Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

EMPAT

Rahayu : Ciayo Din

Bayu : Lo gak akan kekurangan penonton. Kita semua udah dapet spot paling depan

Erik : Jangan malu-maluin kayak si Ahmad

Justru karena mereka Dinar menjadi lebih gugup. Gimana caranya sih mereka bisa dapat tempat di barisan paling depan? Seandainya Dinar bisa memilih dia ingin teman-temannya duduk di kelas saja, tidak perlu melihat penampilannya. Hal yang paling Dinar takutkan adalah dia tidak bisa memenuhi harapan teman-temannya.

Ahmad : Santai aja Din. Kita gak maksa lo buat menang

Sebuah pesan kembali masuk di WAG kelasnya. Gugup di hati Dinar sedikit berkurang setelah membaca pesan dari Ahmad lalu dia menekan tombol turn off. Dinar ingin menenangkan debaran di dadanya sebelum naik panggung. Jika ada pesan yang masuk dia pasti penasaran dan langsung membacanya. Entah bagaimana dukungan dari teman-temannya malah terasa seperti beban saat ini.

Suara riuh tepuk tangan di lapangan sekolah menandakan penampilan pertama lomba karoke selesai. Sekarang adalah giliran Dinar, dia mendapat nomer urut kedua.

Kakak kelasnya turun dari podium yang biasa digunakan pembina upacara berdiri saat upacara bendera Senin pagi setelah melambaikan tangan pada seluruh murid dan memgucapkan terima kasih pada Ibu Ita. Dinar merapikan pakaiannya sebentar sebelum berjalan menuju podium. Di samping podium, Ibu Ita-pembina ekskul kesenian sudah menunggunya di depan sebuah keyboard.

Dinar melemaskan tangan kanannya yang semula mencengkram rok putihnya karena gugup lalu dia meraih microphone dari tiangnya. Dia harus menyalurkan kegugupannya, selain itu Dinar memang terbiasa memegang miknya saat menyanyi.

"Temen-temen kelas gue kenapa hari ini diem banget? Gue jadi takut kalo kalian diem begini." Dinar menyapa teman-temannya untuk mengurangi gugup yang menderanya.

"Ya elah, Din. Kita udah cape-cape buat mereka diem malah lo cengin," jawab Erik dengan suara keras.

Dinar tidak membalas ucapan Erik malah melayangkan pandangannya ke penjuru lapangan, lagi pula dia berdiri di podium ini untuk lomba nyanyi bukan lomba berbalas kata antar teman sekelas. Di hadapannya seluruh murid duduk dengan rapih di atas koran bekas yang dibawa masing-masing murid dari rumah. Sejak dulu tradisi di sekolah ini adalah membuat final lomba menyanyi seperti konser live acoustic. Karena itu pula final karoke diadakan terakhir sebagai penutupan.

Kekalutan Ahmad dan langkah terakhirnya menjebak Dinar juga karena hal ini, yaitu tidak ingin menghancurkan tradisi sekolah ini.

Dinar menoleh ke Ibu Ita yang sedang memandangnya kemudian Ibu Ita mengangguk kecil yang dibalas hal serupa olehnya. Itu adalah tanda yang diberikan Ibu Ita untuk bertanya apakah Dinar sudah siap atau belum. Dan Dinar menjawab iya.

Musik mulai mengalun saat Ibu Ita memainkan jemarinya di atas tuts keyboard. Dinar menutup mata, meresapi setiap dentingan tuts yang didengarnya. Dia tidak ingin masuk di nada yang salah.

Indonesia
Merah darahku, putih tulangku
Bersatu dalam semangatmu
Indonesia
Debar jantungku, getar nadiku
Berbaur dalam angan-anganmu
Kebyar-kebyar pelangi jingga

Indonesia
Nada laguku, simfoni perteguh
Selaras dengan simfonimu
Kebyar-kebyar pelanggi jingga

Biarpun bumi berguncang
Kau tetap Indonesiaku
Andaikan matahari terbit dari barat
Kau pun Indonesiaku
Tak sebilah pedang yang tajam
Dapat palingkan daku darimu

Kusingsingkan lengan
Rawe-rawe rantas
Malang-malang tuntas
Denganmu

Indonesia
Merah darahku, putih tulangku
Bersatu dalam semangatku
Indonesia
Debar jantungku, getar nadiku
Berbaur dalam angan-anganku
Kebyar-kebyar pelangi jingga

Indonesia
Merah darahku, putih tulangku
Bersatu dalam semangatku
Indonesia
Debar jantungku, getar nadiku…

(Kebyar Kebyar by Gombloh)

Dinar tidak dapat menahan senyum lega di wajahnya saat berhasil menyanyikan lagu hingga selesai. Sepanjang yang dia ingat dia tidak melakukan kesalahan dan tepuk tangan dari penonton adalah buktinya. Harapan Dinar tidak banyak, dia hanya ingin sukses menyanyikan lagu Kebyar Kebyar yang diciptakan oleh Gombloh sesuai dengan nada dasar suaranya. Dia tidak ingin lebay dan menarik banyak perhatian dengan mengubah lagu tersebut ke nada yang lebih rendah atau lebih tinggi.

Setelah pusing selama tiga hari karena bingung menentukan lagu, Dinar memutuskan untuk menyanyikan lagu ini. Dirinya merasa lagu ini lah yang paling cocok untuknya ketika dinyanyikan dalam format akustik. Berbeda dengan saat penyisihan di mana seluruh peserta menyanyikan lagu yang sama yaitu Indonesia Pusaka, saat final sekolah membeskan peserta memilih lagunya sendiri selama lagu itu memiliki unsur patriotisme.

Dinar memilih bergabung dengan teman-temannya setelah turun dari Podium untuk meyaksikan peserta ketiga beraksi. Saat di atas podium Dinar melihat Ahmad duduk di sebelah Bayu lalu ... sekarang dia ada di mana?

***

"Eh! Lo belom balik, Din." Ahmad kaget karena Dinar tiba-tiba muncul di balik pintu tepat saat dirinya akan keluar kelas.

"Belom," jawab Dinar sambil berlalu.

Perut Dinar mendadak sakit ketika murid-murid mebubarkan diri setelah pemberian hadiah pada tiap pemenang. Mungkin ini adalah akumulasi dari kegugupannya sepanjang pagi ini. Untung saja perutnya tidak sakit saat di atas podium. Tidak terbayang bagaimana jadinya jika hal itu terjadi, mungkin dia akan dikenang sebagai nona sakit perut di sisa tahun sekolahnya.

"Kaki lo kenapa?" tanya Dinar saat melihat Ahmad menuruni tangga dengan lambat, sesekali dia berenti dan meringis.

"Kaki gue keseleo."

"Tadi kayaknya lo biasa aja deh."

"Ya tadi, sekarang enggak." Karena kakinya yang nyeri juga penyebab Ahmad meninggalkan lapangan di bait terakhir lagu Kebyar Kebyar, dia pergi ke UKS untuk minta salep pereda nyeri. Sakitnya sempat reda sampai dia bisa naik tangga ke kelasnya untuk mengambil tas, tapi sakit itu kembali saat efek salep itu hilang.

Ahmad sengaja menunggu sampai sekolah sepi supaya dia tidak perlu berdesakkan di koridor dan tangga. Ternyata malah hampir menabrak Dinar di pintu.

Iba timbul di hati Dinar. Dia teringat jatuh bangun Ahmad di final balap karung untuk mencapai finish. Ahmad sempat memimpin, tapi sayang dia jatuh sehingga tiba di garis finish paling akhir. Tidak ada yang tahu jika kaki Ahmad sampai keseleo begini.

"Tunggu di sini. Gue anter lo balik." Dinar berlari mengambil sepeda.

"Din, kenapa sih lo enggak daftar lomba nyanyi. Kalo lo daftar kan gue gak perlu ngejebak lo." and duit jajan gue gak abis padahal baru tanggal tujuh belas, tambah Ahmad dalam hati saat dibonceng Dinar.

Uang jajan Ahmad bulan Agustus habis karena membelikan komik yang diminta Dinar. Padahal kan sudah banyak aplikasi baca komik online, Dinar sendiri sering membaca di sana lalu untuk apalagi membeli buku komik? Tapi Ahmad tidak mengatakannya daripada nanti Dinar kesal lagi, bisa-bisa dia diturunkan di tengah jalan.

"Dulu gue menang pake trik, jadi gue enggak pernah mikir kalo suara gue bagus." Dinar membuka rahasianya.

"Trik apaan?" tanya Ahmad penasaran.

"Gue nyanyiin lagu oma. Jurinya kan bukan remaja RT, tapi tante-tante sepantaran ortu gue di komplek, pasti mereka suka sama lagu itu. Jadinya gue menang."

Ketika kecil Dinar rajin sekali ikut lomba tujuh belasan di rumahnya. Lomba balap karung, kelereng di sendok, menyumpit kacang tanah, semua jenis lomba tujuh belasan sudah pernah dia coba, tapi tidak pernah menang. Sampai akhirnya Dinar merasa bosan dan tidak mau berpartisipasi lagi. Sekalinya menang pakai trik jadi Dinar merasa dirinya tidak memiliki kemampuan.

"Terus kenapa lo jebak gue?"

"Ya karena lo nekat. Udah gitu gue sering liat lo and keluarga lo pergi ke karoke keluarga di mall."

Sial, batin Dinar ketika mendengar jawaban Ahmad. Sekolah di SD yang sama, bertetangga meskipun beda RT. Karena penerimaan siswa baru sistem zonasi dia bertemu lagi dengan Ahmad di SMA bahkan satu kelas di kelas sebelas. Ke karoke keluarga pun kepergok Ahmad, karena bertetangga pasti tujuan malnya tidak beda jauh kan. Masa sih Ahmad harus ada terus di hidup Dinar?

Gue harus waspada. Ahmad bisa aja ngejebak gue lagi.

***

Ha ha ha lagi.
Gpp ya ketawa sombong lagi.

Ya gimana ya namanya juga seneng karena masih bisa update dua hari sekali. Pas tanggal tujuh belasan lagi.

Happy independence day buat Indonesia. Semoga corona cepatan ilang jadi tahun depan bisa ngerayain tujuh belasan lagi. Amin.

Lanjut atau enggak nih? Kan tujuh belasannya udah selesai.

Love, baebeees.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro