Bab 19a
Hector menyesap minuman dingin di lounge bandara. Penerbangan masih setengah jam lagi, dan ia menunggu di sini bersama beberapa anak buahnya. Mereka mendiskusikan tentang gejolak politik, ekonomi, dan sosial terkini. Hector mendengarkan dalam diam sementara anak buahnya berbicara.
"Pak, tadi Presiden mengirim pesan. Beliau meminta Anda untuk menemani secara khusus selama tiga hari." Ana mendekat, memberin ponsel pada Hector yang menerimanya sambil mengangguk.
Hector membalas cepat pesan dari presiden dan menyatakan kesiapannya untuk menemani.
"Sepertinya akan membahas masalah menteri muda." Salah seorang anak buah Hector berkata.
"Memang, dan kandidit baru bermunculan. Kini bukan hanya Tanaka dan Adolf. Menantuku itu, kalau dia salah langkah, maka semua yang aku rintis untuknya akan hancur," jawab Tanaka. Memberikan ponsel pada Ana. Tanpa sengaja ujung jari mereka bersentuhan dan gadis itu menatapnya dengan tersipu-sipu. Hector teringat akan anaknya. Pertemuan singkat mereka membuat Hector kuatir. Anastasia begitu pucat, lemah, dan terlihat benar-benar sakit.
"Ana, tolong kirim pesan pada anakku, jangan lupa minum vitamin," perintah Hector.
"Baik, Pak."
Hector kembali terlibat percakapan, menyingkirkan segala macam kekesalan pada Tanaka. Ia bersumpah, akan membuat laki-laki itu membayar dengan harga mahal kalau sampai berani membuat Anastasia menderita. Hector melakukan banyak manuver politik, yang tidak jarang membahayakan nyawanya. Semua demi memuluskan rencana Tanaka untuk menjadi menteri muda. Dengan harapan Tanaka naik jabatan maka Anastasia akan lebih bahagia. Ia bahkan berani memohon pada orang-orang untuk mendukungnya, tidak segan mengancam kalau mereka menolak. Tidak masalah kalau dirinya dicap buruk, yang terpenting adalah tujuannya berhasil.
Hector memanggil pelayan, meminta air putih. Saat pelayan datang membawa nampan dengan gelas di atasnya, bersamaan dengan Ana yang memutar tubuh. Tak ayal mereka tabrakan, Ana menjerit dan jatuh di depan Hector. Tangan gadis itu berada di paha Hector dengan wajah terperangah kaget. Air membasahi bagian depan tubuhnya, menciptakan bayangan lekuk tubuh yang jelas terlihat.
"Ma-maaf, Pak." Ana berujar gugup.
Hector tersenyum. "Nggak masalah, Kamu baik-baik saja?" Ia mengangkat tangan Ana, untuk membantu berdiri. Mengambil sapu tangan dari saku. "Pakai sapu tangan ini untuk membersihkan air."
Ana menerima sapu tangan sambil tersenyum. "Terima kasih, Pak."
Hector hanya mengangguk kecil, meminta pelayan membersihkan tumpahan air. Menggunakan tisu ia mengelap sisa basah di celana dengan tenang. Tidak menyadari pandangan aneh yang dilayangkan para anak buahnya. Tentu saja orang-orang itu kaget, karena Hector yang biasanya pemarah, bisa begitu lembut pada seorang gadis. Mereka bertukar pandang, dengan bola mata memancarkan rasa curiga.
"Sampai mana kita bicara tadi?" Pertanyaan Hector membuat suasana kembali tegang.
**
Pulang dari pertemuan dengan para ibu pejabat, Anastasia berniat mampir ke kantor suaminya. Sebenarnya, ia masih enggan bicara dengan Tanaka, tapi ada sesuatu yang harus dikatakannya. Tentang rencana jamuan. Linda sudah membeberkan rancangannya dan menurutnya, ada beberapa yang tidak cocok menurutnya. Tiba di lorong, ia berpapasan dengan Tanaka yang ternyata hendak keluar.
"Kamu mau pergi?" tanyanya.
Tanaka menganggguk sekilas. "Iya, ada kebakaran di pemukiman kumuh sekitar rela. Kamu ada perlu apa kemari?"
Anastasia menggeleng. "Nggak ada, cuma mau konformasi beberapa rancangan jamuan yang kurang cocok."
"Kita bicara di rumah. Aku harus pergi."
Anastasia mengangguk, memang pekerjaan suaminya jauh lebih penting. Tanaka menatap dua komandan regu pengawal, Mike dan Toto.
"Kalian berdua, ikut aku. Di sana akan sedikit kacau, aku memerlukan sebanyak mungkin pengawal. Istriku biar diantar pulang oleh Diego."
Tanpa berpamitan, Tanaka melangkah cepat menyusuri lorong diikuti oleh dua asistennya dan banyak pengawal. Meninggalkan Anastasia bersama Diego. Menatap punggung suaminya yang tertutup, Anastasia menghela napas panjang.
"Nyonya, kita pulang sekarang?"
Ajakan Diego membuat Anastasia tersadar. Ia mengangguk dan keduanya berjalan beriringan menuju mobil. Kali ini, Anastasia memilih untuk duduk di samping Diego.
"Suamiku sengaja membiarkan kita berduaan," gumam Anastasia saat mereka meluncur di jalanan yang padat. "Ada begitu banyak pengawal, kenapa harus kamu yang mengantarku."
Diego mengetuk stir dengan jari jemari. Mencoba membuat irama sesuai dengan lagu yang diputar radio, tapi ia gagal melakukannya.
"Aku pun merasa begitu." Diego buka suara. "Sering kali aku memergoki Pak Tanaka mengamatiku. Bukan sekali tapi sering, dan membuatku merasa seperti sedang diawasi."
"Suamiku memang aneh, dia yang meminta kita bersama tapi dia juga yang penuh curiga."
Diego menoleh pada Anastasia. Bertanya dengan nada heran. "Curiga karena apa, Nyonya?"
Anastasia menghela napas panjang sambil menggeleng. "Curiga kalau kita berselingkuh. Aku jadi bingung, bukannya kita berselingkuh karena dia yang menginginkan?"
Diego kehabisan kata-kata untuk menjawab. Ia mengerti kalau bercinta dengan istri orang adalah termasuk perselingkuhan. Tapi, dalam kasus mereka si sumai justru yang meminta. Ia hanya melakukan perintah, demi uang tentu saja. Meskipun kini, apa yang dilakukannya ternyata memberi efek dramatis pada dirinya.
Siapa yang menyangka, kalau kebersamaan bersama Anastasia akan sangat menyenangkan? Tidak ada yang tahu, kalau dirinya selaluy berdoa agar perempuan itu selalu sehat dan ceria. Mendengar Anastasia menangis, hatinya ikut tergerak sedih. Sebuah rasa yang membuatnya bersikap tidak masuk akal dan labil.
"Menurut Nyonya, kita berselingkuh atau tidak?"
Pertanyaan Diego menggema di mobil, Anastasia tidak menjawab. Mengamati jalanan yang cukup padat di sore hari. Ia tersenyum saat melihat anak-anak bermain dan tertawa di sekitar aoir mancur. Dorongan hatinya meminta Diego untuk berhenti.
"Diego, kita main ke taman dulu."
Tanpa bantahan, Diego menghentikan kendaraan di pinggir jalan. Anastasia membuka pintu, melangkah mendekati air mancur, berdiri di antara bunga-bunga yang sedang mekar di dalam pot. Beberapa orang berlalu lalang dengan kereta dorong dengan bayi di dalamnya, ada juga orang yang sedang berolah raga dengan jogging mengeliling taman, atau pun mengobrol di ponsel. Kehidupan yang menyenangkan di tengah kota.
.
.
Hari ini terakhir PO
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro