Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Aku, kamu, dan dia

Ini adalah tahun di mana anak kelas 3 Karasuno lulus, suka cita dan haru merebak di gym sekolah.

Saat itu, mereka sadar jika primadona cantik dengan surai raven itu takkan terlihat lagi di sini.

"Shimizu-san." Suara anak lelaki yang lebih muda memanggilnya, tanpa intonasi kekanakan ataupun jeritan yang biasanya terdengar.

Atmosfer yang tadinya ricuh seketika hening, seakan panggung untuk bicara telah disediakan.

Iris madu itu mengerjap di balik kacamatanya, menatap heran dua pentolan klub voli putra Karasuno.

Sejenak keduanya saling pandang, lalu menatap Shimizu yang kebingungan. Hingga...

Keduanya membungkuk sambil menyodorkan tangan kanan mereka pada sang gadis pujaan.

"SHIMIZU-SAN, BERKENCANLAH DENGAN KU!"

Semua orang terkejut, tentu. Kali ini tiada candaan seperti biasanya, mereka serius dengan apa yang mereka ucapkan.

Bibir merah muda itu terbuka, namun tiada suara yang keluar. Iris madu itu menatap kedua tangan di depannya, lalu tersenyum.

"Aku tidak mau."

Dan kedua remaja lelaki itu segera tersungkur dengan rasa kecewa, diiringi gelak tawa yang lainnya.

"Hahaha! Shimizu nanti denganku." Seru Suga sambil terus terkekeh.

"Tidak, tidak. Shimizu nanti denganku." Protes Daichi.

"A-aku..." Asahi juga ingin bersuara.

Shimizu menatap ketiganya dengan ekspresi datar, "Aku juga tidak mau dengan kalian."

"Eeeeeehhh???!" Ketiganya mengerang protes.

Gelak tawa dari yang lain semakin menjadi, mereka tidak menduga rasa sedih akan perpisahan menjadi pudar karena hal konyol seperti ini.

Dan di tahun itu pula, adalah terakhir kalinya Shimizu menolak ajakan berkencan.

.
.
.

Di tahun berikutnya, ketika Tanaka, Nishinoya, Ennoshita, Kinoshita dan Narita lulus SMA. Anak kelas 3 sebelumnya datang berkunjung, dan mereka tidak menduga akan hal itu.

"Oooh??! Daichi-san!" Seru Hinata riang melihat kemunculan empat orang itu.

"Yo, Hinata!" Balas Daichi balik menyapa.

"Apa kab--"

"SHIMIZU-SAN!" Seru Tanaka dan Nishinoya bersamaan saat melihat primadona cantik itu kembali terlihat.

Masih sama, bahkan semakin cantik.

Tapi... orang yang disapa tengah berbincang dengan Yachi.

"Yachi, kamu memanjangkan rambutmu hmm? Itu cocok denganmu, manis."

Yachi yang dipuji tersipu malu, "Hehe benarkah? Aku mencoba memanjangkan mereka."

Kita tahu siapa yang memberikannya inspirasi untuk melakukan itu.

"Shimizu-san, bisakah kita berbicara lagi?"
Noya mendekati mereka berdua, diiringi dengan Tanaka.

Sugawara yang melihat gelagat keduanya mengernyit heran, "Apa kalian masih tidak menyerah?"

"Kami serius." Jawab keduanya, memberikan sensasi dingin pada bulu roma.

Sekarang, seperti setahun yang lalu. Keduanya berdiri menghadap perempuan yang mereka sukai.

Membungkuk dengan tangan kanan terulur, keduanya berucap...

"BERKENCANLAH DENGAN--"

sedikit berbeda.

"KU/TANAKA!!!"

Eh?

Semua orang terdiam, apa lagi mendengar apa yang baru saja Noya ucapkan.

Dengan Tanaka? Kenapa?

"Oy, Noya? Apa maksud--"

Noya hanya tersenyum, menepuk pundak Tanaka. "Aku tahu kau serius teman, sementara aku hanya mengidolakannya saja."

Tanaka mengerut kesal, selama 3 tahun ia mengenal Noya dan mereka sudah mengejar Shimizu bersama. Apa-apaan ini?

"Noya! Kau pikir Shimizu-san akan menerimaku begitu saja jika kau berhenti mengejarnya? Pesan chat kita berdua saja sering diabaikan!"

Tanaka tentu tidak terima ini, Noya adalah sahabatnya, rival cintanya. Lalu kenapa ia menyerah?

"Kau bohong kan?"

"Haha, mana mungk--" BUAK!!!

Tanaka tiba-tiba memukul wajah Noya,  membuat semua orang menjadi panik. Mereka dengan cepat bertindak untuk memisahkan keduanya sebelum perkelahian semakin menjadi.

"APA-APAAN INI?? KENAPA KALIAN MALAH BERTENGKAR!" Seru Daichi marah, "KALIAN AKAN MEMBUAT ADIK KELAS KALIAN TAKUT!"

Tanaka sama sekali tidak menghiraukannya, "NOYA! KAU PEMBOHONG YANG BURUK!"

"DIAMLAH BOTAK, AKU BILANG AKU HANYA SEKEDAR MENYUKAI SHIMIZU-SAN, KENAPA KAU JADI MARAH???"

"KAU--"

"Aku bahkan belum mengatakan apapun." Shimizu memotong di antara mereka, membuat keduanya berhenti untuk saling memaki.

"Jika aku mengatakan bahwa aku menerima salah satu dari kalian, apa kalian masih akan tetap berteman?"

Anak-anak yang lain terdiam, ini seriusan? Shimizu benar-benar memiliki perasaan untuk salah satu dari mereka?

Keduanya terlihat gugup, tentu. Siapa yang akan menduga?

Shimizu sejenak menatap Noya, ia tersenyum. Lalu menatap Tanaka dengan senyum yang memperlihatkan gigi gingsulnya.

"Tanaka, aku mau."

Setelah itu Tanaka pingsan karena tidak bernafas.

.
.
.

"Hahh??!" Tanaka terbangun dari tidurnya, menatap langit-langit kamarnya dengan peluh bercucuran.

"Apa... itu mimpi?"

"Mimpi apa?"

"WOAAAH??!" Tanaka menjerit, kaget dengan kakak perempuannya tengah berada di kamarnya.

"Ryuu kau berisik, baru juga bangun."

Tanaka melotot, masih ingin berteriak. Tapi ingatan sebelum ia pingsan membuatnya kembali diam.

Dan sebagai perempuan, Tanaka Saeko tentu tahu adiknya kenapa.

"Aku dengar dari anak-anak yang mengantarmu pulang, kau pingsan karena cintamu diterima Kyoko?"

Diam Tanaka menjawabnya.

"Bagaimana dengan Noya?"

"Aku hanya mengidolakannya."

Gigi Tanaka bergemeratak kesal, ia kecewa dengan Noya yang berkata seperti itu. Dengan tertatih ia mencari ponselnya.

"Hey! Jawab aku!" Rengek Saeko karena diabaikan.

Tanaka hanya diam dan mengutak atik ponselnya, ketika ia ingin menghubungi Noya... dia mendapati pesan dari Shimizu.

"Kamu baik-baik saja?
Aku harap kamu dan Noya
kembali berteman."

Mereka memang bertengkar, tapi... ini soal seorang gadis. Mengenai cinta, mengenai hati.

Tanaka menekan tombol di hpnya, menelfon gadis yang ia cintai bersama temannya. Ketika sambungan telfon tersambung, terdengar suara lembut perempuan di ujung sana.

"Moshi-moshi?"

"Shimizu-san, aku..."

.
.
.

"Apa? Kau apa???" Noya melotot pada orang yang kini berada di halaman rumahnya. Ia yakin sudah membersihkan telinganya, namun entah kenapa Noya berharap ia salah dengar.

"Aku menolak Shimizu-san."

Tanaka mendengus, menatap balik dengan wajah lega.

Noya mengernyit, " APA KAU BODOH???"

Perempatan imajiner muncul di kening Tanaka, "HAHHH???"

"Aku bilang... APA KAU BODOH? KENAPA KAU MENOLAKNYA SETELAH DIA MENERIMAMU--" Noya tersentak kaget, apa karena dirinya?

"TANAKA TOLOL!" Noya menendang Tanak hingga jatuh tersungkur.

Kesal karena ditendang, Tanaka bangun dan balas menghajar Noya. Mereka beradu tinju, saling memaki. Meninggalkan lebam biru keunguan, terus menghajar hingga rasa lelah muncul.

Nafas keduanya memburu, jatuh tersungkur di atas tanah dengan tubuh penuh luka.

"Kau bodoh... kenapa kau menyerah!" Seru Tanaka yang kelelahan.

"......" Noya hanya diam, sebenarnya ia tahu. Ia cukup peka akan perasaan orang disekitarnya.

Sedari dulu, Noya sudah tahu kemana Shimizu memandang ketika mereka bermain.

Tentu semua mendapat perhatiannya, hanya saja iris madu itu selalu terkunci pada Tanaka.

Sorot matanya berbeda, dan Noya tahu alasannya kenapa.

Jadi... Noya merasa ia sudah tidak bisa melangkah jauh jika ini dilanjutkan. Tidak ada anak tangga yang dapat ia pijak.

"Tanaka... kita sudah lulus SMA, kita akan menjadi orang dewasa." Noya menatap langit senja yang perlahan semakin memerah.

"Kita akan bekerja, menikah, punya anak. Kehidupan yang sama seperti orang tua kita."

Tanaka diam mendengarkan, mencoba mencerna.

"Aku... ingin seperti kakekku, berpetualang, mengarungi setiap negara dengan kapal." Noya menoleh, di mana Tanaka ternyata selama ini terus memandanginya.

"Aku akan pergi, dan kau..." Tinjunya melayang dengan senyum lebar terpantri.

"Buatlah Shimizu-san bahagia."

Tanaka menggigit bibirnya, ia segera menengadah. Menatap langit dengan alis berkerut tajam, mencoba menutupi air matanya.

"Bodoh..."

Tanaka menarik nafas dalam, "NOYA BODOH!"

Noya hanya tertawa, menutupi matanya yang juga berair. Entah kenapa.

"Tanaka kau cengeng."

"Ughh~~ diam!!"

.
.
.

Ini adalah keputusan yang tepat, ia akan berkelana mengelilingi dunia. Membunuh perasaan yang ia miliki untuk seorang gadis yang takkan pernah ia dapatkan.

Ini ide yang bagus.

Bahkan jika mereka mengadakan pernikahan, Noya akan punya alasan tidak bisa datang--

"Begitu lulus dan menjadi desainer, aku akan membuatkan baju khusus untukmu."

Noya yang tengah menyesap es sodanya mengernyit, menatap mantan senior dan rekan volinya di SMA. Azumane Asahi.

Mereka tengah bersantai menikmati minuman dingin, baru saja pergi untuk menonton film di bioskop. Sebenarnya yang lain juga diajak, hanya saja Daichi sibuk dengan latihannya, dan Sugawara sedang ada program untuk mengajar.

"Baju? Nah, aku lebih nyaman dengan kaos oblong."

"Maksudku jika Tanaka dan Kyoko-- ah?" Asahi terdiam, ia lupa.

"Tidak apa, aku tidak berencana untuk datang jika mereka menikah nanti."

"Noya, mereka temanmu."

Noya memanyunkan bibirnya, "Di SMA."

Asahi menghela nafas, "Kamu masih belum bisa melupakan Kyoko?"

Noya menggaruk kepalanya yang tidak gatal,   "Ini cukup sulit untukku, namun jika aku terus maju... tetap aku yang tersakiti."

Asahi mengangguk, itu benar juga. Kita tidak bisa memaksakan perasaan.

"Kapan kamu akan pergi?"

"Mungkin besok, aku sudah meminta bantuan teman kakekku untuk membiarkannya ikut berlayar. Bekerja di kapal ikan tidak buruk juga."

"Apa kamu sudah bilang dengan Tanaka?"

Noya hanya tersenyum.

Asahi balas tersenyum sambil menunjukkan layar ponselnya, tengah tersambung dengan panggilan grub.

"KAU?? Sejak kapan???"

"Baru saja, tepat ketika aku bertanya kapan kau akan pergi dari Jepang."

"Asahi-sa--"

"NOYA? KENAPA KAU TIDAK BILANG!" - Tanaka.

"Besok ya? Sepertinya aku bisa izin sebentar untuk mengantarkanmu." - Daichi.

"Harusnya kau mengabari dulu, aku ada kelas dari pagi huhuuu~" - Sugawara.

"N-noya senpai akan pergi berlayar??" - Yachi.

"Noya-senpai! Jika kamu kembali aku akan membeli ikan hasil tangkapanmu!" - Hinata.

"Hinata-boke! Ikannya untuk ekspor!" - Kageyama.

"Ekonomi..." - Tsukishima.

"Tsuki!" - Yamaguchi.

"Noya, jangan tiba-tiba pergi tanpa kasih kabar. " - Ennoshita.

"Itu benar, kau akan pergi jauh." -  Narita.

"Ahh, sepertinya aku akan merindukan suara berisikmu!!" - Kinnoshita.

Noya terdiam, telfon Asahi begitu berisik dengan suara teman-teman mereka. Hingga sebuah suara dengan jelas terdengar.

"Hati-hatilah di laut." - Shimizu.

Noya menggigit bibirnya yang gemetar, ia menahan isak tangisnya. Meski sikapnya terkadang kurang ajar, mereka masih menganggap dirinya teman. Apa lagi Tanaka.

"Iyaa..." Suaranya bergetar. "Aku akan pergi malam ini, karena kami akan berlayar dini hari. Jadi ku rasa kalian tidak perlu mengantarkanku."

Dan kericuhan semakin menjadi, protes karena apa yang disampaikan Noya.

"Tenanglah kalian, aku akan mengabari jika aku berangkat oke?"

Saat itu, hanya Asahi yang tahu jika Noya menangis sambil tersenyum.

.
.
.

Seiring tahun berlalu, ketika para anak SMA sudah mencapai titik di mana mereka telah menjadi orang dewasa.

Di mana sepasang manusia mengikat janji akan hidup bersama hingga kematian memisahkan.

Bersorak soray akan kebahagiaan kedua mempelai yang telah menikah.

Meski sebelumnya ada keraguan akan seseorang yang lama tidak terlihat takkan muncul. Mereka tidak bersuara karena takut menghancurkan suasana.

Sayangnya ada yang sadar.

"Noya di mana?" Tanaka Ryuu, yang hari ini tengah mengadakan acara pernikahannya bertanya pada tamu undangan yang merupakan teman-teman dan koleganya.

Tiada jawaban, dan sebelum kecewa muncul... seseorang memasuki Gereja.

"Maaf aku terlambat."

Noya dengan setelan jas dan rambut yang disisir rapi, diiringi dengan Asahi yang tengah mengelap keringat di kening.

Rival cinta akhirnya bertemu.

"Noya!" Seru Tanaka dan turun dari pelaminan, memeluk sobat yang sudah lama tak jumpa.

"Oy! Oy! Bajumu akan kusut!" Seru Noya mencoba menghentikan.

"Tapi--"

"Jangan merusak momen indahmu dan dia."

Teguran Noya menghentikan Tanaka. Sungguh, sebenernya Noya cukup terpukau dengan Shimizu yang memakai balutan gaun putih.

Begitu cantik, manis, dan indah.

"Kyoko-san." Noya tersenyum sekali lagi pada Shimizu.

"Ku tunggu jandamu."

"Eeeehh???!" Seru Tanaka tidak terima.

Terdengar gelak tawa. Tidak menduga sahabat sang mempelai lelaki akan begitu menghibur.

"Ufufu, mungkin aku sudah keriput saat itu." Balas Shimizu sambil tersenyum.

"Bahkan jika rambutmu memutih, kamu tetap cantik dimataku."

Tanaka melotot, "Oy! Oy! Cukup!! Baru juga nikah dan kalian sudah membicarakan kematianku!?"

Semua tamu undangan semakin tertawa, ada juga yang menimpali seperti Daichi dengan "Tidak! Jika Ryuu mati Kyoko akan bersamaku!"

Membuat Shimizu semakin tersenyum, ini adalah momen yang paling membahagiakan dalam hidupnya.

.
.
.

Di antara teman dan kekasih, siapa yang kamu pilih?

***END***

Author Note :

Aku galau Noya keliling dunia sementara TanaShi menikah 😭

22042022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro