08. sabar
"Pengen bakso gak, sih?"
"Enggak, sih."
"Yaelah gak peka amat."
"Loh.... :("
Heran Sori, tuh. Dari tadi dia salah terus. Dibilang 'gak peka' terus-terusan sama [Name] dari kemarin. Emang letak gak peka dia tuh di mana, sih? Perasaan Sori selalu peka. Ya, perasaan.
"Kamu tuh kalo mau sesuatu tinggal bilang aja, [Name]. Jangan ngode begini, aku gak ngerti kode-kodean."
"Cemen."
Aduh, nyut hati helokiti Sori. Tapi gapapa, lama-kelamaan Sori mulai terbiasa dengan perubahan sifat [Name] setiap harinya. Mood [Name] sangat tak menentu akhir-akhir ini.
"Kamu mau bakso?"
"Gak. Lama. Udah gak mau lagi."
Aduh, Sori sih pilih [Name] PMS aja daripada kayak gini. Masa selama sembilan bulan dia harus bisa bertahan dengan mood [Name] yang hobi ngebadutin dia?
"Terus mau apa, Istri?"
"Gak ada. Males."
Sabar. Waktu pertama kali mood [Name] tak jelas, Sori menangis, sih. Karena ia tak tahu kenapa [Name] tiba-tiba begini, salah apa dia? Tapi pas curhat ke yang sudah pro, dan makin hari makin terbiasa, ya Sori cuma bisa sabar.
Duh, kangen manja-manja.
"Mau peluk? Suamimu ini; Sori, lagi open free hug sepuasnya buat [Name], loh!"
"Ooh, jadi kemarin-kemarin gak free sepuasnya kayak begini?"
Yah, salah ngomong lagi Sori.
"Uhhh ... intinya mau peluk gak?"
Sori capek ngadepin [Name] yang begini.
"... Mau, lah. Masa enggak?"
"Ya sudah siniiiii!"
"Loh kok aku yang duluan meluk? Kan harusnya yang nawarin yang duluan. Kamu gimana, sih?"
SABAR SORI SABAAAR. Gapapa, Sori itu sabar, sudah jadi murid Glacier dalam pelajaran 'sabar' dia tuh.
"Iya, Cantik-nya Sori. Iyaaa."
Sori bangun dari posisinya untuk menghampiri sang istri yang masih dengan mood tak jelas ini. Ia peluk dari samping dan sedikit menepuk-nepuk punggungnya.
"Hehehe, jangan marah-marah lagi."
"Siapa yang marah? Enggak tuh."
Oke, ini lebih seram dibanding [Name] PMS. Kayaknya Sori gerak dikit aja sudah salah di mata [Name].
"Kamu kalo mau bakso, kemarin ada yang baru buka tau. Mau ke sana gak? Itung-itung nyobain―"
"―dibilang udah gak mau! Kamu telat."
Sori lelah lahir batin. Sori ini peka, cuman dia pekanya selalu telat. Pekanya selalu pas [Name] sudah bete.
"Terus mau apa, dong?"
Karena Sori sudah berguru dengan Glacier akhir-akhir ini, seharusnya sih skill sabarnya sudah ter-upgrade.
"Gatau."
Haish, gak ada manis-manisnya. /heh
"Ayam geprek?"
"Gaak."
"Ikan?"
"Gak. Amisnya bikin mual."
"Nasi telur aja?"
"Aku enek sama telur akhir-akhir ini."
"Sushi aja?"
"Gak kenyangin."
"Lah, kan kayak bakso aja ... bakso juga gak begitu kenyangin."
"Kamu enggak usah jawab!"
Oke, Sori diam. Nyariin [Name] makan siang itu ribet banget, ya. Sori gak nyangka bakal seribet ini. Dia pikir nanti [Name] akan mudah untuk dicarikan atau dipilihkan makanan.
"Kenapa diem?"
"... Tadi disuruh diem."
"Apasih? Enggak, tuh."
Sabar. Satu kata yang masih harus Sori dalamin sampai akar-akarnya.
――BESTIE。
Ada satu yang [Name] tak suka semasa awal kehamilannya. Muntah-muntah pada malam hari. Bayangkan saja, jam dua malam yang biasanya ia sudah tidur nyenyak, malah harus berdiri di hadapan toilet untuk mengeluarkan isi perutnya. Padahal hari ini dia gak makan banyak, loh.
[Name] bete kalau sudah seperti ini. Untung ada Sori, suami setia yang nemenin [Name] selama muntah-muntah. Punggungnya diusap-usap sama Sori, disemangatin, nanti selesai muntah diambilin air hangat.
"Gapapa ... pelan-pelan aja. Gak kutinggal tidur, kok. Jangan buru-buru."
"Bukan gitu! Aish ... aku cuma males aja."
Iya, sih. Aku juga males kalau malam-malam harus begitu. Oke, deh, kalau siang. Tapi kalau malam waduch. Enggak dulu kack.
"Mau pake minyak biar enakan?"
"Enggak. Bau minyaknya bikin mual lagi."
Sori iya-iya aja. [Name] masih tak selesai juga dengan sesi muntah-muntahnya, Sori pikir, dengan diberikan minyak atau air hangat, keadaan [Name] akan membaik. Tapi [Name] nya gak mau pake minyak karena takut mual. Ya, minum air hangat saja kadang ia kembali mual.
"Udah selesai?"
"Gatau ... mual banget. Tapi gak ada yang keluar, Sor."
"Karena udah keluar tadi sore. Itu isinya air doang, kali. Udahin aja. Nanti kalo mual lagi, baru deh kita bangun lagi. Daripada kamu gak tidur, [Name]."
Uh, Sori gemes deh, perhatian. [Name] jadi makin sayang eaaa.
[Name] ikuti saran dari Sori tadi. Ia menyudahi sesi tiap malamnya itu. Mencuci muka dan tangan terlebih dahulu sebelum keluar dari kamar mandi.
Setelah keluar, [Name] langsung kembali merebahkan dirinya di atas ranjang, Sori sendiri sedang ke bawah untuk mengambilkan [Name] air.
"Ini, Yang."
Aw, tumben manggilnya sayang.
"Makasih...."
"Sama-sama hehehe. Aku baru kepikiran, deh."
"Kepikiran apa?" selesai minum lima teguk, gelasnya kembali [Name] berikan pada Sori. Agar Sori meletakkannya di atas meja samping ranjang mereka.
"Perkiraan bayinya lahir sesudah anniv kita yang pertama, ya?"
"Hah? Kok sesudah, sih?"
"Eh, iyakan...?"
".... Emang kamu pikir tanggal berapa?"
"Tanggal 18 nanti, kan?"
"Betul, sih. Emang anniversary wedding kita tanggal berapa?"
"... Tanggal 15, kan?"
"... Tanggal 25, Sori."
"Loh? LOH EH?? BUKAN 15 YA?"
"NGAWUR!"
Bang Frosty
Ih, masih online. |
02.05
| hah belum tidur, lu?
02.05
Udah, sih. Tapi nemenin [Name] |
02.05
Biasa, sesi malem Bang :D |
02.05
| Ohh. Terus kenapa?
02.06
Apanya yang kenapa? |
02.06
| biasanya ngechat kalo ada mau 🤨🤨
02.06
Hehehe, iya... |
02.06
Sori boleh tidur di situ? |
02.06
Tolong jangan kunci pintu rumah |
02.06
| Hah tumben
02.07
| Kenapa lo?
02.07
Diusir [Name] |
02.07
Gara-gara salah tanggal anniv :( |
02.07
| WKWKWKWKW ANJIRRR
02.07
______
Haloo aku kembali, harusnya ini up tadi malem, siee. Tapi gapapa, lah.
Betul, ini sesi nem selama ngidam, muntah muntah, mood gajelas. Sori kewalahan, tapi gapapa. Sori itu sabar.
Beneran guys, sori jam dua malem pulang ke rumah buat bobo di sana. Habisnya diusir, sih.
See u nanti!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro