Bhuvi dan Anak Napi (End)
“Kamu melakukan kesalahan, kamu bermain dengan anak lelaki itu kan? Ren itu anak napi, ayahnya kemarin dipindahkan ke penjara yang lebih ketat. Kamu tidak boleh dekat-dekat dengannya!” ucap Tante Maya.
“Apa masalahnya Tante? Itu kan ayahnya, bukan Ren!” bantah Bhuvi.
Tante Maya mendelik kesal dan memegang bahu Bhuvi yang ringkih.
“Sejak masuk ke sini kan Bhuvi sudah janji kalau mau mengikuti aturan panti! Bhuvi sebaiknya kamu contoh kakakmu. Jangan menjadi anak nakal dan suka membantah!” Tante Maya mempertegas ucapannya.
Bhuvi menatap Tante Maya bingung, kalau begitu Tante Maya tidak ada bedanya dengan anak-anak nakal kompleks.
“Bhuvi turuti saja apa kata Tante Maya yah. Jangan membuat masalah, besok kalau keluar panti bilang ke kakak,” Elisa memegang tangan Bhuvi.
Entah kenapa emosi Bhuvi terasa sangat meluap sore itu. Bhuvi yang tiga tahun ini sudah lupa rasanya marah dan kesal, hari ini justru kedua perasaan itu membuncah dan menguasai dirinya. Bhuvi bingung, tetapi tidak ada yang memberikan pemahaman dengan jelas.
Apa salahnya? Kenapa orang-orang sok dewasa dengan pandangan mereka yang selalu merasa benar dan harus dipatuhi?
“Bhuvi, ayo jangan tatap Tante Maya seperti itu. Kakak tidak pernah mengajarimu untuk melawan—”
“Kau bukan kakakku!”
Bhuvi berlarian pergi menuju ke kamarnya sendiri. Bhuvi satu kamar dengan Rara, Sasa, dan Naya.
“Ra, tutup pintunya kalau kalian keluar untuk makan,” ucap Bhuvi pelan sambil menarik selimut.
“Bhuvi nggak makan?” tanya Rara yang bersiap keluar.
“Nggak,”
Rara menurut saja dan meninggalkan Bhuvi sendirian. Bhuvi menangis, banyak hal berkecamuk dalam benaknya. Tapi dia kesulitan mengungkapkannya karena tidak pandai bersosialisasi atau berbicara dengan orang lain.
Sendirian, Bhuvi merasakan sakit yang amat sangat. Melihat Ren, Bhuvi seperti melihat dirinya di masa lalu. Bedanya, Ren lebih dewasa dan terlihat tenang. Tapi tetap saja, Ren pasti memiliki luka yang sama.
Krieet…
“Bhuvi,”
Suara itu terdengar lebih lembut daripada tadi. Suara Tante Maya, orang yang menyelamatkan hidupnya tiga tahun yang lalu. Bhuvi bingung, hatinya kelu.
“Maafkan Tante. Ah, mungkin karena Tante kelelahan dan kurang tidur semalam. Sini, Bhuvi. Biar Tante peluk kamu,” ucap Tante Maya.
Walau hati Bhuvi terasa kelu, Bhuvi merasa tidak bisa mengkhianati Tante Maya. Bhuvi pun bangun dan menerima rengkuhan Tante Maya yang sudah duduk di tepi ranjangnya.
“Kenapa Tante?” tanya Bhuvi dengan suara serak.
“Bhuvi dengar Tante dulu yah. Bhuvi, sementara ini Bhuvi jangan dekat-dekat dulu dengan Ren ya. Bhuvi kan jarang keluar, Bhuvi tidak tahu kalau ayahnya Ren itu kasusnya baru dibuka lagi.
Kasusnya serius, ayahnya Ren pengedar narkoba dan juga pelaku KDRT. Keluarga Ren masih terus diperiksa. Bahkan Ren yang sekarang tinggal dengan Bibinya,”
“Tante nggak mau kamu kena imbasnya. Bagaimanapun Tante sayang Bhuvi. Bhuvi tenang saja, Ren pasti punya keluarga yang sayang Ren juga.
Sekarang, sebaiknya Bhuvi mendoakan Ren saja agar tidak terlibat kasus jahat ayahnya. Bhuvi bisa mendoakan Ren agar Ren punya masa depan dan kesempatan yang sama seperti anak lainnya,”
(Tamat)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro