Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 20



Menjelang sore ini, SMA Purnama sudah sepi. Hanya ada beberapa murid yang masih ada di sana untuk mengerjakan tugas atau entah melakukan apa. Tepat di pukul tiga sore, orang yang ditunggu Bintang akhirnya datang juga. Cakra, teman duet bernyanyi untuk lomba yang akan dilaksanakan satu bulan lagi itu.

Saat bel pulang berbunyi tadi, Langit langsung menghampirinya seperti biasa. Pemuda itu lagi-lagi menunggunya hingga latihan selesai. Padahal, Bintang tak pernah memintanya untuk menunggu. Karena menurutnya, itu bisa merepotkan. Dan ia tidak mau merepotkan siapa pun, termasuk Langit.

Latihan keduanya bersama Cakra ini, masih sama seperti saat pertama kali mereka latihan, di ruang musik. Di situlah tempat mereka latihan. Kali ini, Kak Mella hanya menemani setengah jam mereka latihan. Selebihnya sudah lebih dulu pamit karena ada urusan mendadak.

"Minggu depan latihan di sini lagi, kan?" Cakra bertanya saat mereka istirahat sebentar.

Bintang mengangguk. "Iya, di sini lagi. Tapi, kalo misalkan lo bosen ya cari tempat lain?"

Cakra menatap manik mata gadis itu yang terbungkus kacamata. Ia seperti mengenali iris mata itu. Namun, entah milik siapa. Ia kemudian menggelengkan kepalanya tanpa disadari oleh Bintang.

"Gak papa, di sini aja," jedanya. Lalu melanjutkan kembali, "Gue gak nyangka bakalan ada lomba duetnya kayak gini. Apalagi duet sama anak sekolah lain. Gak kepikiran sama sekali."

Bintang menaikkan satu alisnya. "Kenapa?" tanyanya.

"Kenapa apanya? Lo kalo ngomong panjang dikit, ngapa?"

Bintang menatap Cakra datar. Ia mengakui kalau pemuda di depannya itu ganteng dan memiliki senyum yang sangat manis. Bahkan melebihi kapasitas kemanisan Langit. Eh, kok jadi dia? Bintang mengerjapkan matanya pelan.

"Kenapa gak kepikiran bakalan ada lomba duet?" tanyanya.

Cakra mengambil tasnya yang ada di bawah, di samping kakinya. Ia mengambil dua botol air mineral yang memang sudah ia beli sebelum latihan. Menaruh tasnya kembali dan memberikan satu botol itu kepada Bintang dan disambut olehnya.

"Karena tahun-tahun sebelumnya itu gak ada lomba duet, cuma solo doang. Eh, sekarang ada duetnya. Plus pas gue yang wakilin sekolah. Tau gitu, gue gak mau wakilin sekolah sendiri," jelas Cakra setelah meminum airnya.

Bintang membuka tutup botol dengan kesusahan. Cakra yang melihat itu langsung mengambil alih botol itu untuk ia buka tutupnya. Bintang hanya mengerjapkan matanya saja.

"Buka tutup botol aja lo kesusahan, ya? Dasar cewek!" Cakra sambil menyodorkan air mineral itu padanya lagi setelah tutupnya berhasil dibuka.

Bintang tak memperdulikan ucapannya. Ia langsung meminum airnya hingga tersisa setengah. Cakra memperhatikannya, pemuda itu mengamati wajahnya dari samping. Wajah yang sebenarnya ia rindukan.

"Lo, kayak orang yang pernah ada di hidup gue."

Bintang tersedak mendengar itu.

Cakra mengabaikannya dan meminta untuk latihan kembali setelah itu pulang. Bintang masih bingung dengan ucapannya. Apa yang dimaksud dari ucapan Cakra?

Saat pulang, Langit seperti biasa menunggu di depan ruang musik. Pemuda itu tengah memainkan ponselnya. Saat dirasa ada bunyi pintu ditutup, ia mendongakkan kepalanya. Ternyata Bintang sudah selesai latihan dan keluar dengan ... orang yang waktu itu lagi? batin Langit.

Langit memasukkan ponsel di saku celananya. Berdiri di samping Bintang. "Udah, kan? Ayo pulang!" ajaknya.

"Cakra, gue duluan." Setelah berpamitan pada Cakra, Bintang melangkahkan kakinya bersama Langit menuju parkiran.

Cakra kemudian menyusul. Ia akan dijemput oleh sepupunya. Pagi tadi, ia tak membawa kendaraan ke sekolah. Dan pulangnya, ia meminta dijemput oleh sepupunya.

Bintang menunggu Langit di post satpam gerbang sekolah. Tak lama kemudian, ada bunyi motor berhenti di depan gerbang. Itu bukan motor Langit tentu saja, itu motor ... Bintang membulatkan matanya tak percaya. Itu motor lelaki tadi pagi yang ia jadikan sebagai ojek dadakkan olehnya!

Mampus! Semoga dia gak ngeliat gue.

Terdengar langkah kaki mendekat dari arah kanan Bintang. Ia menoleh, ternyata Cakra. Mungkinkah Cakra dijemput oleh lelaki itu?

Cakra berhenti melangkah di depannya. "Temen lo ngambil motor?" tanyanya.

Bintang mengangguk. Cakra membulatkan bibirnya. Lalu melambaikan tangan pada lelaki yang masih duduk di atas motor itu.

"Woy, Bang!" serunya.

Lelaki itu menoleh dan menyipitkan matanya. Tapi, sesaat kemudian matanya hampir keluar dari wadah karena kaget. Terkejut melihat gadis yang ada di samping Cakra. Ia turun dari motor dan menghampiri keduanya.

Bintang menjadi was-was. Ia takut dengan raut wajah lelaki itu yang galak. Sudah galak, bicaranya ketus, kasar pula. Ia bergeser sedikit agar berdiri di belakang Cakra. Dalam hati ia merutuki Langit karena lama sekali di parkiran.

"Heh! Lo bocah yang tadi pagi, kan? Sini lo! Gara-gara lo, gue jadi kena tugas tambahan. Gue telat masuk kampus, dan itu karena elo! Tanggung jawab, gak?!"

Cakra melongo mendengar rentetan ucapan sepupunya itu. Ia melirik Bintang yang bersembunyi di balik badannya. Lalu menatap sepupunya dengan heran.

"Lo kenapa sih, Bang? Ini temen duet gue buat lomba nyanyi. Kok lo nyolot sama dia?"

"Gimana gue gak nyolot, dia itu tadi pagi jadiin gue ojek dadakkan. Terus gue telat ke kampus gara-gara nganterin dia sampe ke sekolah ini. Gue dikasih tugas tambahan sama Dosen. Kesel gue!"

Cakra menderai tawa. Sepupunya itu melototinya. Bintang masih diam. Sesekali melirik lelaki itu yang terus menatapnya dengan mata ganas. Seakan siap menerkamnya.

"Udah-udah, sabar. Sekarang anterin gue pulang, ayo!" Cakra menengahi. Kalau tidak, sudah dipastikan kalau sepupunya itu akan terus merocos.

Bintang berbisik di punggung Cakra. "Cakra, gue minta maaf sama orang itu ya, bilangin sama dia gue minta maaf."

Cakra melirik dan mengangguk. Kemudian pergi menyeret sepupunya itu yang masih melototi Bintang. Bintang akhirnya bernapas lega. Bertepatan dengan Langit yang datang dengan motornya.

"Gue gak kelamaan kan, Bin?" tanya Langit santai sambil memberikan helm pada gadis itu.

Dengan kasar Bintang merampas helm itu dan memakainya. "Tai garing!"

Langit melotot mendengarnya. "BINTANG KOK KASAR SIH! GAK BOLEH GITU. GUE GAK GAK NGAJARIN LO BAHASA PLUTO!"

Bintang melotot juga. "BODO AMAT!"

°•°

Bintang gelisah karena besok ia harus bertemu dengan kedua orang tuanya--Papa-Mamanya. Dan juga karena ucapan Cakra yang terus terngiang-ngiang di pikirannya. Ia tidak bertanya apa yang dimaksud dari ucapannya, ia hanya diam dan membiarkan pertanyaan muncul di benaknya.

Ia berpikir kalau Cakra hanya iseng atau semacamnya. Tapi, nada bicara pemuda itu kemarin sangat serius. Dan Bintang terus menepis keingintahuannya itu.

Besok Bintang akan menepati janjinya. Janji untuk kembali ke rumah dan mendengarkan semua penjelasan orang tuanya. Semuanya. Semua yang telah terjadi akan ia ketahui besok.

Saat sedang gelisan dan semacamnya, ponselnya berbunyi. Ada satu pesan masuk di sana. Ia membuka ponselnya dan membaca sederet kalimat yang ternyata dari Langit.

Langit
Besok jam 9 gue jemput.
Gak usah takut sama apa pun, termasuk penjelasan dari mereka. Ada gue, gue bakal nemenin lo:)

Bintang menghembuskan nafasnya berat. Ia menatap datar layar ponselnya. Lalu jarinya mengetik balasan untuk Langit.

Bintang
👍

Sementara itu, Langit yang sedang duduk di hadapan kandang marmutnya sambil menunggu balasan chat dari Bintang itu menatap marmutnya yang masih terjaga. Belum tidur. Padahal ini sudah jam 8 malam. Masih sore sih. Tapi, ia pikir kalau hewan itu magrib saja sudah tidur.

Ponselnya berbunyi. Balasan pesan masuk dari Bintang. Ia membuka ponselnya dan kesal karena Bintang hanya membalas dengan emoticon jempol. Ia menunjukkan ponselnya pada Marini--marmutnya, yang masih memperlihatkan balasan pesan dari Bintang.

"Liat deh, Mar. Bintang ngirit banget bales chat dari gue. Tapi, untung gue suka. Ya, kan?"

"Pokoknya ya, Mar, lo kudu ngedukung gue. Gak pake koma, tapi pake titik sama tanda seru."

"Langit, jangan ngomong sama marmut terus. Kerjain PR kamu sana!" teriak ayahnya di ruang tengah sedang menonton tv.

Suara Langit mengobrol dengan Marini terdengar hingga ke sana. Langit membalas berteriak, "GAK ADA PR, AYAHANDA! BESOK JUGA LIBUR!"

°○°

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro