Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. Bunga-Bunga Bermekaran

BAGIAN SATU
PRELUDE : 2005-2009

Joko tak pernah menyangka jika dia berhasil membeli sebuah rumah di pusat kota Ngajuk. Hal yang paling menyenagkan adalah dia bisa membeli rumah di awal pernikahan. Sang istri, Lina, menjelajahi setiap rumah itu yang berukuran 7x22 meter sambil membayangkan isi prabot. Tetapi tidak untuk Joko yang memikirkan anak-anak mereka berlarian mengisi gelak tawa dan kebahagiaan.

Rumah sederhana itu berada masuk ke gang-gang yang hanya bisa dilalui satu mobil. Menghadap ke selatan, bagi Lina itu menguntungkan karena matahari tidak akan menyillakan dari ufuk timur. Tertegun sejenak Lina menatap ke luar jendela depan. Dua orang pekerja sedang menggotong dipan kayu jati yang di beli Joko auh sebelum pernikahan. Di sisi yang lain Joko sedang mengarahkan kedua pekerja itu ke sebuah ruangan. Lina menunjuk ruangan itu sebagai kamar utama. Cukup sulit memang bagi jasa pindah rumah. Mereka harus memakirkan truk di pinggir jalan utama, sedangkan mereka harus memboyongnya masuk ke gang dengan jarak tempuh kira-kira 50 meter..

Petugas jasa pindah rumah bekerja giat bagaimanapun prabot yang di bawa dari Jombang lumayan banyak. Dua-tiga pekerja hilir mudik sambil membawa barang besar ataupun kecil. Perlahan ruang depan tampak terlihat jika di sanalah para tamu akan di jamu. Dan kamar utama lengkap dengan meja rias dan lemari pakaian sudah tertata sesuai dengan arahan Joko.

Sementara itu, Lina sedang berjalan-jalan keluar area gang untuk membeli makanan dan minuman. Dia langsung kembali setelah semua yang diinginkan didapatkan. Saat itu para pekerja, dan termasuk Joko sedang duduk santai di depan teras sambil menghisap rokok. Mereka bercengkrama dengan peluh yang masih membasahi pelipis dan baju. Saat Lina menyajikan makanan tetapi mereka tidak langsung bergerak karena sebatang rokok yang tak rela dimatikan.

Lina masuk ke rumah sekadar melihat-lihat bagaimana keadaan rumah kosong sudah terisi sebagian prabot. Dia mencoba memikirkan barang-barang apa sekiranya perlu untuk dibeli. Lina mulai merasakan nyaman di rumah barunya ini, karena lebih luas, lebih banyak kamar, dan berada di tempat yang cukup jauh dari keramaian jalan raya.

Pekerja jasa pindah rumah pun berpamitan untuk pergi setelah cukup lama menyantap sekaligus bercengkrama. Joko mengatar mereka sampai ke pinggir jalan, sedangkan Lina memilih untuk bersih-bersih.

"Mas, sepertinya kita melupakan satu barang," kata Lina saat Joko baru kembali. "Pel lantai yang dipinjam Heri kapan hari sudah dikembalikan belum?"

"Belum, aku rasa masih di rumah Heri." Joko duduk di kursi ruang tamu dengan menyandarkan punggung.

"Kamu tahu caranya memompa air?" Tanya Lina saat dia menyapu bagian bawah kursi. Gerakan Lina membuat Joko mengangkat kaki. "Di belakang masih belum ada air."

"Hari ini sepertinya kita tidak mandi dulu," jawab Joko santai sambil memejamkan mata merasakan tubuhnya yang pegal. "Aku lupa menanyakan itu, dan pasti kamar mandi masih kotor, kalaupun diisi air juga airnya bakal jadi kotor."

"Memangnya kamu gak sholat? Mau wudu pakai air apa?" Lina sudah menyapu sampai ke pintu depan.

Joko membuka mata dan menegakkan badan. Tetapi Lina tidak ada di ruang tamu, melainkan sibuk di teras menyapu ke sana-ke mari. "Kan bisa sholat di masjid dekat sini?"

Joko berdiri di ambang pintu. Lina menoleh menatap Joko. "Mau mandi sekalian di sana? Begitu maksud kamu?"

Joko tersenyum. Dia mendekati istrinya itu dan memeluknya dari belakang. Lina menghentikan kegiatannya dan merasakan tubuh Joko. Lina mencium aroma tubuh pria itu aneh keringat, deodorant, parfum, dan pewangi pakian yang bercampur.

"Kamu bau!" ucap Lina sambil memberontak. "Jangan mesum di lingkungan baru, nanti tetangga pada rebut."

"Yah, kan aku mau romantic-romantisan sama kamu."

"Apaan sih Mas Joko!" Lina meletakkan sapu di dekat jendela dan langsung masuk ke dalam rumah. "Pokoknya kamu harus bersikan kamar mandi sekarang atau mala mini jangan tidur sama aku."

"Terus aku tidur sama siapa?" rengek Joko mengikuti Lina.

"Ya, sama penunggu rumah ini!" teriak Lina tidak menghiraukan suaminya yang merayu agar kegiatan membersihkan kamar mandi dilakukan besok.

###

Sementara tetangga baru meributkan tentang kamar mandi yang kotor dan belum di isi air, keluarga Pak RT sedang berbahagia karena telah lahir cucu pertama mereka. Dan baru tiba sore ini. Para tetangga yang sudah mendengar berita itu berbondong-bondong menuju rumah Pak RT untuk sambang. Mereka adalah ibu-ibu yang mengenakan pakaian terbaik dan parfum, biarpun hanya berkunjung ke tetangga sebelah rumah. Tidak lupa gawan juga sudah dipersiapkan, mulai dari gula, minyak, ataupun peralatan bayi yang mendekati kadaluarsa alih-alih membeli di toko tapi hanyalah sisa dikarenakan sang bayi terlalu cepat tumbuh besar sebelum semua barang hadiah habis terpakai.

Lima ibu-ibu pertama datang. Tas gawan mereka ditata rapi di dekat ambang pintu antara ruang tamu dan ruang tengah. Sementara itu Bu RT mempersilakan mereka untuk duduk. Di sanalah Bu RT mulai menjawab, nama bayinya, jenis kelamin, berat badan ketika lahir, dan bagaimana proses persalinannya.

Nama sang bayi adalah Athira, bobot lahirnya 3,5 Kg, dan normal. Semua orang mengangguk lalu bergantian bercerita bagaimana anak-anak mereka lahir dulu. Ibu pertama bilang bahwa anaknya lahir sesar karena kembar tiga. Sedangkan ibu yang lain berkata jika anaknya terlahir dengan berat 3 kg saja. Selain itu hanya cerita khas ibu-ibu yang membosankan.

Dua dan tiga ibu-ibu bergantian masuk ke kamar untuk melihat sang bayi. Saat itu sang bayi dengan meminum ASI. Semua orang yang melihatnya gadis kecil nan cantik dalam pangkuan sang ibu pasti memandang haru dan kekaguman.

Hingga sang bayi tertidur dan dibaringkan lalu semua orang kembali ke ruang tamu beserta. Zahro, sang ibu, ikut menjamu tamu. Biarpun ibu-ibu itu menceritakan hal lain mengenai sepasang suami istri yang merupakan tetangga baru di Gang III, Zahro tetap mendengarkan dengan saksama. Mulanya mereka membahas tentang berokohan untuk Athira. Wati meminta Rere membuat bubur abang seling puteh. Sempat ada perdebatan antara tim yang menyukai diberi santan di atasnya dan ada yang memilih tidak. Namun tanpa ada kesepakatan  yang mana, percakapan mereka mulai berpindah. Mereka menyebutkan nama Pak Joko dan Bu Lina. Bahkan sampai merencanakan untuk mengajak Bu Lina ikut arisan yang akan dibuka bulan depan.

Percakapan sudah buntu. Tiba-tiba satu pertanyaan muncul ditujukan kepada Zahro. "Ini ayahnya Athira lagi di mana?"

Zahro dan Bu RT saling pandang untuk saling bertelepati menyatukan jawaban yang layak agar terhindar dari gossip tetangga.

Kemudian Zahro menjawab dengan hati-hati. "Kerja di Majalengka." Lalu Bu RT mengusap punggung Zahro sekadar memberi percikan ketabahan untuk anaknya itu.

Kelima ibu-ibu itu menerima jawaban dari Zahro dengan lapang dada. Namun saat meninggalkan rumah Pak RT bisik-bisik pun dimuali.

"Dengar-dengar Zahro sudah cerai dengan suaminya," kata Bu Rere. Matanya yang besar memberikan keyakinan pada ibu-ibu yang lain.

Bu Yadi, Istri seorang pengacara langsung menyangga. "Gak bisa begitu, Nya. Kalau istri sedang hamil itu tidak boleh di ceraikan."

Dua dari tiga ibu-ibu menganguk sependapat. Satu yang berbeda itu mengatakan. "Tapi saya tidak pernah tahu suaminya Zahro itu yang mana. Toh, pernikahannya juga sembunyi-sembunyi. Tahu-tahu Zahro datang saat hamil tua, dua minggunya dia melahirkan. Iya to?"

"Sek ta... sek ta... jadi Zahro itu pisah ranjang sama Prasto?" sahut Bu Yadi. "Begitu, kah?"

Saniyah memukul punggung Bu Yadi. "Sampean itu bagaimana sih Bu Yadi."

"Sek ta... sek ta... Prasto itu siapa?" kata Bu Rere mengangkat tangan.

"Loh, Bu Rere, sampean yang kasih tahu kalau Zahro cerai sama suaminya. Lah, ternyata gak tahu nama suaminya Zahro." Saniyah menggelengkan kepala. "Sebenarnya berita itu dari siapa to Bu Rere."

"Eh, aku lupa belum buat kopi untuk Mas Buntoro," kata Bu Rere sambil berjalan menjauh.

"Ibu-ibu percaya sama Bu Rere?" Tanya Bu Saniyah.

"Gak tahu, sudah malam aku tak pulang dulu." Dan mereka pun berpisah ke arah yang berbeda menuju rumah masing-masing. 

Bersambung.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro