Bab 8b
"Nyonya, kamu nggak apa-apa?" Diego mengetuk pintu dengan cemas.
"Iya, aku baik-baik saja." Anastasia tersentak dari lamunan, mengguyur wajah dan tubuhnya sebelum memakai bikini. Ia ingin menikmati angin pantai, pasir, dan debur ombak.
Saat melihatnya keluar dalam balutan bikin hitam, Diego bersiul. "Wow, sexy sekali."
Anastasia tersenyum malu-malu. Orang sering mengatakan dirinya cantik dan anggun, tapi tidak ada yang mengatakan sexy. Pujian Diego membuatnya senang.
"Benarkah?"
"Tentu saja. Ayo, kita berenang."
Diego mengganti celana pendeknya dengan celana renang. Tubuhnya yang tegap dengan otot yang menonjol serta dada bidang, membuat Anastasia terpesona. Perut Diego rata, seolah tidak ada lemak di sana. Mereka melangkah beriringan menuju pantai.
Vila yang mereka sewa adalah pantai yang privat. Tidak ada orang luar yang bisa datang kemari tanpa ijin. Anastasia merasa senang karena tidak terganggu oleh orang lain. Satu-satunya orang yang bisa datang ke kamar mereka hanya pelayan vila.
Anastasia masuk ke dalam air, Diego menerjang ombak dan keduanya berenang di tepian. Tawa lepas keluar dari mulut Anastasia saat ombak menerjangnya. Mereka berenang hingga kulit berubah kecoklatan karena pancaran sinar matahari sore.
"Padahal, aku berniat renang malam. Tapi, sore-sore begini malah sudah basah kuyup." Anastasia duduk di pasir, di bawah pohon kelapa dengan Diego berada di sampingnya.
"Tapi, sore begini sangat nyaman. Nggak panas dan nggak dingin."
Anastasia mengangguk. "Memang, sudah lama aku nggak renang."
Diego meraih tangan Anastasia dan mengecupnya. "Saya senang kalau Nyonya merasa bahagia. Tadinya saya berpikir, kalau kedatangan kita kemari akan sangat kaku dan membuat tidak nyaman."
Anastasia menatap Diego lekat-lekat. "Apa kamu nggak nyaman sama aku?" tanyanya.
Diego menggeleng. "Justru sebaliknya. Saya merasa sangat nyaman, dan bisa dibilang sangat kecanduan itu ... sex berdua."
Perkataan Diego membuat Anastasia menunduk malu.
"Nyonya, jangan marah," ucap Diego. "Saya tahu diri kalau apa yang kita lakukan adalah tugas dan bagian dari pekerjaan. Tetap saja saya nggak bisa pungkiri kalau sangat menyenangkan."
Anastasia tersenyum, menatap wajah Diego yang terbiasa matahari sore. "Jangan kuatir. Biarpun apa yang kita lakukan adalah pekerjaan tapi aku juga merasa nyaman bersamamu."
Mata Diego terbelalak. "Be-benarkah?"
"Iya, Diego."
Senang mendengar namanya disebut, Diego merengkuh Anastasia dan menduduka di atas pangkuannya.
"Hei, apa-apaan ini? Dilihat orang."
"Nggak akan ada yang lihat. Ini pantai privat."
Diego melumat bibit Anastasia dengan pelahan. Saat mendapati Anastasia berada terlalu lama di kamar mandi, ia sempat kuatir. Ia takut kalau perempuan itu akan menangis dan pulang karena merasa tidak nyaman. Dugaannya tidak salah, Anastasia memamg menangis. Bisa dilihat dari matanya yang merah dan bengkak, tapi saat perempuan itu muncul dalam balutan bikini, kelegaan membanjirinya.
Awalnya ia menolak tawaran dari Tanaka karena tidak menyukai ide tentang bercinta dengan istri orang. Ia memang miskin tapi bukan orang yang mudah melanggar norma-norma. Ia tidak punya banyak ekpektasi indah saat datang ke tempat ini bersama Anastasia. Semua keraguannya sirna hanya karena satu sentuhan dan ciuman. Tubuh dan bibir Anastasia meluluhlantakkan perasaannya.
Dalam sekali sentak, tali bikini Anastasia terlepas. Tidak mengindahkan protesnya, Diego meremas dada, mengisap puting, dan juga mencium apa pun yang disentuhnya.
"Diegoo, ini di luar," protes Anastasia.
"Nggak apa-apa, Nyonya. Kapan lagi bercinta di alam bebas."
Anastasia memekik saat Diego menyatukan tubuh mereka. Ia bergerak di atas paha laki-laki itu, mendesah dengan sangat keras saat kejantanan Diego menghujam keras. Lagi dan lagi, ia dibuat tidak berdaya dan melupakan rasa malu karena Diego.
Mereka bercinta di atas pasir, berselimut angin, dan juga sinar matahari. Sebuah percintaan liar yang tidak pernah dibayangkan akan dilakukan oleh Anastasia.
Selama satu Minggu di pulau bersama Diego, suaminya menelepon setiap malam untuk bertanya tentang kabar mereka. Anastasia hanya menjawab seadanya, tidak ingin Tanaka tahu kalau sejujurnya dirinya menikmati waktu bersama Diego.
Begitu pula Diego, hanya menjawab apa yang dirasa perlu untuk dikatakan dan menyimpan sebagian besar pikirannya. Malah, ada beberapa kali panggilan Tanaka terlewatkan karena keduanya sibuk bercinta. Diego tidak pernah puas akan dahaganya terhadap tubuh Anastasia, begitu pula sebaliknya. Padahal, sebelum pergi Tanaka sudah mengingatkannya satu hal.
"Meskipun kalian bercinta, tapi Anastasia adalah istriku. Jangan libatkan perasaan, Diego. Dilarang untuk menyukai istriku. Ingat, yang kalian lakukan hanya bagian dari pekerjaan."
Diego hanya mengingat sekilas peringatan Tanaka. Saat jemarinya menyentuh kulit Anastasia, kala bibir mereka bertaut, dan tubuh mereka menyatu dalam hasrat, Diego sadar sedang bercinta dengan sepenuh hati dan perasaan. Ia menikmati tubuh Anastasia, menyukai tawa dan bicara perempuan itu, dan bahkan sempat lupa kalau yang sedang diciumnya adalah istri orang.
Di hari terakhir mereka bersama, keduanya bercinta dengan intens dan panas. Seolah esok tidak ada hari lain. Mereka melakukannya di semua tempat, dan mencoba semua gaya. Satu Minggu berlalu dengan cepat. Anastasia memeluk Diego terakhir kali di depan pintu saat hendak menuju ke airport.
"Terima kasih untuk seminggu ini, Diego."
Diego mengusap bahu Anastasia dengan lembut, mengangkat dagu dan melayangkan ciuman mesra. "Terima kasih juga, Nyonya."
Keduanya saling pandang dan melangkah bergandengan menuju mobil yang sudah menunggu mereka. Rupanya, hasrat yang panas terlalu berat untuk ditahan. Dalam perjalanan pulang, saat transit di bandara keduanya tidak tahan untuk tidak saling menyentuh. Di toilet bandara, adalah tempat terakhir mereka bercinta sebelum kembali pada kenyataan yang sudah menunggu di depan mata.
.
.
.
.
.cerita ini sudah bab 36 di Karyakarsa
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro