Prolog
Seorang pria berambut gondrong memakai jaket kulit berwarna hitam dan celana jins berwarna hitam robek-robek. Berlari mengejar wanita yang menjadi pacarnya secara paksa. Ia menahan lengan wanita itu dengan kuat setelah berhasil mengejarnya.
"Mbak, aku mohon, dengerin penjelasan aku dulu," pinta Marcello dengan nafas tersengal.
"Enggak ada yang harus kamu jelaskan, Ello."
"Mbak," panggil Marcello lirih. Ia membalikkan badan si wanita dan memenjarakan pinggang rampingnya dengan kedua lengannya. Ia mendekatkan dirinya sehingga wanita itu menempel erat di tubuh liat Marcello. Wanita itu bisa menghirup nafas Marcello yang beraroma tembakau dari bibir seksinya.
"Orang tua kamu sudah melakukan hal yang benar, pertunanganmu dengan wanita pilihannya, memang harus terjadi," gumam wanita yang ada dipelukan Marcello.
"Aku gak mau," desis Marcello.
"Tapi kamu melakukannya."
"Aku terpaksa, Dita, Ibu mengancam aku," lirih Marcello dengan nada putus asa sehingga ia memanggil hanya namanya saja tanpa embel-embel "Mbak".
"Sudah aku bilang, kamu sudah melakukan keputusan yang benar, mulai sekarang anggap aja aku guru adik sepupumu," pinta Aphradita.
Aphradita melepaskan dekapan Marcello dengan paksa sehingga dekapannya terlepas. Ia merangkum wajah tampan Marcello dan menjijitkan kakinya untuk dapat menempelkan bibirnya ke pipi Marcello.
"Jaga dirimu, baik-baik, Ello, aku sayang kamu," bisik Aphradita dan berlari menjauhi Marcello. Tubuh pria jangkung itu membeku mendengar pengakuan Aphradita. Pengakuan yang selama ini selalu ditunggu-tunggu Marcello.
Setelah Aphradita menghilang dari pandangan Marcello. Ia baru tersadar dari terpakuannya. Ia berlari seperti orang gila mencoba mengejar Aphradita. Ia menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Namun, nihil ia tidak menemukan keberadaan sang pujaan hati.
"Arrrggggghhhhhhh!" teriak Marcello putus asa. Ia menjambak rambutnya, mengamuk seperti banteng gila dan menedang apa saja yang bisa Marcello jangkau.
Marcello membalikkan badannya dan berlari kembali untuk segera sampai ke tempat motor besarnya terparkir.
Ia memakai helm dan terburu-buru menyalahkan motornya. Setelah terdengar suara motornya yang meraung keras ia melajukan motornya dengan kencang.
Mbak, sekali loe udah nyerahin hati loe sama gue, gak bakalan gue lepas sampai kapan pun.
Marcello menggenggam stang motornya dengan kencang dan manambah laju motornya.
Kali ini Marcello akan berjuang lebih keras untuk bersama wanita pilihan hatinya. Ia akan menggunakan segala cara untuk dapat bersama Aphradita.
Menurut Marcello umur hanya angka dan setatus yang melabeli wanita itu tidak lah penting. Namun, tidak bagi kedua orang tuanya.
🌷🌷🌷
Jakarta, Re-publis.
~ Cindy Arfandani ~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro