Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1a

Diego menatap perempuan yang berdiri memunggunginya. Perempuan cantik, yang ia tahu sedang bersedih sekarang. Ia sendiri tidak berdaya, terpaku di tempatnya dan hanya bisa memandang tanpa berani berkata.

Kamar tempat mereka menginap adalah sebuar resort besar dan indah di tepi pantai. Hamparan pasir putuh dengan debur ombak adalah sesuatu yang sangat menakjubnya. Sayangnya, tidak ada yang menikmati pemandangan itu, saat dua orang yang sedang bersedih harus berbagi kamar yang sama.

"Diego, kenapa kamu harus menerimanya?" ucap Anastasia lirih.

Diego menghela napas panjang. "Alasanku sama seperti Nyonya," jawabnya kaku.

Anastasia memejam. "Kamu bukannya punya kekasih?"

"Iya."

"Bagaimana perasaannya saat tahu kalau kamu—"

Anastasia tidak sanggup meneruskan perkataannya, tertelan di ujung tenggorokan. Saat ini, sang papa sedang terbaring lemah, dan ia harus berjuang demi orang yang dicintainya. Juga, demi karir politik suaminya. Anastasia merasa dirinya tak ubah kelinci yang sedang dikorbankan.

"Aku punya kekasih, Nyonya punya suami. Bukankah alasan kita berada di tempat ini sama-sama terpaksa? Tidak ada dari kita yang mengharapkan ini."

Anastasia membalikkan tubuh, berdiri menghadap pemuda tampan yang beberapa tahun lebih muda darinya. Tidak pernah terbayangkan, kalau dirinya akan bersama laki-laki lain di dalam kamar besar, dan merencanakan aktivitas sex. Sungguh gila ide suaminya, dan ia dibuat tidak berdaya. Mau tidak mau menerima, begitu pula Diego.

Anastasia mendekat, menatap Diego lekat-lekat. "Apa yang kita lakukan ini, tanpa cinta," ucapnya parau.

Diego mengangguk. "Iya, tanpa cinta."

"Tidak boleh melibatkan perasaan apa pun, murni karena tugas."

"Iya, setuju Nyonya."

Anastasia menelan ludah, memejam sesaat dan jarinya gemetar saat membuka kancing gaunnya. Satu per satu kancing tanggal, gaun membuka di bagian depan, menunjukkan kulitnya yang seputih susu. Ia terhenti, tidak mampu meneruskan lagi.

Deigo menelan ludah, meskipun berstatus istri orang, mau tidak mau harus diakui kalau Anaastasia adalah perempuan yang sangat cantik. Dengan tubuh langsing dan kulit putih, bibirnya merona serta bentuk dadanya yang sekarang setengah terlihat sangat memesona. Diego menghela napas panjang. Mengulurkan tangan untuk mengusap permukaan gaun yang terbuka.

"Nyonya, sebelum semua terlanjur terjadi, aku ingin meminta maaf lebih dulu."

Anastasia mendongak, matanya menemukan mata Diego dan mereka saling menatap dengan intens. Diego menguatkan perasaannya.

"Maaf, kalau nanti menyakitimu. Aku pun terpaksa melakukan ini.":

Anastasia mengangguk, tenggorokannya tercekat. "Ya, aku mengerti. Kita sama-sama bidak catur, yang harus menjalankan perintah."

Diego menggeleng. "Salah, Nyonya. Kamu adalah ratu dan aku adalah prajurit konyol yang sedang berusaha melindungimu. Maafkan aku."

Diego mengangkat dagu Anastasia, memiringkan kepala. Sedikit ragu-ragu sebelum akhirnya melayangkan ciuman di bibir Anastasia yang ranum. Diego memaki dalam hati, karena gugup saat harus mencium seorang perempuan. Padahal, ia sudah sering mencium kekasihnya. Tapi, yang ini berbeda. Mungkin karena perempuan di depannya, bukan orang biasa.

Diego melumat perlahan, berusaha membuka bibir Anastasia yang menutup. Mereka saling mencium, dengan debur ombak terdengar samar-samar sebagai pengiring cumbuan. Anastasia mengepalkan tangan, saat Diego melucuti gaunnya. Dalam sekejap, kain yang menutupi tubuhnya jatuh ke lantai. Ia menyilangkan tangan, berusaha menuntupi dada. Sungguh menyedihkan, terlihat seperti gadis ingusan yang baru pertama bercinta. Diego dengan cepat membalikkan tubuhnya dan memeluk dari belakang.

"Jangan melihatku, kalau itu membuatmu tidak nyaman," bisik Diego sambil mengecup leher, bahu, dan bagian belakang telingan Anastasia. Percintaan ini, harus ada yang memulai dan Diego berinisitif membuka jalan.

Anastasia mendesah, saat bra yang dipakainya terlepas dan tangan Diego kini melingkupi dadanya. Rasanya sungguh aneh, saat jari jemari yang kokoh sedang meremas dadanya. Perasaan aneh bercampur dengan geli, merasukinya. Ia berusaha menyingkirkan rasa jijik pada diri sendiri dan mencoba menikmati sentuhan Diego. Sungguh canggung, tapi bibirnya tanpa sadar mendesah. Jari Diego bergerak perlahan ke arah area intimnya, ragu-ragu sesaat dan berhenti di perut, sampai akhirnya menyelusup masuk dan membelai perlahan.

Saat desahan Anastasi semakin keras terdengar, Diego membalikkan tubuh perempuan itu. Menggendongnya ke arah ranjang, membaringkannya dan dengan cepat menanggalkan celana dalam perempuan itu. Setelah itu, ia menelanjangi diri sendiri. Ia merasa sedikit bangga saat Anastasia tanpa sadar terbelalak ke arah kejantanannya yang menegang. Tidak ada gunanya menutupi diri, Anastasia pasti tahu kalau mudah saja bagi laki-laki untuk bereksi. Hanya dengan sebuah ciuman, apalagi cumbuan yang seperti mereka lakukan.

Diego mengusap lembut area intim Anastasia, dan juga dada yang menegang. Ia mendesah, berbisik lembut.

"Santai, Nyonya. Kalau tidak santai, akan terasa sakit."

Anastasia menggeleng, tidak mengerti bagaimana caranya santai saat harus menghadapi situasi seperti sekarang. Laki-laki yang sekarang telanjang dan siap menidurinya, bukan suaminya melainkan orang lain. Sampai kapanpun, ini tidak akan pernah bisa dibuat santai.

Diego merasakan cairan di jemarinya. Memastikan kalau Anastasia sudah siap. Ia membuka paha perempuan itu lebar-lebar dan memosisikan diri di tengah. Menunduk untuk melumat bibir perempuan itu. Tubuh Anastasia terasa lembut dan feminin di bawah tubuhnya. Tangannya yang lembut, ragu-ragu memeluk Diego. Tidak menyalahkannya, semua orang pasti merasa gugup saat ini.

Diego menggerakan kejantanannya dengan perlahan, menconba selembut mungkin menembus pertahanan Antasia. Tidak mudah, karena perempuan itu memberikan perlawanan.

"Nyonya, santai," bisiknya. Ia menurunkan kepala dan mengisap putting Anastasia yang menegang.

"Aku, gugup."

Anastasia melemparkan kepalanya ke belakang saat tubuhnya bereaksi terhadap cumbuan Diego. Pahanya yang semula menegang mulai mengendur. Ia bersiap menerima Diego masuk sepenuhnya dalam dirinya. Laki-laki itu menggerakkan pinggul, Anastasia mendesah dan saat mereka menyatu rasa perih menyerangnya. Anastasia terbeliak, begitu pula Diego. Laki-laki itu tidak mengatakan apa-apa, memeluk Anastasia erat dan menghujam sedalam-dalamnya lalu mulai menikmati apa yang dilakukannya.

Tidak ada yang bicara, hanya terdengar desah napas dan erangan. Peluh bercucuran dari wajah dan tubuh mereka. Diego menyingkirkan semua ragu dan kekuatiran, fokusnya kini pada tubuh Anastasia yang di luar dugaan, ternyata sangat nikmat.

Diego mengerang lalu bergerak cepat, kontrolnya hilang. Ingin menguasai tubuh Anastasia sepenuhnya. Seolah tidak memberi kesempatan pada Anastasia untuk menolak, ia berusaha membuktikan diri. Hingga akhirnya mencapai titik kepuasan. Terkulai di atas Anastasia, dan terdiam sambil memeluk tubuh lembut yang berkeringat.

**

Di Karyakaras bab 1-14

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro