Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

SATU

Suasana kelas yang cukup riuh saat pergantian jam pelajaran tidak membuyarkan konsentrasi seorang siswa yang duduk di dekat pintu masuk. Kedua alisnya bertaut sambil menatap selembar kertas di hadapannya. Bukan kertas ulangan fisika dengan angka enam di pojok kanan atas yang membuatnya seperti ini, tapi selembar formulir yang harus segera diserahkan ke wali kelasnya.

Sejak kemarin siang dia terus memikirkan nama siapa yang harus ditulis di sana. Hanya peserta lomba ini saja yang tidak ada peminantnya. Bukannya remaja sekarang demam Tiktok lalu kenapa rasa percaya diri mereka mendadak terjun saat naik panggung di sekolah minggu depan? Bagaimana bisa jadi selebriti jika panggung sekolah saja tidak bisa ditaklukan?

"Mad. Masih mikirin nilai fisika lo?" ucapan Dinar sang bendahara kelas membuyarkan konsentrasinya. "Ini laporan kas minggu ini. Ada tiga orang yang belom bayar. Lu aja yang tagih."

Ahmad mencocokkan uang yang terkumpul dengan jumlah yang belum tertagih di kelas dan pas. Sesuai dengan info dari Dinar. Ada tiga teman mereka yang belum bayar uang kas lalu tatapannya beralih ke sticky note kuning yang ditempel di sana. Ahmad mengelengkan kepala, heran dengan ketiga temannya yang masih tidak mau mengumpulkan uang kas. Mereka lagi, mereka lagi. Pantas Dinar merasa bosan dan malas menagih karena selalu seperti ini sejak bulan lalu. Nilainya cuma sedikit, tapi sukses memberikan pengalaman sebagai debt kolektor penagih utang.

Pernah sekali Ahmad mendapati Dinar mengikuti mereka bertiga ke kantin. Saat penjual makanan hendak memberikan uang kembalian tangan Dinar langsung menyambar uang kembalian itu dan berkata, "Gue ambil ini buat uang kas kalian minggu ini."

Ahmad dan beberapa orang yang menyaksikan adengan tersebut hanya bisa melongo. Ada cewek senekat itu cuma buat tagih uang kas. Salah wali kelas mereka sediri yang menerapkan aturan tertulis yang ditempel di dinding kelas. Aturan nomer enam yang berbunyi: bendahara dilarang menombok uang kas.

"Oke." Setelah mendengar persetujuan dari Ahmad, Dinar kembali ke tempat duduknya yang ada di sisi lain kelas sambil membawa buku kas di tangan. Dia sengaja memilih tempat itu karena bisa melihat ke luar jendela saat kepalanya penat oleh mata pelajaran. Sedangkan tempat yang diduduki oleh Ahmad hanya bisa melihat lorong sekolah.

Ahmad kembali menatap formulir di atas meja yang sempat terlupa. "Enggak perlu bagus juga sebenernya yang penting berani. Modal nekat."

Eh! Tunggu dulu. Ahmad menoleh ke sisi lain kelas. Dia tahu siapa yang memiliki sifat nekat itu. Kalau bisa nekat sudah pasti berani dong. Jadi tidak masalah, kan? Ahmad yakin dia cuma malas dan lebih memilih baca komik online di ponselnya. Iya begitu. Pasti begitu. Tidak mungkin salah.

Isi kepala Ahmad terus menganalisa sifat teman sekelasnya. Bukan, lebih tepatnya membenarkan analisanya sendiri. "Dia aja," putus Ahmad semangat. Tanpa sadar dia menepuk kedua tangannya dan berdiri karena bersemangat sekaligus senang. Satu masalah yang sejak kemarin menganggunya menemukan solusi. Kontan saja tindakannya menjadi pusat perhatian seluruh kelas.

Ahmad yang salah tingkah saat menyadari tatapan mata teman-temannya tertuju padanya kemudian berkata, "Gue ke WC dulu."

"Tingkah anehnya belom ilang juga," kata Dinar saat dia melihat Ahmad berlari menuju toilet. Mau ke toilet saja heboh banget. Seperti ada malaikat di ambang pintu toilet yang mengatakan 'selamat datang' kemudian mempersilakan para siswa untuk menunaikan tugasnya sampai tuntas. Anggap saja pintu masuk kamar mandi itu seperti pintu masuk ke asrama Greyfindor.

***

"Dinar!" Rahayu berteriak mencegah Dinar keluar dari area parkir sepeda sekolah. Dinar yang merasa dipanggil menoleh ke asal suara. Dilihatnya Dinda tergopoh-gopoh mengejarnya. "Tunggu!"

Akhirnya Dinar menunggu Rahayu mendekat sambil memegang sepedanya. Menurutnya Rahayu tidak akan lama. Timbul rasa penasaran di kepala Dinar. Ada apa Rahayu tiba-tiba menahannya dengan heboh di saat pulang sekolah? Apa dia mau nebeng sepeda? Ah, sepertinya itu tidak mungkin karena arah rumah mereka berlawanan atau ada barangnya yang tertinggal? Jika iya baik sekali temannya ini.

"Din." Rahayu memegang bahu Dinar, tapi dia tidak melanjutkan ucapannya karena berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya. Pasti lelah mengejar karena mengejarnya dari kelas mereka yang berada di lantai dua. Dengan sabar Dinar menunggu Rahayu memasok udara ke dalam paru-parunya.

"Apa apaan sampe lari ngejar gue? Lo kan bisa telepon." Akhirnya Dinar bertanya karena Rahayu tidak segera mengatakan tujuannya.

"Aduh! Udah gak inget sama hape gue. Seneng duluan tahu."

"Ada apaan sih?" ulangnya.

"Tadi gue nganterin lembar kerja ke ruang guru," kalimat Rahayu terpotong karena dia kembali mengatur napasnya yang memburu. "Trus gue nyenggol kertas di meja Pak Karim. Kertas itu pada jatohan dong. Trus gue liat nama lo di form lomba."

Alis Dinar bertaut mendapati kabar ini. Dia ingat dengan jelas. Sejelas-jelasnya, kecuali dia menderita amnesia mendadak karena terjatuh atau raganya dikendalikan oleh orang lain sehingga dia tidak sadar saat mengisi form lomba itu. Jadi pasti mustahil namanya tertera di sana.

"Gue gak nyangka lo ikut lomba karoke. Kemaren aja lo malu-malu di kelas pas Ahmad tanya siapa yang mau ikut karoke. Tahu-tahunya lo japri supaya ditulis."

Dinar berusaha menelaah setiap kata yang keluar dari mulut Rahayu. Seingatnya dia tidak pernah mengajukan diri untuk ikut lomba apapun. Tolong dicatat, APAPUN! Karena dia ingin damai membaca komik di kelas jika bisa. Jika tidak ya dia akan bergabung bersama teman-temannya untuk memberikan semangat dan ikut memeriahkan suasana.

Hanya itu saja partispasiya. Tidak lebih. Jadi mustahil namanya tertera di sana.

"Kalian fokus aja latihan and tambah stamina. Soal yang lain serahin ke gue." Kalimatnya kembali tepotong karena ada pemberitahuan baru di ponselnya. "Gue duluan ya. Ojol gue udah datang."

Rahayu meninggalkan Dinar yang sedang keheranan begitu saja. Entah dia menyadari raut wajah Dinar yang mendadak kusut  atau tidak. Isi kepala Rahayu penuh dengan kata-kata semangat yang akan dia tuangkan di atas karton.

"Pilih lagu yang bagus," pesan Rahayu. Dia kembali menoleh sebelum menghilang di balik pintu gerbang sekolah.

Ikut lomba beregu saja dia tidak mau apalagi ikut lomba individual seperti karoke. Pasti temannya yang sengaja menulis namanya di sana. Tapi siapa? Apa alasannya? Dan kenapa namanya yang dipilih?

Dengan berbagai pertanyaan yang belum terjawab di kepalanya Dinda memasang kembali standar sepedanya kemudian berlari ke arah ruang guru untuk menemui Pak Karim. Dia ingin menyelesaikan masalah ini sekarang juga. Bukan ingin, tapi harus.

***

Iya cerita ini enggak ada prolognya karena waktunya mepet, minggu depan udah tanggal 17. Dan ceritanya enggak panjang juga. Mungkin sekitar 3 - 4 cahapter aja.

Jangan lupa kisar kalian dan vote-nya.

See you di bab dua.

Love
Bae

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro