saat masih sakit," jelas (Name), "tapi ya—hubungan kami membaik sekarang."

"Hee, baguslah kalau begitu."

(Name) kemudian berkedip beberapa kali—seolah teringat sesuatu.

"Ngomong-ngomong, tiga hari lagi kami akan piknik ke taman bunga, dan bermain di taman bermain bersama."

"Huh, tiga hari lagi?"

"Mhm, sebenarnya mereka bersikeras untuk pergi minggu depan, itu pun karena mereka masih khawatir dengan kesehatanku," jelas (Name), "tapi aku sudah sembuh total minggu lalu, jadi menurutku tidak apa-apa pergi besok."

"Adik, hm? Mereka pasti adik yang baik, memikirkan kesehatan kakak mereka—walaupun kakak mereka keras kepala sepertimu."

"Hei, tidak sopan!"

"Jadi? Biar kutebak, kalian berdebat dan sepakat akan pergi tiga hari kemudian?"

"Oh, tepat sasaran. Tidak kusangka kau cukup pintar, Samatoki."

"Kau ini—"

"Tapi bukan hanya karena kesehatanku kok," ucap (Name) memotong ucapan Samatoki, "karena semua barangku dan urusan di kantor sipil juga baru selesai dua hari yang lalu, jadi mereka pikir aku masih lelah."

"Hah, pindah? Kantor sipil?"

(Name) berkedip beberapa kali, kemudian tersadar kalau dia belum cerita secara keseluruhan mengenai dirinya yang menjadi keluarga Yamada.

"Eh, sepertinya aku belum cerita padamu ya?"

"Kau saja baru telepon hari ini, kuso onna."

"Hehe, sekali lagi maafkan aku, Samatoki," ucap (Name), "tapi ini salah satu alasan kenapa aku bisa lupa meneleponmu—aku sedang sibuk pindah dari apartemen lamaku ke rumah baruku."

"Itu menjelaskan pindah-pindahmu. Lalu, kantor sipil?"

"Ah, untuk mengganti marga keluargaku," jawab (Name).

"Bukannya margamu (Surname)?"

"Itu marga keluargaku sebelumnya, aku menggantinya dengan marga keluarga angkatku."

"Hm, menjadi apa?"

"Menjadi Yama—"

(Ding! Dong!)

Suara bel rumah menarik perhatian (Name), dan langsung menghentikan ucapannya.

"Sepertinya ada tamu," ucap (Name) sedikit menjauhi handphone dari telinganya.

(Name) kemudian kembali mendekatkan handphone-nya.

"Nanti akan kutelepon kembali, Samatoki. Sampai nanti."

"Hei tunggu dulu—"

(Name) langsung mematikan panggilannya, dan bergegas menuju pintu depan.

[][][]

Omake:

Samatoki hanya memandang lama layar handphone-nya, dimana tertera panggilan yang sudah diputuskan oleh nomor yang tidak dikenal—nomor (Name).

"Sialan, aku digantung olehmu selama seminggu tidak untuk dibuat penasaran, kuso onna!"

'Dan juga... Yama? Jangan bilang Yamada?'

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro