Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TK, R&R : PROLOG

Publikasi 12 September 2022

Saat itu.

25 Desember 2023.

Saat ini aku menulis ulang kisah Rambu dan Ruma. Aku juga merombak semua alurnya. Aku membuang hampir 79% alur awal, aku juga menghapus cerita BANTARIOUS di sini sebanyak 65%.

Perubahan ini aku lakukan untuk membuat Rambu tumbuh jadi tokoh utama. Jadi, di sini akan kutulis dunia Korvus Timur 1999 sebagai tim bisbol baru. Di mana Rambu akan menjadi pemeran utamanya dengan latar belakang kisah Ale sebagai landasan kenapa Rambu, Ruma, Kadensa dan Korvus lahir.

Jadi, selamat menikmati dunia baru dari Rambu dan Ruma.




☘Prolog☘

Seperti yang dibayangkannya, laki-laki bertubuh jangkung dengan penampilan agaknya kusut itu. Ia berdecak kesal ketika genangan air di atas aspal membuat tubuhnya kuyup, lengkap membuat seragam putih abunya kotor.

Laki-laki berambut kecokelatan itu memeras sisa genangan air di rambutnya dengan kesal. Ia memandang jauh ke langit sambil menahan kesal.

“Oi! Ram!” panggil seseorang. Suaranya serak agak ngebas. Walau begitu, di telinga laki-laki yang kini berdiri menghadap trotoar, suara itu selalu terdengar hangat.

“Sori terlambat! Tadi ada latihan tambahan. Nih, payungnya!” Ia ngos-ngosan.

Rambu Larung Basena, namanya. Laki-laki dengan perawakan jangkung itu menggelengkan kepala sambil tersenyum kaku. “Nggak apa. Hujannya juga udah reda,” jawabnya itu datar.

Siswa kelas XI dari salah satu SMA Negeri terbeken Kota Jakarta itu mengembuskan napasnya lembut sambil mencoba terlihat baik-baik saja.

“Gitu aja marah.”

“Aku nunggu kamu satu jam di sini. Kena semprot ban mobil pula, Ma. Masa iya aku nggak marah.” Alis matanya terangkat, begitu pula senyumnya, meski kecut.

“Padahal pulang duluan aja, Ram. Lagian ngapain kamu nunggu aku, di sini … pula. Janjinya, kan, di dekat busway.” Gadis tomboi dengan poni jarang-jarang itu mendesis. Langkah kakinya yang sedikit slengean itu tiba-tiba berhenti.

“Jangan bilang kamu lupa soal busway?”

“Aku nggak mau kamu jalan lewat sini sendirian, soalnya di daerah sini motor sama mobilnya ngebut-ngebut,” ucap Rambu, laki-laki itu menggaruk-garuk pelipisnya sambil memalingkan wajah.

Mutia Rasmala Narwastu, sapa saja Ruma. Gadis tomboi itu meneguk ludahnya pelan. Pipinya tiba-tiba merona bak tomat. Ruma, ia berperawakan tidak terlalu tinggi, tidak terlalu kurus tidak juga berisi itu merangkul Rambu yang jelas lebih tinggi darinya itu dengan erat.

“Takut diomelin Ranah, ya, kalau aku lecet?” Dia menggoda.

Rambu hanya tersenyum tipis. “Aku udah janji sama Kak Ranah, nggak akan bikin adiknya lecet. Aku bakalan nungguin kamu di sini supaya pulang bareng.”

Ruma tertawa renyah. “Terus latihan taekwondo-nya gimana?” tanya gadis tomboi itu sambil manyun.

“Asal bisa nonton Major League Baseball bareng kamu sama Kak Ranah, nggak apa-apa, masih ada latihan berikutnya!” jawab Rambu dengan wajah berseri-seri. Ia pun mengajak Ruma berjalan di sisinya.

“Bisbol terus!” Ia mencibir.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro