I
[ Danny's POV ]
Bunyi alarm yang nyaring membangunkan Danny.
Ia sudah kembali ke apartemennya.
Tentu saja dengan membujuk dokter agar membiarkannya rawat jalan.
Untung kecelakaan malam itu tidak terlalu parah -untuknya- .
Ia hanya sedikit tersenggol karena almarhum supir taksi tersebut berusaha menghindarinya walaupun akhirnya bagian kiri mobil menyenggol tiang listrik dan mobil itu oleng, dan alhasil taksi tersebut terbalik dengan kondisi mengenaskan.
Malam ini Danny juga akan pergi menuju pemakaman supir itu.
Selain itu Danny benci rumah sakit karena bau obatnya dan ia tidak bisa berbuat apa-apa di sana.
Ia sendiri khawatir dengan bisnisnya. Danny benar-benar khawatir dengan restorannya.
Pikirannya terus melayang ke nasib restorannya itu, tanpa dirinya.
Luna Agatha
Danny sudah melihat gadis itu malam kemarin, tepat sebelum ia berhenti rawat inap.
Gadis itu sedang tertidur lelap, dengan mulut sedikit terbuka. Seperti bayi. Dan mirip ibu..
Wajah gadis itu lebam dan penuh luka gesekan.
Beberapa bagian tubuhnya juga di gips. Dan di sekeliling kepalanya diberi perban dan sedikit noda merah dibagian atas kiri kepala.
Rasa bersalah kembali muncul.
Danny memutuskan untuk menghentikan pemikirannya. Ia akan kembali menjenguk gadis itu ketika gadis itu dalam keadaan sadar dan meminta maaf. Danny akan membeli bunga sebagai permintaan maaf. Dan bila perlu membayar biaya rumah sakit
Ibu suka bunga.. Kuharap dia juga..
Danny bangkit dari tempat tidur, tanpa berniat membereskannya. Kemudian ia bergegas menuju ke kamar mandi, koreksi sebenarnya bukan bergegas, lebih tepatnya terpincang-pincang dan seluruh tubuh sakit-sakitan, dan Danny bersiap untuk bekerja.
***
Danny lebih memilih berjalan kaki, daripada naik kendaraan umum atau mobil pribadi.
Udara segar pada pagi hari lebih baik dari udara ac di mobil.
Danny selalu menyapa pemilik bakery, florist, dan penjual peralatan bayi di dekat rumahnya. Lagi pula tidak ada ruginya, dan dia mendapat lebih banyak teman, apalagi ketika ia butuh bantuan, mereka akan membantu Danny dengan senang hati.
" Morning, Danny. " sapa seorang florist, namanya adalah Mika. Ia adalah janda yang hidup sederhana dengan anaknya yang masih SMP.
Danny tersenyum dan membalas sapaan Mika. " Morning. " Danny melirik bunga lily putih yang ada digenggaman Mika. Pikiran Danny langsung melayang ke Lena. Gadis itu suka bunga lily putih. Namun sebelum gadis itu berubah.
Danny sudah berpacaran dengan Lena sejak 3 setengah tahun yang lalu, dan 2 tahun yang lalu gadis itu berubah semakin kacau.
Danny tidak mengerti dan hanya meladeni gadis itu. Emosi gadis itu membuatnya bingung, kadang senang dan kadang marah, tanpa alasan yang jelas.
Dan Danny pikir puncak luapan emosi Lena adalah yang terjadi beberapa waktu lalu. Malam terkutuk itu.
" Danny? "
Kemudian Danny kembali tersadar dari lamunannya.
" Bunga lily putih itu. Berikan aku satu buket dan dihias, tolong. Terimakasih."
Mika menaikkan kedua alisnya dan tersenyum penuh arti.
" Untuk Lena? "
Danny menggeleng pelan. " Untuk orang lain, Mika. "
***
[ Ryan's POV ]
Pagi-pagi sekali Ryan sudah pergi menuju runah sakit tempat Luna dipindahkan.
Ia membawa buah-buahan untuk gadis itu, semoga gadis itu tersentuh dengan pemberiannya.
Sudah sekitar 5 tahun Ryan mendekati Luna.
Bukan.
Bukan karena Ryan menyukai Luna.
Ryan mendekati Luna, untuk dekat dengan adik Luna.
Adik tiri tepatnya.
Adik Luna benar-benar cantik, pintar, meskipun sikapnya tidak begitu baik.
Adik Luna benar-benar sesuatu. Semua pria pasti terpikat oleh penampilan adik Luna. Setidaknya nyaris semua pria ingin berkencan dengan gadis itu sekali.
Tapi, semenjak 2 tahun lalu adik Luna, kabur dari runah dan menghilang.
Keluarganya sama sejali tidak berniat mencari, karena merea sudah punya Luna. Luna memang anak yang patut dibanggakan. Ia bebar-benar baik meskipun selalu memasang tembok pertahanan diri bahwa ia kuat dan dingin.
Ditengah ketidakpedulian keluarganya, Luna tetap berusaha mencari adiknya.
Maka dari itu Ryan terus menmpel pada Luna, sambil membantu pencarian itu.
Yang Ryan takutkan hanya, Luna salah paham dengan tindakannya. Ia mungkin terlalu mendekati Luna hingga orang-orang -mungkin termasuk Luna sendiri- menyangka bahwa dirinya menyukai Luna.
Ryan tertawa sendiri dengan pikirannya.
Ia tidak peduli perasaan siapa pun siapa pun berarti termasuk Luna.
Ia tidak peduli siapa saja terluka karena keinginannya.
Asalkan ia berhasil, asalkan ia punya posisi, uang, semua orang akan tunduk padanya. Lena adalah pelengkap dari hidup sempurna yang ia miliki.
Ryan terus berjalan menuju kamar rawat Luna.
Hingga akhirnya ia sampai dan berhenti sejenak, mengatur espresi wajahnya. Ia harus nampak gembira, ramah, dan hangat. Karena hal itu adalah cara menaklukan hati wanita, tidak terkecuali Luna. Perlahan Ryan membuka pintu itu dan menyunggingkan senyum.
" Hai Luna, sudah siap pergi? "
Luna menoleh cepat, mengalihkan pandangannya dari jendela dan tersenyum menatap Ryan.
Hati Ryan setengah merasa geli. Menipu orang seperti Luna membuatnya sedikit sombong. Terlalu mudah.
" Tentu! Aku sudah sedari tadi menunggumu! "
Ryan menaruh buah di kulkas, dan menghampiri tempat tidur Luna, dan menyiapkan kursi roda.
" Baiklah, tuan putri. Ayo kita berangkat."
***
[ Luna's POV ]
Luna benar-benar senang dan bersemangat sekarang ini.
Ryan meminta ijin dokter dengan setengah memaksa untuk membawanya jalan-jalan. Dan Luna tersanjung akan hal itu.
Ryan membantunya naik ke kursi roda dan naik ke mobil.
Menurut Luna, Ryan adalah pria gentle yang sangat baik hati.
" Kita akan menuju ke salah satu restoran enak yabg temanku rekomendasikan. " ucap Ryan sambil sesekali mengecek ponselnya.
Luna tersenyum tipis, merasa tidak enak dengan Ryan. Di jam sibuknya, pria itu masih menyempatkan diri untuk dirinya.
" Ryan. "
Ryan menoleh dengan pandangan bertanya, " Ya, Luna? "
" Kalau kau sibuk, ya.. Tidak perlu mengajakku keluar begini.. Umm, di rumah sakit akan lebih baik. "
Sejenak ekspresi Ryan berubah aneh menurut Luna. Tetapi kemudian Ryan tersenyum lebar.
" Tidak apa-apa. Aku tidak sibuk. " ucap Ryan, " Ah! Kita sudah sampai. "
***
[ Danny's POV ]
" Chef, kau tidak perlu keluar dari rumah sakit hanya untuk mengawasi kami. " kata salah satu sauce chef, Chris. " Lagipula, kami sudah membeli stok dapur pagi-pagi sekali. Dan ya ya ya.. Kami tahu mottomu, selalu membeli bahan yang baik dan segar. "
Danny hanya tersenyum kecut. " Lakukan saja pekerjaanmu dengan benar. "
" Chef. "
Dylan menaruh sebuah pring berisi pasta ke hadapan Danny.
Danny mengecek penampialan pasta itu dan mencicipinya sedikit.
" Oke, perfect. "
" Wah, harum sekali.. " komentar salah satu pengunjung.
Danny memang sengaja menyuruh arsitek untuk merancang agar dapur tenpat mereka memasak dibuat nampak dari meja pengunjung, sehingga pengunjung tidak bosan menunggu, tetapi jiga dapat melihat proses makanan yang mereka makan dibuat.
" Satu grilled chicken, dua ice cream sundae, satu pasta fusilli, dan satu lasagna. "
Setelah Danny menyebutkan pesanan, chef di dapur langsubg menyahut.
" Yes, chef. "
Dalam beberapa menit pesanan siap dihidangkan.
" Pelayan. " panggil Danny, namun nampaknya para pelayan sedang sibuk melayani. Jadi Danny harus turun tangan mengantarkan masakan.
Danny berusaha semaksimal mungkin agar nampak tidak pincang.
Ia menghampiri meja nomor 12 sesuai daftar pesanan.
Ketika sudah berjarak sekitar 3 meter dari meja itu, Danny sempat terkejut sebentar.
Luna Agatha!
Sambil menyembunyikan keterkejutannya, Danny meletakkan hidangan di meja itu.
Gadis itu duduk berhadapan dengan seorang pria berpakaian rapi dengan jas lengkap.
Gadis itu nampak senang.
Bahkan gadis itu tidak menyadari bahwa Danny yang membuat kondisi gadis itu menjadi seperti ini.
Danny membalikkan tubuh dan kembali ke dapur.
" Nampaknya ia sudah tidak perlu kujenguk? Ia sudah nampak sehat, bahkan bisa berjalan-jalan sekarang. " gumam Danny.
" Ya, chef? " tanya Chris.
Danny melemparkan pandangan bertanya.
" Sepertinya kau berbicara sesuatu. " sahut Chris, " Oh! Lena? Kau selalu bergumam tak jelas entang Lena. Maaf. "
Danny hanya menaikkan kedua pundaknya dan lanjut bekerja.
Sambil sesekali melirik Luna.
Ibu..
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro