1. Aku Benci Hidupku
Dunia ini sangat luas, tapi tidak ada siapapun yang dapat membuat perempuan itu percaya sepenuhnya.
Ayah dan Ibunya yang telah lama berpisah.
Seseorang yang ia kagumi yang saat ini sedang terbaring di rumah sakit sambil meratapi kepergian sang kekasih.
Pangeran sekolah yang terkenal tampan dan selalu memperhatikan dirinya.
Bahkan seorang gadis miskin yang terlihat menyedihkan karena menjadi mainan para perundung.
Semua dari mereka, adalah omong kosong bagi perempuan itu.
Perempuan itu bernama Neiva Valerie. Si gadis dingin yang selalu menarik perhatian kemanapun dia pergi. Kecantikan, kekayaan, dan kecerdasan yang ia miliki adalah hal yang selalu membuat siapa pun menjadi iri dan segan secara bersamaan saat melihat dia.
Lidah yang tajam bak belati. Sudut mata yang tegas dan dapat membuat siapapun terdiam membeku saat ditatap olehnya. Serta aura dingin seperti es di kutub utara setiap kali ia berjalan.
Neva, adalah mimpi buruk bagi siapapun yang ingin mencari masalah dengannya.
***
Bel sekolah berbunyi, menandakan pelajaran pada hari itu telah berakhir. Para murid sudah diizinkan pulang ke rumah atau melanjutkan kegiatan di klub ekskul sekolah.
Neva terlihat merapikan bukunya. Ia mengeluarkan setumpuk kertas dari dalam tas dan merapikan tumpukan itu di atas tangannya, kemudian pergi berlalu ke luar kelas.
Sebelum Neva benar-benar meninggalkan kelas, terdengar suara Dista yang memanggilnya. "Va, gue langsung ke Aula ya, mau siapin alat musik dulu, gapapa kan ke dewan guru sendiri?"
Neva sedikit memiringkan kepalanya dan bergumam, "Mm.." sambil mengangguk.
Neva berjalan dengan pelan menyusuri lorong sekolah, tanpa rasa terganggu saat sekumpulan mata menatapnya dengan dengan tatapan yang penuh dengan sejuta makna. Iri, segan, takut, terlalu sulit untuk menjabarkan semua maksud dari tatapan itu. Untungnya tidak butuh waktu lama bagi Neva sampai di tempat yang ia tuju. Neva ingin mengantar surat izin menginap untuk pelatihan ekstrakurikuler marching band kepada guru pembimbing mereka, Ibu Agnes.
Ketika Neva membuka pintu dewan guru, suasana yang terasa sangat aneh langsung menghampiri Neva. Suasana yang sangat kaku dan membuat Neva sesak. Mata Neva otomatis mencari asal suasana yang mengganggu itu. Tatapannya kemudian berhenti dan teralih di sudut ruangan, tepat dimana seorang gadis seusianya sedang tertunduk gemetar di hadapan seorang guru wanita yang saat itu berdiri dengan kedua tangan di pinggang.
Neva lalu berbalik untuk menutup pintu ruangan dan berjalan menuju meja Ibu Agnes yang terletak tidak jauh dari tempat si guru dan gadis itu berdiri. Neva melihat Ibu Agnes sedang duduk dengan posisi sedikit menunduk. Raut wajahnya terlihat tegang dan sedikit kemerahan. Ibu Agnes terlihat sedang memainkan kuku-kukunya dengan sedikit kasar.
Neva kemudian menghampirinya dan memberikan setumpuk kertas yang ia pegang kepada beliau. Ibu Agnes awalnya kaget dengan kehadiran Neva yang dirasa tiba-tiba, tapi ia langsung tersenyum. Senyuman terpaksa, mungkin.
"Oh iya, Terimakasih ya Neiva." Ibu Agnes mulai merapikan kertas-kertas itu di atas meja. "Nanti sebentar saya periksa lagi. Jadi, totalnya ada berapa siswa yang ikut pelatihan kali ini?"
"Seluruh anggota akan ikut pelatihan, tapi ada dua siswa yang tidak diizinkan menginap."
"Baik kalau begitu. Bagaimana persiapan lombanya?"
"Saya pikir seluruh anggota sudah siap untuk lomba minggu depan. Instrumen tiap divisi sudah sesuai, kami hanya perlu memperhalusnya sedikit."
"Kalau untuk persiapan paradenya?"
"Untuk parade sejauh ini sudah siap delapan puluh lima persen. Lima belas persen sisanya saya pikir dapat diasah pada pelatihan dua hari kedepan."
Agnes tersenyum puas mendengar seluruh penjelasan Neva, ia merasa keputusannya yang menyetujui saran para pengurus terdahulu untuk memilih Neva sebagai kandidat ketua ekskul sudah tepat. Dia juga dipilih oleh sebagian besar anggota marching band. Sekali pun Neva hanya siswa tahun pertama, tidak ada salahnya menjabat sebagai ketua karena ketegasan dan ketelitiannya.
Awalnya Agnes masih ragu karena senior di tahun kedua selalu memandang Neva sinis dan iri. Agnes takut jika pemilihan Neva sebagai ketua dianggap nepotisme dan membawa dampak buruk bagi ekskul mereka. Namun, belakangan para anggota tampaknya mulai tertarik dengan kepemimpinan Neva, membuat sang pembimbing merasa lega.
'Dia memiliki aura pemimpin yang kuat dan dapat membuat para anggota dengan sendirinya mengikuti perintahnya.' Ungkap Agnes dalam hati.
"Baik kalau begitu. Hari ini silahkan latihan perdivisi dulu, dua jam dari sekarang saya akan adakan evaluasi untuk lomba, dan kita lanjut rapat sebentar setelah kalian latihan." Pinta Agnes kepada Neva.
"Baik, Bu."
"BERHENTILAH MENGELUH!"
Teriakan yang berasal dari sudut ruangan itu seketika menarik perhatian Neva. Guru itu baru saja meneriaki siswanya.
"Tapi bu, saya tidak bohong, mereka benar-benar merundung saya!" Balas perempuan itu dengan suara yang lirih.
"Perbaiki dulu nilaimu baru mengeluh! Kau saja punya rangking paling rendah dari semua siswa kelas satu, dan sekarang sudah mau menuduh teman-temanmu?"
"SAYA TIDAK BERBOHONG BU-"
PLAK-
Teriakan putus asa itu dipotong oleh suara tamparan keras yang menggema di seisi ruangan. Guru itu baru saja menampar siswanya.
"Kau?! berani-beraninya kau teriak ke gurumu?! Harusnya kau sadar posisimu, kau hanya masuk jalur beasiswa, sudah dibantu bukannya berusaha dapat nilai bagus malah mau nambah masalah. Pergi dari sini!"
Ibu Agnes menarik kain kameja Neva karena tampaknya Neva terlalu serius memperhatikan perdebatan itu. Neva lalu tersadar dan melihat Ibu Agnes.
"Pergilah, teman-teman di klub sudah menunggumu." Mendengar perintag Ibu Agnes, Neva lalu memberi salam dan berlalu pergi meninggalkan dewan guru.
Namun, sebelum benar-benar menutup pintu dewan guru, Neva sempat berbalik dan menatap si gadis yang baru saja menerima kekerasan secara fisik dan mental oleh gurunya sendiri. Mata gadis itu tampak berkaca, rahangnya terlihat tegang, tangannya mengepal dengan kuat, wajahnya memerah. Sangat jelas ia ingin memukul gurunya tapi berusaha keras menahan keinginan itu.
Gadis itu balas menatap Neva. Tatapan mereka bertemu, tapi hanya sekitar beberapa detik sampai Neva berbalik mengabaikan tatapan penuh kesedihan itu. Seperti biasanya, mengabaikan orang lain, adalah keahlian Neva.
"Harusnya pukul saja kalau itu bisa menenangkanmu." Gumam Neiva pelan. Sangat pelan sampai tak ada yang dapat mendengarnya.
***
Lucu, dunia ini sangat lucu. Tidak ada satupun orang yang benar-benar baik di dunia ini.
Wanita tua yang memakai embel-embel guru di gelarnya, ia terlalu bodoh sampai menilai semua hal hanya dari uang dan kedudukan. Ia dengan mudahnya menghakimi seorang gadis yang tidak punya apa-apa dan membela tikus-tikus yang lebih kaya darinya. Penjilat.
Mereka yang berpura-pura tidak tau apa-apa itu juga lucu. Mereka menahan emosi mereka, tenggelam dalam rasa penyesalan dan ketakutan. Tidak mau berurusan dengan masalah yang dapat membuat mereka terseret, tapi merasa sedih akan nasib seorang gadis yang dipermalukan itu.
Bahkan gadis itu, Ia dengan beraninya menyerahkan namanya, tapi ia tidak berani membalas saat dipermalukan. Bodoh sekali, ia terlihat marah tapi tak berani melakukan sesuatu.
Kenapa semua orang harus selalu berpura-pura dengan perasaan mereka? Apa yang sebenarnya mereka incar? Rasa aman? Pembelaan? Kehormatan?
Lalu, jika sudah mendapat itu semua, selanjutnya apa? Bukankah pada akhirnya semua orang akan tetap tersakiti?
Manusia itu benar-benar bodoh. Dan dikelilingi makhluk-makhluk bodoh seperti itu membuatku sangat sesak.
Inilah alasan kenapa aku sangat membenci hidupku.
~Neiva Valerie
•
•
•
(A/n)
Haloha~ udah lama banget nih ngga up apapun di wattpad, jadi agak canggung.
Ini cerita lama ya, yang judulnya Life Hurt You, tapi judulnya aku ganti biar lebih masuk ke dalam ceritanya.
Oh, ya untuk bagian terakhir itu dimaksudkan untuk POV nya Neva.
Kali ini aku pilih pakai nama yang bukan Jepang dan bahasa yang lebih santai untuk bagian percakapan biar bisa ngerasa lebih dekat aja dengan alur kisah disini.
Untuk genre ya biasalah masih seputar mistery, supranatural, thriller.
Bagi yang baca part 1 cerita ini (semoga ada) jangan lupa komen untuk lanjutannya!
Btw, cerita yang ini udah aku bikin sampai 15 part loh! 🤭
Terimakasih yang udah baca sampai sini! Bye bye~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro