Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 16b

Anastasia tersenyum kecil, mendengar kata-kata suaminya. Ternyata, Tanaka sama seperti yang lain, menganggap kalau pertengkarannya dengan istri Adolf karena sikapnya yang kasar. Ia tidak pernah berpikir, kalau Tanaka punya pendapat seperti itu. Bukankah mereka suami istri? Harusnya Tanaka lebih tahu soal dirinya dibandingkan orang lain.

"Kamu mengatiku kasar, padahal kamu tidak mendengar apa yang dikatakan artis murahan itu padaku. Tanaka, aku tidak mengerti lagi sama kamu."

"Justru aku yang tidak mengerti lagi denganmu." Tanaka bangkit dari kursi, berniat untuk menyudahi sarapan. "Kamu marah hanya karena aku tidak mau menemui anak angkat papamu itu. Sekarang kamu kesal, karena aku mengatakan hal yang sebenarnya. Anastasia, harusnya kamu sesekali berkaca. Orang-orang selalu mengagungkan dirimu sebagai anak politikus ulung dan istri seorang gubernur, bukan berarti kamu istimewa. Tidak, yang mereka puja adalah nama yang melekat di belakangmu yaitu namaku dan papamu. Cobalah, sesekali sadarkan dirimu. Dengan begitu, kamu akan berhenti membuat masalah."

Anastasia menatap kepergian suaminya dengan hati teriris pedih. Sudah beberapa hari ini mereka selalu berdebat setiap kali bicara. Kadang-kadang malah tersirat keenggan luar biasa untuk menyapa. Anatasia merasa, Tanaka seolah mendorongnya menjauh dan selalu menyalahkannya. Tidak lagi mendukung dan menemaninya seperti dulu. Sebenarnya, mulai kapan keretakan ini terjadi? Sepertinya bukan baru-baru ini saja suaminya berubah, atau memang dirinya yang menutup mata?

Demi menghilangkan gundah, Anastasia memutuskan untuk berkeliling taman sebelum berangkat kerja. Linda belum datang, masih mampir ke suatu tempat. Anastasia sesekali memejam saat sinar matahari menyorot ke arah wajahnya. Aroma bunga, berbaur dengan debu yang tersiram air. Dilihat dari tanah dan dedaunan yang basah, seseorang baru saja menyirami tanaman.

Anastasia mendongak saat sebuah paying besar terbuka di atasnya dan melindunginya dari sinar matahari yang cukup menyengat.

"Diego, kamu suka sekali menemaniku berjalan-jalan di taman," ucapnya.

Diego mengangguk, melangkah perlahan mengiringi Anastasia. "Aku juga suka bunga."

"Benarkah? Bunga apa yang kamu suka?"

Diego teringat bunga warna kuning yang selalu ada di halaman rumah. Seorang perempuan cantik menyiram dan merawat bungs itu sepenuh hati. Tersenyum saat bunga mekar, biarpun setelah itu akan layu dan mati.

"Bunga matahari," jawabnya.

"Kenapa?" tanya Anastasia.

"Tidak ada alasan khusus, aku merasa bunga matahari itu cantik saat mekar sempurna. Meski hanya hidup sekali dan setelah mekar akan mati."

"Bunga yang indah tapi tragis."

"Tidak, karena saat mati bunga matahari akan menghasilkan ratusan bibit baru."

Mereka bertukar pandang, dengan Anastasia tersenyum. Cara pandang Diego dalam menilai bunga, membuatnya tergelitik. Tidak biasanya seorang laki-laki begitu fasih menelaah soal bunga.

"Seandainya setiap orang punya pikiran positif seperti kamu, pasti hidup ini akan terasa indah Diego."

Perkataan Anastasia membuat Diego bertanya-tanya, masalah apa yang sedang dipikirkankannya hingg terlihat sangat gundah. Kata-kata Anastasia sekilas terdengar biasa saja, tapi Diego tahu kalau ada banyak maksa tersirat.

"Nyonya, ada masalah?" tanyanya tanpa basa-basi.

Anastasia mengangkat bahu, mengusap kelopak bunga mawar kuning di dalam pot besar. "Memangnya kenapa kalau aku ada masalah? Kamu bisa membantuku?"

"Mungkin tidak, bukan karena tidak mau tapi karena sadar dengan kemampuan diri. Banyak hal dalam diri Nyonya, yang tidak terjangkau olehku. Tapi—"

Anastasia menghentikan langkah, menatap Diego. "Tapi, apa?"

"Aku punya telinga untuk mendengarkan, apa pun itu dan bahu untuk Nyonya bersandar, kapan pun itu."

Anastasia menahan diri untuk tidak mendekat dan menyentuh pipi Diego. Mereka berada di taman dengan banyak pasang mata memperhatikan. Meskipun tawaran Diego sangat menggoda, tapi Anastasia sadar diri tidak mungkin melakukannya.

"Diego, apa kamu menyadari sesuatu?"

Diego menggeleng. "Tidak, apakah ada yang berubah."

"Ada, kita. Mulai kapan kamu tidak lagi menyapaku dengan sopan? Saya berganti aku. Nggak apa-apa. Aku justru menyukainya. Diego, bisa bicara akrab denganmu sungguh menyenangkan."

Bagi Diego, bersama Anastasia meskipun hanya berjalan-jalan di taman, lebih dari sekedar menyenangkan. Aroma parfum perempuan itu sungguh lembut dan menggoda, berbaur dengan wangi bunga dan itu terasa sangat enak bagi Diego.

Anastasia terlahir dengan keanggunan seorang puteri. Saat mendampinginya seperti sekarang, Diego merasa dirinya tak ubah kurcaci yang sedang menemani peri. Tidak ada yang lebih menyakitkan, dari menerima kenyataan kalau dirinya jatuh cinta dengan perempuan cantik, mandiri, hebat, dan istri orang

.

Cerita ini akan dicetak.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro