Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

part 30

Hari minggu tiba. Hari yang dinantikan semua orang agar bisa bersantai ria di rumah atau menyegarkan pikiran dengan cara liburan. Tapi, ada juga sebagian dari mereka lebih memilih untuk bermalas-malasan di kasur sambil menontot film atau drama Korea.

Saat ini, Bintang sedang tengkurap di atas tempat tidurnya. Gadis itu sudah makan, bersih-bersih kamarnya, dan juga mandi tentu saja. Dengan kedua telinga yang disumpal oleh aerphone, Bintang mulai menjelajahi akun Instagramnya. Ia mulai menscrool beranda Instagram.

Instagram Bintang hanya berisi cover-cover lagu dari para selebgram. Atau dari teman satu sekolahnya saja. Ia juga jarang aktif di akunnya sendiri. Paling-paling hanya sesekali saja membuat insta story atau postingan foto biasa.

Terakhir kali ia memposting foto itu saat foto bersama dengan keluarganya. Saat mereka berlibur ke Bali. Ada Wira juga yang ikut. Ah, Bintang jadi ingin liburan lagi.

Jari Bintang mengklik insta story yang yang ada di beranda Instagramnya. Terus klik-klik hingga dari insta story ini ke yang lainnya. Hingga saat ia melihat insta story milik Langit, ia melihatnya dengan seksama.

Langit memvideo-kan Marini--marmutnya-- yang sedang berenang di tempat yang sudah pemuda itu sediakan, sepertinya. Tempatnya hampir seperti ember, tetapi dengan ukuran yang lebih besar. Marini bergerak ke sana-kemari dengan lincah. Suara Langit menderai tawa terdengar. Saat marmutnya hampir saja tenggelam, pemuda itu justru terbahak. Video berdurasi lima belas detik itu selesai. Bintang bahkan terkekeh melihat aksi marmut itu dan suara tawa Langit yang menggema.

"Ada-ada aja," gumamnya.

Lima menit kemudian, satu notifikasi masuk dari Langit. Rupanya pemuda itu mengirimi Bintang chat di WhatsApp. Dilihat dari panel, Bintang bisa membaca apa isi pesan dari chat Langit.

Langit
Bin, lagi sibuk gak?

Bintang langsung membuka WhatsApp. Ia membuka roomchatnya dengan Langit. Lalu mengetikkan balasan untuk pemuda itu.

gak

Tanda centang biru langsung terlihat. Bintang sampai keheranan. Langit sepertinya menunggu balasan chat darinya. Ya, sepertinya. Siapa tahu saja kan, Langit tidak sengaja mengklik roomchatnya, padahal ingin membuka chat dari orang lain? Oke, masa bodo. Tidak terlalu penting juga untuk Bintang.

Mengetik...

Sangat gerak cepat. Seharusnya Bintang memberi Langit acungan jempol karena pemuda itu membalas dengan sangat cepat.

Balasan dari Langit kini masuk.

Emm, gue mau ngajak lo jalan. Mau nggak? Sekarang.

Bintang membulatkan matanya. Ia kemudian melihat jam. Sekarang masih pukul 10.15. Langit memang benar-benar penuh kejutan. Pemuda itu selalu saja ada tingkahnya.

Kmana?

Kalo udah nanya ke mana, pasti lo mau kan jalan sama gur
Eh typo, *gue

Tergantung

Mati dong

Serah lo

Hahaha, judes terosss
Mau ya Bin gue ajak jalan? Set jam lagi gue otw rumah lo. Ga usah dandan, ga guna juga, ga akan ada yg suka sama lo selain gue

👍

Bintang mendengus setelahnya. Mampus, batinnya setelah membalas emoji jempol saja untuk pemuda itu. Itu tadi Langit menghina atau apa?

Gadis itu kemudian menaruh ponselnya begitu saja di atas kasur dan beringsut bangun. Ia berjalan ke lemari pakaian dan membukanya. Mengambil celana jeans dan sweater abu-abu muda. Setelah itu ia pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

•••

"Mau ke mana, Sayang?" tanya Tiwi saat melihat Bintang berpakaian rapih dan duduk di sampingnya.

"Jalan sama Langit," sahut gadis itu. Tangannya mengecek ponsel dan ada satu chat dari Langit. Pemuda itu bilang sudah berada di jalan menuju rumahnya.

"Kalian pacaran kan?" Bintang menoleh. Dan langsung menggeleng cepat. "Enggak."

Tiwi menekuk alisnya bingung. Tangannya merapihkan rambut Bintang. Wanita itu tersenyum hangat. "Langit itu baik, Mama bisa menilainya karena sikap dia ke kamu. Dia juga udah mau repot-repot nemenin kamu waktu ke sini. Mama yakin, dia sayang sama kamu," ucapnya.

Bintang menatap Tiwi. Lalu memeluk tubuh Mamanya. Menyandarkan kepala di dada Mamanya itu. "Langit bilang, dia sayang sama aku," kata Bintang cuek.

"Nah, kan bener. Kamu juga pasti sayang dong sama dia. Lengket terus kayaknya," goda Tiwi pada Bintang sambil terkekeh geli.

Bintang memejamkan matanya. Kemudian menjawab, "Enggak tau."

Dan ia tidak tahu, jawaban itu akan bertahan sejauh apa jika menyangkut perasaannya pada Langit.

°°°

"Mau ke gramedia?"

Bintang menoleh pada toko buku di sampingnya. Saat ini ia dan Langit berada di mal. Pemuda itu mengajaknya ke bioskop. Setelah menonton film yang Langit usulkan, pemuda itu mengajaknya untuk berkeliling terlebih dahulu.

Seharusnya, Bintang menolak atau marah karena diajak keliling mal yang besar itu. Tapi, gadis itu malah menurut saja. Bahkan sampai saat ini, tangannya masih berada digenggaman Langit. Pemuda itu tidak pernah melepaskannya sama sekali.

Entah apa yang merasukimu, Bintang.

"Lepasin tangan gue," pinta Bintang pada Langit sambil melirik tangannya.

Langit langsung terkekeh dan melepas genggamannya pada tangan Bintang. Sesaat kemudian, gadis yang bersamanya itu memasuki gramedia. Ia mengekori dari belakang.

Bintang berdiri di antara rak novel-novel remaja. Ia memilih novel mana yang cocok. Membaca blurbnya dengan baik. Sesekali gadis itu membenarkan kacamatanya yang merosot. Bahkan ia sudah lupa di mana keberadaan Langit. Biarkan saja. Toh, tidak akan hilang juga.

Dua puluh menit Bintang memilih, pilihannya jatuh pada dua novel remaja yang kini tengah menjadi best seller. Alani dan Caca yang merekomendasikan padanya untuk membaca novel itu. Ia berjalan ke kasir dan langsung menemukan Langit yang berdiri di dekat situ.

"Udah?" tanya Langit. Menghampiri Bintang. Dan berdiri di samping gadis itu.

Bintang mengangguk sebagai jawaban. Langit kemudian memberikan dua lembar uang berwarna merah kepada kasirnya. Setelah itu menarik tangan Bintang dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya memegang kantung berisi novel gadis itu. Dan berjalan keluar toko.

"Lain kali nggak usah kayak gitu," ucap Bintang tiba-tiba.

Langit menolehkan kepalanya. "Kayak gitu gimana?"

"Gak usah bayarin apa yang mau gue beli. Masing-masing aja."

"Nggak bisa gitulah!" bantah Langit.

"Bisa," balas Bintang santai.

"Enggak!"

"Bisa, Lang."

Langit berdecak sebal. "Gimana bisa masing-masing kalo gue maunya selalu berdua sama lo?" Dalam hatinya, ia bergumam, baper kek, Bin, ayo baper sama gue.

"Receh," cibir Bintang.

"Gitu dibilang receh. Dicuekin dibilang gak peka. Ngungkapin perasaan dibilang becanda. Heran gue sama cewek. Maunya apa coba? Untung gue sayang sama lo, kalo enggak, ogah gue sabar setengah mati ngadepin lo yang judes dan suka marah gak jelas," gumam Langit.

Dan tanpa ia tahu, Bintang masih bisa mendengar gumamannya. Gadis itu tersenyum kecil tanpa disadari. Dan balas bergumam juga. "Kodrat cowok buat terus ngalah sama cewek."

"Apa, Bin?" tanya Langit.

Bintang menaikkan satu alisnya. Menoleh pada Langit. "Apanya?"

"Lo tadi ngomong apaan?"

"Lo ganteng hari ini," sahut Bintang santai. Dengan wajah datarnya.

Langit langsung gelagapan. Jantungnya sudah disko di dalam sana. Ia berdehem pelan. "Tapi bohong, kan?" Secara, tidak mungkin Bintang memuji dirinya secara gamblang. Meskipun pada nyatanya, ia memang ganteng.

Dan dengan wajah tanpa dosanya, Bintang menjawab, "Nah, itu tau."

Langit ingin sekali memakan Bintang hidup-hidup karena gemas menghadapi gadis itu.

•••

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro