Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 20a

Selama beberapa hari Tanaka sibuk menemani sang menteri yang melakukan kunjungan kerja. Mereka pergi ke banyak tempat, menghadiri beberapa acara, dan juga mengadakan pertemuan. Dari mulai pedagang, pengusaha, hingga pengrajin. Tanaka mendampingi sang menteri tanpa letih, ingin menunjukkan kalau wilayah kekuasaannya berjalan dengan aman.

Kesibukannya membuat Tanaka tidak pulang selama beberapa hari. Tidak ada yang tahu di mana keberadaannya. Saat Anastasia bertanya, ada di mana suaminya. Tanaka menjawab singkat.

"Bersama Pak Menteri."

Anastasia tidak tahu, kalau seorang menteri datang bahkan ingin ditemani sepanjang malam. Apakah mereka bersama-sama di kamar hotel, atau tempat lain? Apakah menteri juga ingin ditemani ke klub malam? Seharusnya, itu tidak terjadi. Namun, ia tidak ingin banyak tanya karena takut Tanaka marah dan mengamuk. Itu adalah hal yang dihindarinya, bertengkar dengan Tanaka karena hal kecil. Tidak mau juga dianggap tidak menaruh rasa percaya pada suami sendiri.

Sesekali Anastasia menelepon sang papa untuk bertanya kabar selama di luar kota. Meskipun di tayangan beria ia bisa melihat papanya menemani presiden berkunjung ke daerah. Hector mengatakan tidak akan pulang dalam waktu dekat, bisa jadi akan berkeliling daerah dan akan kembali mungkin sebulan atau dua bulan lagi. Anastasia merasa dirinya sendirian, tapi tidak ingin membebani pekerjaan sang papa.

"Ada harapan untuk suamimu, Anastasia. Papa bisa menjamin kalau Tanaka bisa diangkat jadi menteri muda. Sekarang tinggal pendapat publik saja. Semoga, usaha kalian untuk punya anak berhasil, Sayang."

Harapan sang papa pun sama dengannya, ia juga ingin hamil meskipun untuk alasan yang berbeda. Hector dan Tanaka menginginkan bayi demi alasan politik, sedangkan dirinya benar-benar ingin punya bayi. Terutama karena bayi yang akan dimilikinya adalah anak Diego. Meskipun tidak dikatakan dengan jelas, tapi Anastasia menyadari kalau dirinya jatuh cinta dengan pengawalnya sendiri.

Ia menyadari sedang jatuh cinta saat melihat sosok Diego membuatnya bahagia. Ingin dekat selalu dengan laki-laki itu, bahkan ada rencana gila di otaknya. Seandainya tidak hamil, ingin cerai dari Tanaka dan mengajak Diego menikah. Sekali lagi, itu hanya rencana saja karena Anastasia teringat kalau Diego juga punya kekasih. Laki-laki mana yang akan meninggalkan perempuan muda dan cantik, hanya demi istri orang? Anastasia menyadari posisinya. Yang dilakukannya kini hanya menjalani hidup, entah bagaimana nanti takdir menuntunnya, ia tidak tahu.

Di malam terakhir kedatangan sang menteri, kantor gubernur mengajakan jamuan makan malam. Anastasia malam ini memakai gaun sutera biru laut yang membalut tubuh indahnya dengan sempurna. Tas dan sepatu warna putih keperakan, dengan rambut disanggul, Anastasia terlihat luar biasa cantik. Sayangnya, beberapa hari ini ia terus menerus merasa sakit dan mual. Membuat penampilannya tidak maksimal. Ia meminta pada perias wajah untuk membantunya menutup kantong hitam di bawah mata serta kulitnya yang pucat. Ia tidak ingin penampilannya malam ini menjadi bahan gunjingan orang-orang, terutama media.

"Bagaimana menurutmu?" Ia berputar di depan cermin, bertanya pada Linda.

"Cantik, Nyonya. Tapi, harus lebih banyak senyum. Nyonya kelihatan seperti kurang bersemangat."

"Baiklah, akan aku coba." Ia mencoba tersenyum sambil menatap bayangannya di kaca lalu mendesah. "Linda, kamu harus sering-sering mengingatkanku untuk tersenyum."

"Iya, Nyonya. Kita pergi sekarang?"

Ditemani Linda, Anastasia keluar dari rumahnya. Tanaka sudah lebih dulu ada di tempat jamuan, karena pulang dari kantor langsung ke sana. Tiba di tangga, Anastasia melihat Diego yang berdiri bersisihan dengan Mike. Tanpa sadar ia tersenyum ke arah mereka dan terdengar pujian dari Mike.

"Nyonya, Anda cantik sekali."

"Terima kasih, Mike."

Seperti biasa, Diego berada di balik kemudi. Ia berusaha menjaga pandangan tetap tertuju pada jalanan. Melihat Anastasia begitu cantik dalam balutan gaun biru, membuat dadanya berdebar tak menentu. Malam ini, Anastasia seperti bidadari. Gaunnya memancarkan aura dan pesonanya. Diego berharap bisa menahan diri, kalau ada laki-laki yang menatap Anastasia. Ia tidak terima kalau perempuan itu dipuja oleh banyak laki-laki. Diego memaki dalam hati, menyadari ketololannya. Terjebak karena rasa cemburunya yang bodoh.

Pandangannya bertermu dengan Anastasia di spion. Perempuan itu tersenyum tipis dan Diego merasa dirinya terjebak dalam lautan asmara.

"Ingat untuk selalu tersenyum, Nyonya," bisik Linda saat mereka keluar dari kendaraan.

"Linda, siapa artis yang diundang malam ini?"

"Nama yang kita ajukan hanya disetujui satu saja. Satunya lagi, Zenata."

"Hah, perempuan itu? Kenapa?" tanya Anastasia.

Linda mendesah. "Alasan sederhana sebenarnya, tapi istri menteri penggemar sinetronnya."

Anastasia mendesah jengkel, berharap bisa melalui malam ini tanpa adanya pertengkaran. Ia tidak habis pikir dengan Tanaka, jelas tahu kalau dirinya tidak menyukai Zenata tapi mengijinkan si artis sebagai tamu. Ia bisa menebak alasan yang diberikan suaminya, tidak berdaya karena sang gubernur yang menginginkan Zenata. Alasan yang membuatnya muak.

"Nyonya, senyum." Linda memperingatkan.

Anastasia mengangguk, memakai topeng transparan untuk menutupi rasa kesal dan sakit hatinya. Tidak peduli kalau suaminya makin hari makin menjengkelkan, tidak peduli kalau malam ini akan bertemu lagi dengan Zenata, ia adalah nyonya pada pesta malam ini. Sudah semestinya seorang nyonya bersikap ramah dan menyambut tamu yang datang dengan senyum terkembang.

Saat melihatnya datang, Tanak bergegas menyongsong dan mengecup pipinya dengan ringan. "Kamu cantik sekali malam ini, Sayang. Ayo, kita sia-siap menyambut tamu."

Anastasia membiarkan dirinya dituntun oleh Tanaka. Mereka berdiri berdampingan untuk menyambut tamu yang mulai berdatangan. Dari mulai pejabat tinggi, beberapa kalangan pebisnis, hingga orang-orang terkenal. Saat Zaneta muncul, Anastasia berusaha untuk tetap ramah dan menyapa perempuan itu.

"Selamat malam, selamat datang."

Zaneta membalas sapaannya tak kalah ramah. "Betapa cantiknya Nyonya Gubernur. Aku merasa sangat iri dengan keanggunannya."

Anastasia hanya tersenyum tapi Tanaka yang menjawab. "Nona Zaneta, senang rasanya melihat artis terkenal seperti kamu ada di pesta ini. Silakan."

Pandangan Zaneta bertemu dengan Diego yang berdiri tak jauh dari Anastasia. Matanya berkilat, saat melihat laki-laki tampan dalam balutan jas hitam. Ia melempar kerlingan mata ke arah Diego, tapi laki-laki itu tidak melihanya. Membuat Zaneta mendengkus kesal.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro