Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3.4 Ketemuan Sama Yeji

"Faaayyyyraaaann!!!!!"

Teriakan itu memenuhi telinga. Sebelum menoleh dengan sempurna, tubuh gue hampir limbung kalau misal gue enggak menahan berat badan yang tiba-tiba dihempaskan ke gue. 

"Jahat lo enggak ngomong dari tadi." Yeji memeluk gue dengan sangat erat. Bahkan gue hampir kehabisan napas. "Kalau lo bilang, 'kan, gue bakalan telepon ibu buat masakin lo"

"Hehehe. Gak papa. Ini juga dadakan." Gue peluk balik badan Yeji yang kelihatannya saja ramping tapi beratnya sungguh tidak bisa dikira.

Tanpa sengaja gue melihat ke belakang Yeji dan ada seorang cowok yang berdiri tak jauh dari sepeda motor. Dia tersenyum ramah ke gue. Senyuman untuk sapaan gitu. Gue pun membalas.

"Gue kangen banget." Yeji masih tak melepaskan pelukannya.

"Iya, gue juga." Tubuh kami sudah condong ke kanan dan ke kiri tak menentu.

"Udah, Ji. Kasihan temen kamu," ucap cowok itu sambil meraih tangan Yeji. Mungkin dia tahu kalau gue mulai kewalahan.

Pelukan terlepas dan gue bisa melihat mata cewek di depan gue menghilang. Senyumannya lebar. Tangannya menggenggam tangan gue. "Gimana kabar yang lain? Gue jane pengin main gitu sekali-kali sama kalian, tapi orang ini sibuk terus." Dia menunjuk cowok yang tadi.

Gue melihat wajah cowok itu. Persis seperti Yeji. Mungkin ini kembaran temen gue.

"Hyunjin. Kakak kembarnya Yeji." Cowok itu mengulurkan tangannya seraya tersenyum. Matanya tenggelam.

"Fayran. Temennya Yeji." Gue menjabat tangan dia balik. Beberapa detik gue menatap dan mengamati wajah cowok itu lagi. Beneran persis. Matanya apalagi.

"Ke sini sama siapa?" Yeji menggendeng tangan gue. Kepalanya menyender ke pundak. Manja banget memang cewek satu ini. "Haelmi?"

Gue menggeleng. "Bukan."

Yeji mengangkat kepalanya dan langsung menatap gue. "Jangan bilang lo ke sini sama Mas Taeyong ganteng? Duh, mana gue gak pakai make up yang bener."

Gue tertawa. "Mana ada gue ke sini sama Mas Taeyong. Gue ke sini aja mau beli buat Mas Taeyong."

"Terus sama siapa?"

"Kakaknya Jeno."

"Heh?!!!!"

Gue menjauhkan telinga gue dari suara cewek ini. Pengang rasanya. Belum lagi pundak gue yang ditepuk keras. Gue bahkan bisa melihat kembaran Yeji beberapa kali mau mengulurkan tangan. Mungkin dia mau menghentikan kebarbarannya si Yeji, tapi kurang cepet.

"Sejak kapan lo kenal kakaknya Jeno?" tanya Yeji yang menurut gue malah seperti orang yang menginterogasi karena setelahnya dia malah bilang, "Jangan bilang lo malah pacaran ama kakaknya Jeno. Ck, mana gak bilang-bilang." Pundak gue dipukul.

"Heh, enggak. Sama sekali enggak." Gue melirik ke Hyunjin sejenak. Sepertinya pembahasan kayak gini gak seharusnya diucapin pas ada orang lain, deh. Kan, gue jadi malu. "Kebetulan aja tadi."

Yeji tersenyum centil dan bergelayut ke lengan gue. "Heyyyy, mana ada kebetulan, kok, malah jalan-jalan sejauh ini. Gak kebetulan ini, mah." Dia menaikturunkan alisnya dengan genit.

"Beneran enggak, Yeji. Tadi kebetulan aja gue cari Haelmi tapi enggak ketemu. Terus ada kakaknya Jeno. Ya, udah gue ditemenin ke sini." Gue berusaha menjelaskan.

Yeji malah memajukan bibir bawahnya dan mengibas-ngibaskan tangannya. "Gue gak percaya. Gak bakalan percaya. Pasti lo dan kakaknya Jeno itu udah merencanakan ke sini."

Dengan berat dan kasar, gue menghela napas dalam dan mengembuskannya pelan. "Terserah kalau gak percaya. Tapi, sebenernya gue mau ngajak Haelmi ke sini. Bukan kakaknya Jeno."

Cewek bermata sipit kembaran Hyunjin itu tersenyum lebar. "Hehehe. Iya. Iya. Percaya. Gitu aja ngambek."

"Fay." Suara sapaan itu membuat gue dan si kembar menoleh. Kak Mark sudah membawa motornya kemari. Dia mematikan mesin dan menyangga motornya. Kemudian, dia berjalan menuju kami. "Hai, ini yang namanya Yeji, ya?"

Gue dan Yeji serempak membeku dan melebarkan kedua mata masing-masing. Kak Mark menyodorkan tangannya. "Aku Mark, kakaknya Jeno, temen kalian. Salam kenal."

Dengan gerakan terbata, Yeji menyambut uluran tangan itu. "Iya. Kenalin aku Yeji."

Jabatan tangan mereka terlepas.

Kak Mark berlaih ke Hyunjin dan memperkenalkan diri. Gue melihat tangan mereka saling menggenggam erat. Apa biasanya cowok kalau salaman kayak gitu, ya?

"Hyunjin."

"Mark."

Jabatan tangan mereka terputus.

"Udah mau pulang, nih, kalian berdua?" tanya Yeji yanh masih setia menggelandoti tangan gue. Lama-lama terasa kebas juga.

"Gak tahu. Kak Mark, pulang kapan?" Gue bertanya kek Kak Mark dan menoleh ke dia yang memang berdiri di sebelah gue.

"Kalau kalian udah selesai kangen-kangenannya."

Yeji memekik senang dan malah memeluk gue dengan erat.

"Yeji, ampek."

Tapi, dia enggak peduli. Dia malah meluk gue lebih erat.

"Foto dulu, deh, kita bertiga." Yeji mengeluarkan hpnya dari tas kecil yang dia bawa.

"Bertiga? Empat, kali, Ji." Hyunjin mencoba membenarkan kembarannya. Gue juga heran. Ni anak matanya sliwer atau gimana.

"Enggak, tiga aja. Kan, lo yang potoin," tunjuknya kepada kembarannya sendiri.

Kak Mark sedikit tersenggal. "Kalian bertiga aja yang dipoto. Aku yang ambil potonya."

"Ih, jangan. Kak Mark ganteng aja yang poto sama kita berdua. Biarin ini belalang sembah yang potoin." Yeji menyodorkan hpnya ke Hyunjin.

Cowok itu memasang wajah julid plus nyinyir. Ya, siapa juga yang mau jadi tukang poto dadakan kayak gini.

"Poto berempat aja kenapa, sih?" tanya gue. "Kan, bisa, tuh, selpong."

"Hmm?" Gue gak tahu kenapa, tapi Kak Mark menoleh ke gue.

"Apa?" tanya gue polos.

"Kamu tahu bahasa selpong ternyata." Dia malah tersenyum sambil kelihatan giginya. Lebar banget itu senyum. "Gak nyangka."

Lah? Tolong, ini kamsudnya apa, ya? Ya, siapa juga gitu yang enggak tahu plesetan kata itu. Kayaknya bukan cuma gue yang pakai bahasa nyeleneh di dunia ini. Biasanya di grup chat gue sama temen-temen kayak gitu bilangnya.

"Emang nyangkanya gimana?" Yeji yang mengambil alih pertanyaan di batin gue.

"Enggak. Enggak papa. Cuma lucu aja gitu Fay yang terkenal kalem ternyata pakai kata selpong." Kak Mark dan sedikit senggalan tawanya.

Gue dan Yeji saling lirik sambil menahan senyum. Oke, sebaiknya gue menggigit bibir bawah aja biar enggak kelepasan tertawa. Gue juga enggak mau mancing Yeji ketawa. Enggak untuk saat ini, karena posisi gue lagi deket sama Yeji. Gue harus menyelamatkan gendang telinga.

"Ah, gitu." Hampir serempak kami mengangguk sambil tetap menahan tawa hingga tercipta senyuman lebar yang agak tanggung.

Hyunjin cuma diam. Dia akhirnya mengambil hp Yeji dan mengarahkan kamera selfie ke arah kami. Kami pun agak berdekatan agar semua masuk ke dalam frame. Urutannya, Kak Mark, gue, Yeji, lalu Hyunjin. Kembaran Yeji itu mengambil beberapa foto dengan beberapa pose yang kami buat. Enggak banyak, sih. Palingan sepuluh, enggak sampai dua puluh, kok.

Saat Hyunjin menurunkan hp itu, Yeji langsung berbalik dan memeluk gue. "Sebenernya gue masih kangen sama lo. Tapi, gak mungkin kalau lo pulang nanti-nanti. Gue juga bakalan dimarahi sama orang tua gue kalau mulangin anak orang kemaleman." Kedua sudut bibir gadis itu tertarik ke bawah. Dia menepuk-nepuk punggung gue.

"Gue pulang sekarang, nih? Gak nyesel?" tanya gue lumayan agak pede.

"Nyesel." Yeji semakin membuat wajah sedihnya menjadi nyata.

"Kapan-kapan, gih, ke rumah gue sama saudara lo. Gue bisa bilang ke Ummi buat masakin sayur kesukaan lo."

"Yeji mau makan sayur?" Hyunjin kayak kaget gitu mukanya.

Gue mengangguk. "Iya. Makan sayur kangkung sama kerang."

Seketika telinga Yeji dijewer. "Aku bakalan bilangin ke ortu kalau kamu makan sayur juga."

Gue mengedip sejenak. "Emang kenapa, Jin? Enggak boleh, ya?"

"Bukannya enggak boleh. Ni anak enggak mau makan sayur kalau di rumah. Alasannya alergi."

Sontak, gue tertawa dengan begitu kerasnya. Hingga gue sadar dengan apa yang gue lakuin saat gue tanpa sengaja melihat ke arah Kak Mark. Astaga, martabak gue barusan jatuh. Tapi, belum lima menit, 'kan, ya. Kayaknya gak papa dijumput.

"Dia alergi sayur?" Gue mencoba untuk masih bersikap normal dengan meneruskan percakapan. Aslinya gue udah malu banget sama Kak Mark. "Mana mungkin. Dia rumah aja dia makan banyak banget." Gue memeluk pundak Yeji. Otomatis, jeweran Hyunjin terlepas.

"Tahu, nih." Yeji mengelus telinganya yang terlihat memerah. Pasti sakit. "Gue gak mau sayur di rumah, 'kan, gara-gara masakannya Bi Nia enggak enak. Adanya gue mual."

"Untung kamu mual beneran. Kalau enggak udah kelihatan aktingnya." Hyunjin malah tertawa dengan matanya yang hampir menghilang. Cara tawanya sama kayak Yeji. Oke, mereka emang kembar.

"Sayur buatan Umminya Fayran enak, tahu. Beneran beda sama punya Bi Nia." Yeji masih saja menggerutu.

"Ya, terus selama ini lo makan apaan?" tanya gue gak habis pikir.

"Lauk doang. Meding deh kalau dibikin ote-ote aja itu sayurannya. Masih enak. Kalau yang macem oseng sama yang berkuah kayak gitu, mah, sumpah ogah gue."

"Sebenernya aku juga, sih." Tiba-tiba saja Hyunjin confess. Dia langsung medapatkan pukulan di bahu oleh tangan Yeji tanpa ampun.

"Gitu nyalahin gue! Awas lo!"

Gue menarik tangan Yeji dan meredakan pukulannya. Ih, sumpah, dipukul Yeji itu sakit banget. Kasihan gue sama Hyunjin. Kayaknya cowok itu lebih suka kalau pisah sama Yeji.

"Ya, udah. Dibilang ayo main ke rumah gue biar dimasakin Ummi." Gue mencoba menengahi mereka berdua.

"Gue ikutan boleh enggak?"

Serempak kami menoleh ke arah Kak Mark. Itu cowok kenapa, dah?

"Kak Mark belum pernah nyoba masakannya umminya Fay?" tanya Yeji dengan tampang heran.

Kak Mark menggeleng. "Belum."

"Lah?" Yeji terlihat kaget. Gue juga gak tahu anak ini kaget karena apa. "Gimana, sih, lo, Fay. Masa lo gak pernah ngajak Kak Mark makan di rumah."

Ya, masalahnya gue juga enggak sedeket itu sama Kak Mark sampai punya alasan buat ngajak dia makan di rumah. Jalan kayak gini aja kebetulan. Tapi, gue cuma bisa batin aja. Gak tahu, kenapa gue malah merasa bersalah. Ih, kenapa, dah?

"Belum, sih," jawab gue asal. Ih, apaan. Seharusnya gue bilang kalau gue emang enggak begitu kenal Kak Mark, astaga.

"Belum berarti bisa akan, 'kan?" Yeji menaikturunkan alisnya.

Gue mengerutkan dahi. Yeji, sumpah, nih anak kenapa, Ya Tuhan.

"Udah sore, nih. Pulang, yuk, Ji. Mereka juga biar enggak kemaleman."

Makasih banyak, Hyunjin. Lo penyelamat gue. Gue juga bingung harus gimana.

"Iya, udah sore. Kata Mas Yuta juga enggak boleh pulang malam-malam." Kak Mark menambahi.

Baiklah, saatnya lepas dari godaan Yeji. Tapi, pas gue lihat wajah bocah itu, gue gak tega. Dia merengut dengan bibir yang ditarik ke bawah.

"Gue masih kangen lo." Dia mengamit tangan gue dan diayunkan ke depan dan belakang.

"Kalau ada kesempatan lagi. Tinggal chat aja di grup buat atur hang out." Gue lumayan pinter ternyata.

"Salam buat Somi sama Haelmi." Dia memeluk gue dengan erat. Kali ini enggak ampek. Cuma sebentar juga. "Salam buat Jeno, ya, Kak," ucapnya sebelim ditarik paksa oleh Hyunjin yang kelihatan udah bete banget.

"Bisa VC juga astaga. Lebay amat punya saudara kembar." Hyunjin tetap menarik tangan Yeji meskipun cewek itu memberat-beratkan badannya.

"Dadah Kak Mark! Dadah Fay! Muach muach banyak!!!"

Lalu, saat Hyunjin mulai menyalakan kendaraannya, Yeji kembali berlari ke arah gue dan memeluk badan gue. Dia tidak peduli dengan kembarannya yang hampir misuh-misuh di sana. "Iya. Ini yang terakhir. Dadah beneran." Dia cium pipi gue.

Gue pun hanya bisa mematung mendapat serangan tiba-tiba. Gak ada niatan untuk membalas lambaian tangan Yeji yang amat tinggi terangkat di angkasa itu.

Suara tawa Kak Mark terdengar. "Temen kamu unik-unik, ya. Pantesan Jeno betah."

"Hmm?" Oke, gue emang masih rada konslet karena Yeji.

"Gak papa. Ayo pulang, Fay."

Yaaaahhh .... Sore gue akhirnya seperti itu. Diantar pulang Kak Mark dan jadi bahan bully-an serumah karena boncengan sama cowok selain Haelmi. Nasib.

*******
Hai, aku balik lagi. Work ini sumpah udah lumutan dan banyak sarang laba-labanya.

Oke, guys. Makasih banyak buat kalian yang masih nunggu work ini sampai selesai. Maaf banget karena aku harus bagi waktu juga buat nulis di dreame seperti yang udah gue bilang sebelumnya.

Kalau penasaran cast yang ada di dreame siapa aja, ini aku cantumin dikit.

Oke. Jadi gitu aja. Aku bakalan up date terus dan usahakan untuk menyelesaikan work yang lainnya juga sambil mengais rejeki di dreame. Hahahah.

Happy reading buat kalian semua. Oh, ya, yang menjalankan ibadah puasa ... udah bolong belum?

Sekian.

Lily

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro