Bab 3a
"Troli, Nyonya?" tanya Diego sambil menunjuk barisan troli kosong dengan gagang berkarat.
Anastasia menggeleng. "Keranjang saja cukup."
Diego mengambil keranjang merah dan menentengnya. Mengikuti Anastasia dari belakang. Ia menduga, perempuan itu sedang kesakitan, dari tadi terus menerus mengernyit dan memegang perut. Benar dugaannya, Anastasi pergi ke area obat-obatan, mengambil obat penghilang rasa sakit. Mereka menyusuri rak dalam diam, sampai tiba di area pembalut. Anastasia sedikit ragu-ragu untuk mengambil, karena banyak persediaan di rumah. Tapi ia takut akan memerlukannya di jalan. Ia akhirnya mengambil satu bungkus dan menyingkirkan rasa malu, meletakkan di dalam keranjang.
"Mau minum sesuatu?" tanyanya pada Diego.
"Tidak!"
"Kalau begitu tunggu di sini. Aku ambil minuman untuk meredakan sakit."
Diego tetap berdiri di dekat rak, mengawasi Anastasia yang melangkah ke arah pendingin. Ia sedikit canggung, saat menyadari sedanga berada di area barang-barang kebutuhan perempuan. Dari pintu masuk terdengara suara berisik, tak lama ada bentakan. Dua laki-laki memobol masuk, satu menuju kasir dan satu lagi berlari ke arah lemari pendingin. Diego melempar keranjang dan mencabut pistol. Sayangnya terlambat.
Satu laki-laki menodongkan pistol ke seantero supermarket. "Angkat tangan!"
Satunya lagi menyandera Ansatasia. "Kalau tidak mau bernasib naas seperti perempuan ini. Sebaiknya kalian serahkan dompet kalian!"
Diego menggenggam pistol di tangan, mengendap-endap di antara rak-rak. Tangannya gemetar, menatap Anastasia yang pucat dalam sandera para penjahat. Ia berusaha menghungi Mike dan membiarkan telepon gengamnya tetap menyala.
"Diego, kalian di mana?" Suara Mike terdengar dari seberang telepon.
Suara letusan terdengar nyaris, satu peluru menembus atap supermarket dan Mike memaki.
"Sialan!"
Diego tahu Mike menuju kemari. Ia bisa saja menembak dua penjahat itu, tapi nyawa Anastasia jauh lebih penting. Menyelamatkan perempuan itu adalah prioritasnya. Ia berharap dua perampok itu tidak ada yang mengenali Anastasia. Karena takut urusan akan semakin panjang. Para pengunjung mengumpulkan dompet dan perhiasan mereka satu per satu, hingga salah seorang menunjuk Anastasia dengan jari gemetar.
"Anastasia."
Orang-orang sekarang memandang Anastasi dan laki-laki yang menyanderanya tertawa.
"Wow, siapa sangka aku bertemu dengan perempuan nomor satu di wilayah ini. Nyonya Gubernur yang cantik, wow-wow, sungguh keberuntungan."
Anastasia memejam, berusaha untuk tetap tenang meskipun pistol yang dingin menyentuh dahinya. Dari ujung matanya ia melihat Diego mengendap-endap. Ia yakin, pemuda itu sedang berusaha menyelamatkannya.
"Aah, sepertinya merampok supermarket bukan lagi hal yang menyenangkan karena ada Nyonya Gubernur. Bagaimana kalau kita meminta uang tebusan?" bisik perampok di telinga Anastasia. Ia menahan diri untuk tidak muntah. Ketakutan dan rasa sakit di perut, membuatnya keluar keringat dingin. Laki-laki yang menyanderanya memakai jaket kulit cokelat, yang sepertinya sudah bertahun-tahun tidak dicuci karena berbau apak. Keduanya sama-sama memakai balaclava hitam.
"Jangan takut, Nyonya yang cantik. Kami akan melindungimu. Yang kami perlukan adalah uang dari suamimu yang kaya raya dan berkuasa."
Satu laki-laki yang semula ada di kasir, memasukkan semua dompet ke dalam tas dan menghampiri temannya. Laki-laki berjaket merah yang sudah lusuh, meneriaki temannya dengan tidak sabar.
"Apalagi yang kamu tunggu! Ayo, kita keluar!"
"Hei, Bro. Aku punya pemikiran lain. Sebut aku seorang yang jenius!"
"Sialan! Apalagi ulahmu!"
"Kamu tahu perempuan ini siapa?"
"Istri gubernur. Karena itu cepat pergi sebelum banyak polisi datang!"
"Kita bisa minta uang tebusan!"
"Apa, kamu gilaa?"
"Nggak, pikirkan tentang uang ratusan miliar. Dari pada recehan yang kita dapat dari supermarket."
"Kamu pikir gubernur akan memberikan itu?"
"Tentu saja, kalau kita meminta."
Memanfaatkan waktu saat kedua perampok sedang berdebat, Diego bergerak sigap. Menyergap perampok yang menyandera Anastasia, menembak lengannya. Saat Anastasia sudah terbebas, ia menembak kedua kaki si jaket hitam. Kedua perampok ambruk kesakitan, Diego mengambil pistol dari tangan mereka, melemparkannya ke rah sebelah dan menghampiri Anastasia yang bersimpuh di lantai.
"Nyonya, ada yang luka?"
Anastasia menggeleng, wajahnya pucat. Terdengar derap langkah dan Mike muncul diikuti beberapa polisi. Mereka ternganga melihat dua perampok.
"Diego, apa yang terjadi?" tanya Mike.
Diego tidak menjawab, menggendong Anastasia dan berteriak. "Aku harus bawa Nyonya ke rumah sakit!"
Mike tertegun sebentar lalu mengikuti Diego, begitu pula anak buahnya yang lain. Dua perampok di supermarket biar menjadi urusan polisi. Kali ini, Mike yang menyetir dengan Diego di sampingnya. Anstasia terbaring lemah di jok belakang. Mereka pergi ke rumah sakit terdekat, membuat jalur evakuasi tertutup dan tidak membiarkan masyarakat umum melihat kalau Anastasia sedang sakit.
Berita perampokan itu menjadi terkenal karena unggahan seorang pengguna video yang amatir. Pengguna itu mengunggah detik-detik Diego menyelamatkan Anastasia dan menggendong perempuan itu keluar dari supermarket sambil berlari.
"Laki-laki yang hebat."
"Sudah tampan, pemberani lagi. Aku jatuh cinta!"
Video itu menuia komentar yang beragam, sebagian besar menyatakan kekagumannya pada Diego. Mereka juga berdoa untuk keselamatan Anastasia. Berharap Nyonya Gubernur tidak mengalami luka yang serius.
Mike mengabari Tanaka secara langsung. Laki-laki itu meninggilkan rapat dan bergegas menuju rumah sakit. Sampai di sana, ia melihat Anastasia berbaring pucat di ranjang IGD. Menghampiri dan mengusap wajah sang istri.
"Syukurlah kamu selamat," ucap Tanaka parau. Duduk di samping ranjang, menatap istrinya tak berkedip. "Sepanjang jalan aku berdoa pada Tuhan, semoga kamu baik-baik saja. Semoga istriku tidak terluka. Kamu tahu aku bukan orang religius bukan? Tapi kali ini aku benar-benar memohon pada Tuhan untuk menyelamatkanmu."
Anastasia tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja, hanya kram perut."
"Syukurlah."
Tanaka meraih tangan sang istri dan mengecupnya. Membiarkan rasa lega mengaliri dalam dirinya. Istrinya baik-baik saja setelah melalui drama penyanderaan dan perampokan. Ia tidak menampik kalau Tuhan sudah menyelamatkan nyawa istrinya.
"Diego melakukan tugasnya dengan baik," ucap Anastasia.
Tanaka mengangguk. "Kamu benar, Diego sudah bertugas dengan sangat baik."
.
.
.
.
Cerita ini nggak akan dicetak ya. Versi lengkap bisa kalian baca di Karyakarsa.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro