Bab 21a
Kebahagiaan karena kehamilan Anastasia menguar di seluruh penjuru kota. Orang-orang menyambut gembira, nyonya gubernur yang akhirnya hamil setelah menikah empat tahun. Tanaka dengan lantang mengatakan pada setiap orang, kalau akan punya anak. Bukan hanya itu, dia juga membuat sesi wawancara khusus dengan reporter, untuk mengatakan pada mereka betapa bahagia dirinya. Karena kondisinya yang kurang stabil dan lemah, Anastasia untuk sementara dirawa di rumah sakit dan berada dalam pengawasan dokter spesialis.
Nama Tanaka meroket dalam jajak pendapat, kalau sebelumnya kalah 0,5 persen, kali ini bahkan mengungguli Adolf sebesar 5,2 persen. Pertama kalinya dalam sejarah persaingan mereka, Tanaka unggul sangat tinggi. Para bawahan dan tim untuk kampanye merayakan suka cita ini.
"Jangan sombong dulu, anak-anak," pekik Tim. Menenangkan sorak sorai anak buahnya selepas mereka melihat jajak pendapat terakhir. "Perjuangan kita masih jauh. Ini baru awal."
"Hidup bayi!"
"Bayi adalah pemenangnya."
Tanaka tersenyum hampir setiap waktu, bersikap ramah pada orang-orang yang mengucapkan selamat padanya. Mereka tidak perlu tahu, anak yang dikandung Anastasia siapa ayahnya. Yang terpenting di sini adalah namanya terangkat. Itu jauh lebih memuaskan, padahal pemilihan belum diselenggarakan tapi Tanaka sangat optimis akan menang.
Ia menghujani bermacam-macam hadiah malah pada istrinya. Dari mulai gaun, perhiasan, bahkan mengganti mobil Anastasia dengan model terbaru dan terbaik. Semuanya dilakukan agar istrinya merasa nyaman.
"Kendaraanmu yang sekarang terlalu rendah, aku takut kurang cocok untuk ibu hamil. Makanya aku ganti dengan yang lebih bagus.
Anastasia tidak setuju tentu saja. Menurutnya membeli mobil baru seperti memboroskan uang. Padahal, uang itu bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.
"Jangan beli apa-apa lagi, kamarku bisa penuh sama barang-barang baru."
Perkataan istrinya membuat Tanaka tergelak. Ia mengecip kening Anastasia dan berujar riang. "Nggak masalah, Sayang. Semua aku lakukan biar kamu bahagia. Ingat, ibu hamil harus tetap sehat dan ceria, tidak boleh terlalu banyak berpikir. Kasihan bayi dalam kandunganmu."
Masalahnya, Anastasia tidak tahu bagaimana caranya agar tidak terlalu banyak berpikir. Ia merasa senang karena hamil, di lain sisi juga sedih. Memikirkan Diego. Masih terlihat jelas bagaimana raut wajah laki-laki itu saat tahu dirinya hamil. Matanya berbinar bahagia dengan wajah yang menegang. Apakah Diego mengerti, kehadiran anak ini mengubah banyak hal. Termasuk nasib mereka. Mulai sekarang, Anastasia tidak bisa lagi sering-sering menemui Diego kalau tidak ada hal penting. Perjanjian di antara mereka sudah pupus di saat dirinya dinyatakan hamil.
Anastasia juga bisa merasakan perubahan sikap suaminya. Tanaka yang biasanya selalu agresif dan pemarah, kini cenderung bersikap lembut dan manis. Persis seperti saat mereka pertama kali menikah dulu. Tidak ada lagi caci maki, apalagi kecurigaan yang berlebihan pada Diego. Semua masalah di antara mereka, menguap karena kehadiran sang bayi.
Anastasia mengusap perut dengan jari gemetar. Perasaannya campur aduk. Kecurigaannya kalau dirinya hamil ternyata terbukti. Ia memang belum pernah punya anak, tapi kondisi kesehatannya yang tidak stabil, dengan mual yang terus menerus menyerang membuatnya curiga. Terlebih, ia tidak menstruasi selama dua bulan ini.
Di antara reaksi orang-orang, yang paling dinantikannya adalah sang papa. Seperti dugaannya, sang papa berteriak gembira, mengucapkan kata syukur berkali-kali dan menjanjikan akan selalu ada saat Anastasia butuhkan.
"Papa bahagia sekali, Sayang. Akhirnya bisa menjadi seorang kakek. Tidak peduli anakmu laki-laki atau perempuan, dia akan menjadi cucu kesayangan."
"Terima kasih, Pa. Kapan pulang?" tanyanya lewat telepon.
Hector menghela napas panjang. "Sayangnya, tidak bisa cepat. Pak Presiden sedang membutuhkan bantuan papa. Tapi, papa janji setelah ini, akan menunda semua jadwal untuk menemani kamu."
"Pa, aku baik-baik saja. Nggak usah kuatir."
"Bukan kuatir, tapi ingin menghabiskan waktu berdua dengan kamu lebih banyak. Papa akan sangat sibuk dalam beberapa bulan ini. Bisa jadi, papa baru bisa pulang dua bulan lagi."
"Wow, lama sekali."
"Maafkan, papa, Sayang. Janji, setelah ini aku akan selalu di rumah demi kamu."
Anastasia mengakhiri panggilan dengan wajah murung. Saat seperti ini, ia ingin sekali bicara dengan papanya. Bercerita sambil memeluk tubuh renta tapi kokoh itu. Ingin sekali menumpahkan semua keluh kesahnya, sayangnya keinginannya kalah oleh pekerjaan.
Ia tahu papanya bahagia dengan kehamilannya. Menyambut bayi yang dikandungnya dengan suka cita dan harapan yang besar. Anastasia hanya berharap kalau anaknya tumbuh sehat dalam kandungannya. Berharap juga dirinya selalu sehat, karena kondisi tubuhnya yang lemah saat mengandung.
Dari tempatnya berbaring, ia bisa mendengar percakapan sang papa dan Tanaka. Mereka mulai merencanakan kampanye menggunakan kehamilannya. Anastasia sangat sayang dengan papanya, tapi untuk urusan politik tidak jauh beda dengan Tanaka. Sama-sama menyebalkan.
"Tenang saja Papa, Aku akan melakukan semuanya sesuai intruksimu. Tentang jajak pendapat, Papa sudah lihat hasilnya bukan?"
Tanaka tertawa dan wajahnya menyiratkan kebanggan. Entah apa yang dikatakan Hector padanya.
"Sudah pasti aku akan menjaga Anastasia, Papa. Tidak akan aku biarkan sesuatu terjadi padanya."
Ansatsia tahu kalau janji itu hanya sekedar basa-basi. Tanaka yang luar biasa sibuk, tidak akan punya banyak waktu untuk menjaganya. Perhatian yang dimaksud Tanaka adalah memberinya barang-barang mahal. Dugaannya tidak salah. Setelah 30 menit di rumah sakit, suaminya berpamitan. Mengatakan harus rapat di kantor dan melakukan kunjungan.
"Aku akan datang lagi esok pagi. Maaf, malam ini nggak bisa temani kamu."
Anastasia hanya mengangguk tanpa antusiasme. Ia mengerti bagi Tanaka yang terpenting adalah pekerjaan. Kebahagiaan karena mereka akan punya bayi, tidak berpengaruh banyak dalam hubungan rumah tangga mereka. Tanaka mungkin menjadi ramah, lembut, dan perhatian, tetap saja berbeda. Bagaimana pun, bayi dalam kandungannya adalah anak laki-laki lain. Suaminya menginginkan demi politik, bukan untuk keberlangsungan rumah tangga mereka. Anastasia merasa menyesal untuk anak yang belum dilahirkannya.
Selepas Tanaka pergi, Anastasia merenung menatap langit-langit ruang rawat. Keheningan mencekam, ia menatap pintu yang menutup. Berharap pintu itu sesekali terbuka dan Diego muncul. Sayangnya, harapan tinggal harapan. Selama beberapa hari di sini, tidak sekalipun ia melihat laki-laki itu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro