Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01. rumah tangga


Pagi hari pertama, pasangan suami istri baru ini nampak tengah berpikir keras. Setelah membuka semua kado dari tamu dan bersiap untuk pergi ke rumah baru, tiba-tiba Sori bertanya, "... kita ngapain habis jadi suami istri?"

Ini the rill kebelet nikah.

Merasa tak kunjung mendapat pencerahan selama berpikir keras, Sori berinisiatif mengambil ponselnya―menghubungi si sepupu yang sudah menikah juga. Saudara Sori belum ada yang menikah, semuanya masih sibuk dengan karir mereka.

"Biasanya suami tuh kasih uang bulanan gak, sih?" [Name] membuka suara, setelah tadi dia berpikir keras―yang aslinya gak mau mikir.

"Nominalnya?"

"Sepuluh, gak sih?"

"Sepuluh apa?"

"Sepuluh juta."

Walah, rada-rada ya nih cewek.

Sori, yang memang belum berpengalaman, mengerutkan keningnya bingung, "masa sepuluh juta, sih?"

"Emang kenapa? Kamu keberatan?"

"Enggak. Masa segitu cukup buat sebulan?"

Allahuakbar Sori. Kamu mau ngasih berapa? Mentang-mentang paling kaya nomor tiga di keluarga besar. Loh, nomor satu dan dua siapa? Halilintar nomor satu, Ice nomor dua.

Jangan salah, walau kerjaannya cuma rebahan, tapi Ice ini holang kaya. Makanya kata orang-orang tuh, don't judge a book by its cover.

"Ngasihnya tiap tanggal berapa?"

"Gak tau ... coba tanya Kak Taufan."

Taufan sih, tiap minggu selalu ngasih, bukan tiap bulan lagi. Sama istrinya diterima aja, ditabung. Daripada ditolak ya, kan? Rezeki mah diterima.

"Terus habis itu apalagi? Kita perlu cari Bibi pembantu buat kamu, gak?"

"Aku kayaknya bakal jarang masak sih, Sor. Tapi urusan beres rumah aku rajin, tau!"

"Jadi gak usah?"

"Kok gak usah, sih? Ya jadi lah!"

[Name] sudah lihat rumah mereka. Ketika melihat dari luar saja, dalam hati [Name] merasa tak sanggup membereskan rumah sebesar itu sendirian. Setidaknya dia butuh satu orang untuk membantunya dalam pekerjaan rumah.

Oke, uang bulanan dan pembantu sudah dimasukin ke dalam list sama Sori. Uangnya juga sudah dia hitung. Walau uangnya banyak, Sori tetap menghitung semua jumlahnya, loh. Bau-bau keuangan bakal dipegang Sori.

"Karena kita belum punya anak, berarti itu aja udah cukup, kan? Dua itu dulu. Masih awal juga. Kata istrinya Kak Duri, pelan-pelan aja."

Oh, iya. [Name] sebut anak, Sori langsung ingat jika semalam mereka tak ada pikiran untuk chuchuchuan-kalau kata FrostFire.

"... Kamu mau punya berapa anak?" ditembak langsung ya, Mas. Satsetsatset.

"Satu aja cukup, sih." ini juga, jujur banget, Mbak. Gak ada malu-malu kucing nya.

"Gamau lebih?"

"Kamu yang hamil sembilan bulan kalo mau lebih tapi, ya."

[Name] gakmau punya anak lebih dari satu. Dia sudah pikirin matang-matang, pikirannya sudah ke arah melahirkan. Gimana sakitnya dan lain-lain. Makanya, satu aja. Biar si anak bisa jadi anak tunggal kaya raya juga.

"?? Aneh. Aku kan cowok!"

"Nah, itu. Kamu cowok, gak bisa hamil diem aja. Enggak usah banyak tingkah kaya cacing kepanasan."

"... Kamu selama ini nganggap aku cacing?"

"Iya."

Terkadang, Sori benci dengan sifat jujur kebangetannya [Name]. Kalau sudah jujur tuh, kadang nyakitin hati. Makanya tiap Sori tanyain pendapat, kritik atau saran dari [Name], [Name] pasti selalu bilang gini, "kamu mau aku seberapa jujur?" biar Sori gak sakit hati.

Hati Sori tuh hati moengil helokiti. Alias gampang tersakiti dan disakiti. Kalau kata [Name], 3C (Cih, Cemen, Cengeng).

――BESTIE。

Mereka sudah di rumah baru sekarang. Setelah tadi memikirkan banyak hal untuk kehidupan mereka seterusnya, akhirnya mereka dapat pencerahan dan tak perlu khawatir tentang itu.

Sampai di rumah juga mereka disambut oleh kedua orang tua Sori. Orang tua [Name] tak datang karena harus dinas keluar kota.

"Gimana tadi malem?" si ibu mertua, alias bunda-nya Sori senyam-senyum tak jelas. Seperti mencoba menggoda mereka berdua yang baru saja sampai.

"Maksudnya?" dan dengan polosnya, pertanyaan itu dibalas dengan pertanyaan balik oleh [Name].

"... Enggak, deh." oke, bunda-nya Sori lupa. Lupa kalau menantu sama anaknya yang nomor empat ini sebelas-dua belas polos nyerempet bego nya.

Padahal bunda mau nagih cucu. Tapi ketika tau jika belum dibuat, langsung mundur, deh. Bunda tuh iri banget sama sebelah yang sudah punya tiga cucu. Sedangkan dia satu pun belum karena enam bujang kesayangan dia ini menolak menikah cepat. Hingga kini Sori yang jadi harapan si bunda.

Alasannya gak mau nikah cepet sih berbagai macam gitu. Si anak pertama, alasannya masih mencari si 'dia' di masa lalu.

Si anak kedua, alasannya sudah putus asa. Percintaannya tak ada yang mulus seperti jalan tol.

Si anak ketiga, alasannya masih pdkt, masih mau mengumpulkan uang, padahal uangnya sudah lebih dari cukup buat nafkahin anak gadis orang.

Si anak keempat, alhamdulillah kemarin baru nikah, ya. Jadi harapan satu-satunya nih.

Si anak kelima, gak tau, gak jelas. Bunda capek dengernya. Tiap hari curhat ke bunda tentang si mbak crush, udah dikasih saran macam-macam tapi gak ada perkembangan sampai sekarang. Yang ini udah gak bisa diharapkan.

Si anak keenam, alasannya sama kayak si anak pertama. Masih mencari 'dia'.

Gak tau aja ternyata 'dia' yang dimaksud tuh sama orang.

"[Name] udah sarapan belum?" berhubung [Name] ini mantu pertama dan harapan bunda satu-satunya, jadi sama bunda diramahin dong ya kan.

Enggak, nanti kalau punya mantu lagi, bunda tetap ramah, kok. Bunda bakal sayang semua mantunya karena bunda dari dulu kepengen banget punya anak cewek. Eh tapi takdir ngasih bunda anak cowok sekali brojol langsung enam.

Ya sudah, ora apa.

"Udah, Bun. Tadi sama Sori beli makan di jalan, hehehe."

"Kamu bisa masak, kan?"

Waduh, pertanyaan yang [Name] hindari dari dulu. Sebenarnya tak apa, sih. Hanya saja, [Name] tak begitu jago masak. Dirinya hanya bisa memasak atau membuat junkfood. Selebihnya, tidak.

"Gak terlalu jago, sih...."

"... Ohh."

Aduh, bunda. Responnya gitu aja? [Name] jadi takut, nih, bund.

"Enggapapa kan?"

"Gapapa, kok. Soalnya Bunda juga gak begitu jago masak, hehehe. Biasa yang masak itu Ayah-nya mereka berenam."

Owalah, si bunda. Kirain [Name], [Name] ditolak dan tak jadi mantu kesayangan karena gak jago masak. Ternyata si bunda sama aja.

"Kalo gitu, [Name] boleh gak nyuruh Sori yang masak?"

"Boleh banget! Sori jago masak, loh. Dia yang sering bantu Glacier masak sama Ayah dulu."

Oke, sip. Bau-bau Sori jadi babu rumah.

_________

Aku kembaliii, selamat buka puasa jugaa.

Hem hem, karena ini bulan puasa, kayaknya aku bakal up pas habis buka puasa atau habis tarawih, deh. Jadi pasti update maleem. Enggak apa, kan?

Nanti selesai ramadhan, upnya balik normal lagi, kok.

Sori sama nem ini bener bener kayak yang huavdidn 😔 tapi heran, kenapa pas glacier nikah mereka jadi pro banget, seolah-olah yang udah senior dalam pernikahan. Padahal pas akad aja gak bener.

See u besok!










Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro