Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

VIII

[ Ryan's POV ]

Setelah semalaman lembur karena ada pengiriman baja dan beton ke lokasi pembangunan mall yang bermasalah, Ryan akhirnya bisa istirahat sejenak.
Ada sepercik perasaan bersalah meninggalkan Luna di rumah sakit sendirian semalam.

Ryan menyender dan memejamkan matanya, sekedar menghilangkan kantuk.

Mendadak ia teringat ulang tahun Luna yang sebentar lagi akan tiba.

Ada perasaan yang mengganggunya. Ia sendiri tak tahu perasaan macam apa itu.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, dan suara seseorang. Ryan pun menegakkan tubuhnya.

" Silakan masuk. " Ryan mempersilakan orang tersebut untuk masuk ke ruangannya.

Seorang wanita paruh baya dengan kemeja merah dan rok hitam selutut masuk dan meletakkan beberapa berkas di meja Ryan.

" Ini catatan pengeluaran seminggu yang lalu, " ucap wanita itu sambil menjelaskan beberapa hal kemudian melanjutkan kalimatnya, " Dan data mengenai Lena sudah aku ikutsertakan ke sana. "

Ryan mengangguk pelan sambil mengamati beberapa data tentang Lena yang tertera di sana.

" Thanks, Jean. "

" Oh ya, sepertinya ulang tahun Luna seminggu lagi, " ucap wanita itu.

Ryan mendongak, mengalihkan pandangan dari kertas ke arah wajah Jean yang sudah tersenyun penuh arti.
Ryan tahu bahwa banyak orang yang salah paham tentang hubungannya dan Luna.
Padahal ia ingin mendekati Lena, bukan Luna.

" Kembali bekerja, " sahut Ryan singkat.

Jean hanya tertawa kecil, " Aku hanya ingin kau menyampaikan ucapan selamat dariku karena aku sibuk mewakilimu di rapat malam itu. Yahh.. " Jean tersenyum nakal, " Karena kau pasti ingin merayakan hari special itu dengan Luna. Berdua. "
Jean memberi penekanan pada kata 'berdua'.

" Keluar. " Ryan menanggapi Jean dengan digin, sehingga wanita itu keluar dengan wajah cemberut.

Ryan menyenderkan tubuhnya kembali ke kursi dan menghela nafas. Tetapi ada hal aneh seolah menggerogoti hatinya, Ryan kembali membuka mata, dan mengambil jasnya yang tergantung di sisi kursi.

Ia bersiap-siap pergi.

***

Ryan mendorong pintu kayu restoran itu pelan, dan menuju ke arah pegawai wanita yang ada di belakang meja tepat beberapa langkah sebelum memasuki area meja makan, pegawai yang biasa bertugas untuk menulis waiting list dan lain-lain.

" Bisa saya bertemu dengan Danny Christian? " tanya Ryan sambil melonggarkan dasinya, karena mendadak merasa udara semakin panas.

Pegawai itu tersenyum sopan dan meminta ijin untuk menemui Danny.

Tak beberapa lama kemudian, Danny datang dengan mengenakan pakaian putih ala chef.

" Ada keperluan apa? " tanya Danny sambil mempersilakan Ryan masuk ke dalam ruangan kantor pribadinya.

Biasanya Danny akan duduk di sana ketika restoran sedang, untuk mengecek blog pengkritik makanan yang bertamu ke restorannya, memeriksa menu terbaru, dan mencari informasi lainnya.

" Silakan duduk, " ucap Danny sambil mempersiapkan teh instan.

" Ini tentang acara ulang tahun Luna -gadis yang waktu itu datang bersamaku-, yang berulang tahun tepat seminggu lagi, " jelas Ryan, sambil meminum teh hangat yang diletakkan Danny di meja kecil kayu sederhana di depan Ryan.

Danny nampak mendengarkan sambil mengangguk pelan.

" Jadi, aku memintamu mempersiapkan segalanya sebaik mungkin, hidangan untuk kira-kira 55 orang, jangan ada sesuatu berbau anggur karena Luna alergi anggur. "

Danny mengangguk, sambil mencatat dalam hati.

Luna alergi anggur..

" Buatkan kue sederhana dengan lapisan gula putih, dan berwarna sedikit warna orange. Luna suka warna orange, jadi kalau bisa pastikan suasana seperti musim gugur. "

Luna sangat suka warna orange, dan musim gugur..

" Chef? Apa kau mendengarkanku? "

Danny yang sedikit tertunduk, langsung memandang Ryan sambil tersenyum tipis dan mengangguk.

Ryan mengulurkan tangan kanannya dan Danny membalas uluran tangan itu.

" Kuharap makan malamnya tidak mengecewakan. " Ryan menekankan pada kata 'tidak mengecewakan', kemudian pergi keluar

Danny hanya tersenyun tipis, memandang kepergian Ryan.

Aku memang tidak berniat membuat Miss Pretty kecewa.

***

[ Lena's POV ]

Lena memandang dirinya sendiri di cermin.

Dan terdiam.

Perlahan ia meraba wajahnya dan lengannya sendiri.

Pucat.

Lena tak tahu bahwa penampilannya berubah sebanyak ini.
Garis keriput bermunculan di sekitar mata dan bawah dagu.
Ia seolah beberapa tahun lebih tua dari unurnya yang seharusnya.

" Lena! " Michael memanggil Lena dari arah kamar mandi.

Lena terkejut sejenak dan menyahut, " Ya? "

Michael keluar dari kamar mandi dan memandangi Lena cukup lama.

" Kau.. Seperti penguntit? "

Lena memandangi dirinya kembali di cermin.
Hoodie hitam kebesaran, topi, dan celana panjang robek-robek, serta masker abu-abu.

" Tentu saja, kita akan ke restoran pria itu. Aku tak ingin ia mengenaliku. " Lena menjawab santai -atau dibuat santai- dan menuju rak sepatu.

Meski sebenarnya Michael sendiri tahu bahwa gadis itu ungin bertemu Danny dan sekarang sedang mencoba menutupi perasaannya.

***

Deg

Jantung Lena tak bisa diam sedari tadi.
Semenjak memasuki restoran Danny, jantung Lena tak bisa bekerja dengan normal.
Nafas Lena pun tak teratur, ketika ia memandangi Danny berada di dapur terbuka yang ia bisa lihat dari tempat duduknya.

" Kau baik-baik saja? "

Pertanyaan Michael membuat Lena tersentak dan mengangguk pelan. Ia ingin sekali membenturkan kepalanya ke meja makan sekarang juga karena sempat... terpesona.

" Selamat menikmati, " ucap seorang waitress sambil meletakkan dua piring lasagna, yang merupakan menu yang cukup murah.

Mereka memesan menu murah karena penghasilan mereka tak besar dan harus membiayai ini dan itu, dan obat.

Michael tersenyum sejenak dan mulai mencicipi makanan itu.

" Not bad, " komentar Michael.

Lena memandang lasagna itu lama, dan mengalihkan pandangan ke arah Danny yang sedang tertawa bersama yang lainnya.

Setitik perasaan yang menggetarkan hati terselip.

Lena mencuri dengar percakapan mereka, dan tiba-tiba tenggorokannya terasa tersumbat oleh sebuah bongkahan pahit.

Matanya memanas tanpa alasan yang jelas meski ia sudah menciba menahannya.

" Lena? "

Lena menghapus air matanya cepat, dan memandang Michael.

" Kau baik-baik saja? "

Lena terdiam, dan memandang Danny lagi.

" Apa kau mendengarku? Apa kau baik-baik saja? "

Lena mendesah, menatap Michael lama. Perlahan namun pasti, air matanya mulai tak dapat dibendung.

.

.

.

" No. "

***

Hai semuaa...
Maaf baru update sekarang, :) semoga kalian suka yaa..
Jangan lupa tinggalin kritik dan saran, supaya aku bisa jadi lebih baik lagi..

Ada yang penasaran gak sama lanjutannya? :v

Baca terus ya..

Terimakasih

Salam,

Hanie_Liu

20160604

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro