twisted lunch.
Chatra Dinata: Buburnya enak. Terima kasih sudah bersedia menemani saya sarapan hari ini. Next time giliran saya akan ajak kamu ke tukang bubur yang lebih enak langganan saya.
Chatra Dinata: Tentu kalau kamu mengizinkan.
Chatra Dinata: Dan, tentu bukan di tempat Chef Edwin Lau, Juna, atau Melissa King.
Chatra Dinata: Anyway, I’m having a brief layover in Doha right now before catching my next flight.
Chatra Dinata: So, have a nice day ya, Pamela.
Chatra Dinata: Oh, juga terima kasih untuk nomornya. Saya harap kamu tidak terganggu dengan pesan-pesan ini atau pesan yang akan datang nanti.
Chatra Dinata: Take care until then ya.
Wait, mana wujud penampakan dry text itu? Kenapa ketikannya begitu runut, rapi, ramah, serta mudah dipahami begini sih?
Owh, apakah itu lantas mengesankan bagi Pamela?
Dih, yang benar aja!
Sebelum bercerai Pamela bahkan kenyang sama perhatian yang Jevas beri. Meski nggak seramah Si Chatra Chatra ini—well, tabiat Jevas kalau ngomong tuh memang kayak mau makan orang, kendati nggak segalak kalau dia lagi di kantor—tapi, sebagai suami bisa dibilang Jevas selalu ngabarin duluan ke mana pun dia mau pergi kok. Dia juga sering nanyain aktivitas Pamela, rencananya untuk seharian yang sebetulnya gitu-gitu aja tiap hari. Terus, kadang kalau Pamela kirim pap dia juga suka puja-puji.
Ah, ya semua kehangatan yang di enam bulan belakangan praktis nggak lagi Pamela dapatkan tentu saja. Namun, bukan berarti dia merasa kehausan akan perhatian loh yah! Em, okay, mungkin sedikit sih.
Tapi ....
Omong-omong soal Jevas, chat yang Pamela kirim saat dia tengah di mobil masih ceklis satu. Ada apa nih? Jangan bilang Pamela diblokirnya lagi? Hadeh!
Namun, bukankah itu wajar kalau pria itu kesal serta malas buat melihat, mendengar, lebih-lebih berurusan sama Pamela kan?
Bagaimana pun kemarin hanya selang beberapa menit saja setelah podcast-nya yang mendadak tayang tiba-tiba ngungkit soal mantan suaminya di tengah kabar pernikahan laki-laki itu sontak mematik berita-berita baru bermunculan. Oh, jelas bukan kumpulan berita baik! Perlu diingat bahwa atas perceraian mereka, Pamela sudah meninggalkan noda besar pada nama Jevas. Padahal, Jevas tentu sudah bekerja keras di enam bulan ini untuk kembali menata hidup, hati, maupun reputasinya yang sekonyong-konyong Pamela serta Opanya hancurkan begitu saja. Cuma, mungkin gara-gara Pamela terlalu kesepian, atau pada dasarnya dia tak rela bila seandainya dia benar-benar akan dilupakan oleh Jevas, makanya dia terus memaksa masuk lagi dalam hidup pria itu. Atau ....
Ah, apa pun lah itu. Kemarin, Pamela bahkan sempat mengintip kolom media sosialnya saat dia terpaksa hengkang dari unit apartemen Jevas tepat setelah dia menangkap mata laki-laki itu kesakitan, dan bikin Pamela nggak tega untuk berlama-lama keras kepala buat tinggal di sisinya. Meski tetap ada kekhawatiran meninggalkannya berdua aja bareng Kanaya, tapi ya Pamela bisa apa saat dia tahu kehadirannya pun nggak membantu apa-apa.
Di tengah carut-marut yang Pamela kembali cipta di hidup Jevas, kolom media sosialnya pun kembali ramai dengan hate comments sejenis:
haternomorsatupamela: Dih capernyaaa
haternomorduapamela: Sengaja numpang diberita yang lagi hits
haternomortigapamela: Yaelah si lampir tukang dramaaa ngapain lo sok segala pake caper curhat-curhat di podcast? Iri ye lo mantan lo ternyata udah move on dan bahagia sama calon bini barunya?
haternomorempatpamela: Pamela Harris kalau tanpa nama belakangnya mah cuma sekelas mbak-mbak kopong
haternomorlimapamela: Panteslah ditinggalin sama suaminya siapa sih yang tahan?
heterpamelatakterhitunglagijumlahnya: Percaya deh besok juga beritanya hilang kayak pas dulu berita soal dia sama selingkuhannya juga langsung hilang
Dan, sesuai dugaan para haters, begitu dia bangun semua sudah tertimbun oleh akun-akun anonim yang memberinya semangat, yang Pamela sudah tahu pasti bahwa itu cuma buzzer hasil duitnya Opa.
Lalu, tak ubahnya media sosialnya yang kembali kondusif, lini masa berita pun bersih. Hanya tersisa beberapa artikel tertinggal yang meng-highlight kejelekan Jevas.
Namun, betapa pun perasaan Pamela sedang merana kilat saja seluruh gundah itu luntur sewaktu Pamela yang baru masuk gerai es krim di salah satu mall pada kawasan Jakarta Selatan mendengar seruan ceria ini, "Pamela? Di sebelah sini!"
Senyum Pamela terkuak lebar. Mencangklong di bahunya Celine yang sama dengan yang di-carries oleh Phoebe Dynevor di jalanan New York di sela-sela premiere of her movie, Pamela setengah berlari di atas high heels-nya saat wajah berseri-seri Mama sekaligus lambaian sayangnya menjadi satu-satunya pemandangan yang menyambutnya datang.
"Udah lunch?" Wanita setengah baya itu menyambut bertanya sambil menggandeng tangan Pamela.
Pamela sontak memberengut sebelum mengadu, "Beluuuum nih, Ma. Soalnya pagi-pagi udah disuruh berbisnis sama Opa jadi nggak napsu makan!"
Wanita itu tertawa. "Produktif dong," komentaranya jenaka, yang sontak Pamela balas melalui satu putaran bola mata. Kendati, kalau bisnisnya berhasil jelas bakal bikin Opa untung tak terkira. Tetapi, Pamela pastikan tak akan bikin Pak Tua itu dengan mudahnya bahagia!
"Mama bawa apaan nih?" Gantian Pamela kepo bertanya. Kepalanya kini bahkan sudah melongok-longok ke arah paperbag besar warna cokelat yang ditali pita dan diletakkan di atas meja kedai bersama tas tangan milik Mama, serta dua pint of ice cream yang salah satunya adalah rasa favorit Pamela—melihat kondisinya, paling baru dipesan dua-tiga menit sebelum Pamela tiba.
"Tebak dong?"
Hidung Pamela singkat saja mengendus di sekitaran paperbag untuk menemukan kelebat aroma smoky daging panggang yang khas nan familier sehingga mematiknya menceletuk, "Favorit aku sih ini! Yakin! Sei sapi sambal matah! Iya dong?"
Dan, beliau lagi-lagi tersenyum sampai matanya jadi segaris. Karena, Pamela sudah pasti benar!
Well, kenalin deh, beliau Johana atau Pamela biasa memanggilnya Mama Hana. Beliau sepupu Patricia sekaligus ibu kandungnya Jevas Prambada, yang selalu menganggapnya sebagai menantu terbaik walau Pamela bahkan pernah ceroboh ngematiin ikan-ikan hias berharga jutaan di akuariumnya.
***
"Makasih ya Pem masih mau direpotin dan bantuin Mama?" ujar Mama Hana tat kala mereka kembali tinggal berdua di meja selepas tiga orang dari pihak salah satu panti asuhan yang menawarkan kerja sama untuk event charity pamit pergi. "Habis ini pun Mama tetap berharap Pamela masih mau sesekali ketemu atau main sama Mama."
"Ih, kok mikirnya bisa ke sana-sana sih? Kenapa coba aku sampai nggak mau ketemu sama Mama? Terus, itu apa barusan? Repot? Repot apaan sih? Aku malah senang dikasih kesempatan buat gabung di event keren kayak gini berkat Mama." Meski, sedikit-banyak Pamela juga khawatir kalau keterlibatannya bukan cuma bantu menambah exposure panti asuhan yang memang sedang kekurangan donatur sehingga memutuskan buat ngadain project mulai dari kegiatan seni bersama anak panti hingga pasar amal, tetapi juga bakalan ikut ngundang haters-nya pada komen.
Berbeda dari Pamela, wanita yang tadi pagi pas Pamela baru beres makan bubur sama Chatra Dinata sempat meneleponnya untuk menawarkan sebuah kerjaan yang jujur bayarannya jauh di bawah iklan bulu mata di saat Pamela memang sedang miskin kegiatan itu mungkin punya kekhawatiran yang berbeda sehingga beliau diam sebentar. Hanya saja mata berwarna obsidiannya yang kadang mengingatkan Pamela terhadap mata Jevas terang terus mengawasi wajahnya. Meski sedari tadi Pamela tersenyum hingga ngakak-ngakak ketika videonya buat promo acara tengah diambil oleh Tim, tapi sepertinya Mama Hana yang sudah mengenal perempuan itu empat tahun, dan jadi orang yang paling akrab dengannya di samping Jevas tidak serta merta mau percaya dengan semua tingah sok senang Pamela. Tak ayal beliau lalu dengan berat me-mention, "Jevas—"
Mama Hana tidak menyelesaikannya, tapi Pamela tahu ke mana kira-kira muaranya penjelasan yang hendak mantan ibu mertua favoritnya ini utarakan.
Jadi, daripada membiarkan Mama kesulitan merangkai kata yang sekiranya tak akan terlalu melukai Pamela—which is mustahil, apa pun bentuk katanya keputusan Jevas buat memilih Kanaya jelas melukai Pamela, dan Mama Hana tentu paham itu sehingga beliau tidak punya satu kata pun untuk dapat diucapkan—perempuan itu mengambil alih kendali guna berujar, "Mama nanti kalau dapat mantu baru aku jangan dilupain yah?" Satu senyumnya tumbuh lemah.
Mama Hana pun sontak memberengut. Tampak sangat tak setuju hingga Pamela pun gatal buat lanjut mengkelakar, "Tapi, aku yakin sih mantu Mama mah bakalan cuma aku doang."
"Kok gitu?"
"Soalnya, Jevas udah aku pelet. Dia pasti sulit move on dari aku. Lagian, sebelum janur kuning melengkung mantan tuh masih bisa balikan nggak sih?"
Menanggapi candaannya yang tak sepenuhnya gurauan Mama Hana tertawa renyah sekali, tapi tawanya langsung tersudahi begitu mereka yang lagi duduk-duduk ngobrol, sembari coba menghabiskan sisa scoop ice cream di gelas masing-masing mendadak mendengar suara deheman yang sungguh tak nyantai datang menyela keakraban mereka.
Pamela belum mendongak saat orang itu justru lebih dulu muncul di matanya dengan menempati kursi di seberang meja mereka yang kosong.
"Ngapain nih ngumpul-ngumpul berdua-duaan? Sedang ngediskusiin rencana licik ya buat gangguin hidupnya Jevas?" tuduh the one and only, Patricia, yang di tangannya sudah terjinjing beberapa bag hasil belanjaan di mana salah satunya tentu saja berlabel jewerly brand kenamaan.
Tapi, tahu apa yang bikin Pamela paling bete?
Kenyataan bahwa Patricia nggak nge-mall sendirian. Dia jalan sama calon mantu barunya, yang sekarang terlihat sedang menyalami Mama Hana dengan takzim.
Dih! Seumur-umur jadi ibu mertuanya wanita itu bahkan nggak pernah loh sudi kendati cuma jalan ke pintu depan rumah barengan sama Pamela. Lah, ini?
Pamela sempat mikir kalau beliau tuh golongan ibu mertua yang emang nggak senang aja kalau anak lelakinya lebih sayang sama istrinya. Itulah kenapa dia cemburu dan tak menyukai Pamela.
Huh, secepat itu kah tabiatnya berubah? Atau, bukan tabiatnya. Sebab, pada dasarnya dia suka siapa pun—terpenting bibit bebet bobotnya terjamin—asal bukan Pamela yang jadi menantunya.
Benar begitu kan?
***
Gimana nih? Tim balikan ntar ketemu lagi dums sama Patricia Sang Mami Mertua Durjana, tapi kalau Tim Duda Chatra belum tentu juga masalahnya nggak kalah besar. Pamela kudu ottoke? 🤣
Untuk pohon keluarga atau asal-asul tokoh-tokoh di sini utamanya dari pihak Jevas bisa ditemukan di cerita-cerita sebelumnya kayak Wedding Mate, Bukan Pra Nikah, dan Zianne. Tapi, tentu akan dijelaskan di sini pelan-pelan ya.
Buat teman-teman yang mau baca duluan juga udah bisa ya. Sekarang di sebelah baru aja update bab terbaru 'Bitter Reality'. Enjoy!
Terima kasih udah membaca ya ❤️🩹
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro