CHAPTER 10
❤❤❤
.
.
.
Benang Takdir
Chapter 10
Story by: LIANA2789
Genre: Fanfiction
Pair: Sasusaku
Rate: T+
.
.
.
•Chapter sebelumnya..
Hatinya berusaha menolak kenyataan itu. Namun nyatanya dia tak bisa menghindar dari satu fakta baru.
Dia mencintai Uchiha Sasuke.
.
.
.
•Tokyo, Jepang.
"Sasuke-san, bagaimana pendapatmu dengan kerja sama ini?" tanya pria berjas itu.
Pria berambut raven itu mengalihkan tatapannya dari selembar kertas yang ia genggam. "Lumayan. Tapi mengapa keuntungan pihakku jauh lebih sedikit?"
Pria berjas itu gelagapan. Keringat dingin menetes dari dahinya. "Keuntunganmu bahkan bisa diperkirakan hingga 72%. Lalu apa untungnya untukku, Inoue-san." ucapnya datar.
"Err.. I-Itu hanya diawalnya saja. Bukankah jika kerja sama kita berjalan sukses maka kita bisa membaginya rata?" jawab pria itu.
Tatapan dingin dari kedua onyx kelam itu membuat mata ungu milik pemuda itu ketakutan. "Oh ya? Apakah aku bisa percaya pada pebisnis licik seperti kau?" tanya Sasuke tajam.
"A-Apa maksud anda, Uchiha-sama?"
"Benar bukan? Kau pikir aku akan begitu mudahnya mempercayaimu? Sayang sekali, klan Uchiha seperti kami rupanya masih sangat sulit kau tipu. Benar bukan, tuan Kitazawa Inoue?" kedua alis pemuda Kitazawa itu berkerut dalam.
"Mau kutunjukkan pintu keluar atau kupanggilkan pengawas untuk mengantarmu Kitazawa-san?" tawar Sasuke.
"Tidak, terimakasih. Diriku bisa berjalan bahkan tanpa bantuan orang sombong sepertimu, Uchiha-san." pria itu berdiri dan melangkah membelakangi Sasuke.
Derap langkahnya terhenti didepan pintu. Wajahnya menatap sengit wajah rupawan milik CEO Uchiha Corp itu. "Ingat tuan Uchiha, persaingan kita tak hanya sampai disini." peringat Inoue.
"Hn, aku akan menantikan permainan selanjutnya darimu. Semoga sukses, walau peluangmu sangat sedikit." seringai mengejek tampil dibibir Uchiha bungsu itu.
"Cih, awas saja. Aku takkan pernah menyerah!"
Brak!
Sasuke menghela nafas panjang. Pria itu membanting pintu ruangannya dan dia harus waspada pada pesaingnya. Tak hanya tadi saja, pesaingnya lebih dari itu.
Tangannya meminjat pelipisnya, beberapa waktu ini dia sering sekali merasa pusing. Banyaknya jadwal kegiatan musim panas membuatnya sering bekerja lembur.
Bahkan pemuda Uchiha ini telah membeli apartement didekat kantor untuk memudahkannya pulang beristirahat. Walau ibunya sempat melarangnya, ia tetap memaksa kan kehendaknya.
Memang terdengar egois, namun jika ia pulang larut malam dengan mengendarai mobil dalam keadaan lelah juga beresiko. Dan tentunya ibunya mengijinkannya dengan syarat ia harus pulang ke mansion 1 minggu sekali.
Dan jangan lupakan sahabat kuningnya itu, dia juga berhasil menjadi CEO di perusahaannya sendiri. Sempat tak terbayangkan bagaimana rubah bodoh itu akan bekerja, tapi ternyata dia bisa memajukan perusahaan Uzumaki Corp.
Sulit dipercaya, tapi Naruto benar-benar niat melakukannya. Semenjak kepergian Sakura ke London, hal itu membuat Naruto menyesal dan berubah sedikit demi sedikit.
Pribadi yang semula membenci Sakura tanpa alasan, kini malah berbalik menyesal.
Apalagi Sasuke sendiri, ia bahkan mati-matian menahan semua rasa rindunya pada gadis pujaan hatinya. Gadis itu meninggalkan perasaan cintanya, membiarkan pernyataannya menjadi semu dan tak terjawab.
Tangan kekar Sasuke menarik laci mejanya, menemukan selembar foto gadis yang ia nantikan kedatangannya.
Saat ini bagaimana keadaannya? Bagaimana rupanya? Apakah Sakuranya baik-baik saja? Ada banyak pertanyaan dalam benaknya yang masih tak terjawab oleh Sakura.
Mata onyx itu menatap sendu foto itu, rindu dalam dirinya seakan berniat menghancurkannya.
"Sakura.. Aku merindukanmu." gumam Sasuke.
.
.
.
•London
"Hahaha.." gelak tawa mengisi keramaian kantin salah satu rumah sakit terkenal se-London tersebut.
"Jadi menurut kalian bagaimana wajah Willy malam itu?" semua menggeleng tak tahu.
"Oh aku bersumpah, wajahnya begitu konyol ketika Cristine menolaknya! Hahaha.." gadis berambut pirang itu tertawa keras kala ia menyelesaikan ceritanya.
Sakura menggelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya, "Kau kejam sekali, hentikan tawamu bodoh!" tegur Sakura.
"Hei, London memang seperti ini. Apakah gadis Jepang selalu seperti ini? Tertawalah, ini hal lucu disini!" ucap Valrie.
"Kalianlah yang berle-" ucapan Sakura harus terhenti oleh sebuah panggilan dari seseorang.
"Dokter Haruno! Dokter Haruno!" teriak Nicky dari kejauhan.
Gadis itu tampak terburu-buru menghampirinya. Teriakan gadis itu telah membuat banyak orang menatap kearah Sakura maupun Nicky.
"Ada apa Nicky?" Sakura menepuk pundak Nicky yang kini terengah-engah. "Dokter Justin memanggilmu ke ruangannya. Ada sesuatu yang ingin dibicarakannya." ucap Nicky.
Alis Sakura terangkat naik, "Hanya itu? Lalu kenapa sampai berlari?" tanya Sakura heran.
"Katanya ini sesuatu yang penting dan aku juga ada jadwal pemeriksaan sebentar lagi. Jadi aku berlari saja." Sakura menggangguk paham, "Maaf merepotkan dirimu, Nicky."
Gadis berambut hitam itu menggeleng lemah, "Tak apa kok, lagi pula kitakan kawan! Ya sudah kalau begitu, aku pergi dulu!" Nicky kembali berlari keluar kantin.
"Hei, ada apa Sakura?" tanya Valrie.
"Aku harus segera ke ruangan Dokter Justin, ada hal penting yang ia akan sampaikan." ucap Sakura.
"Dan itu artinya kau akan meninggalkan diriku disini sendiri?"
"Ma-"
"Asikk!! Baiklah cepat pergi dan aku akan segera mengajak Stephen untuk makan siang bersama." usir Valrie.
Gadis berkebangsaan jepang itu memajukan bibirnya tak suka, "Cih, awas saja kau! Menyebalkan!" gadis berhelai rambut cotton candy itu mengambil langkah seribu meninggalkan temannya yang sedang berbunga.
.
.
.
Tok tok tok
"Masuklah!"
Mendengar teriakan kecil dari dalam ruangan itu membuat Sakura langsung memasuki ruangan itu dengan perlahan.
Bisa ia lihat Dokter Justin berada dalam ruangannya, bertumpuk kertas menggunung dipinggiran meja kerja pria beranak satu itu.
"Dokter Haruno, silahkan duduk."
Sakura menggangguk, ia menduduki kursi yang berhadapan langsung dengan Dokter Justin.
"Sebenarnya ada apa hingga Dokter Justin memanggilku kemari?" tanya Sakura to the point.
"Begini, besok kau harus dipindah tugaskan ke Jepang."
Ctar
Bagai disambar petir, tubuh Sakura mematung secara tiba-tiba. Matanya terbelalak lebar, menandakan dirinya begitu terkejut.
"A-Apa?" guman Sakura ambigu.
"Aku baru memutuskannya, aku memilihmu karena itu adalah negara kelahiranmu. Jadi kupikir kau akan senang hati menerimanya, benarkan nona Haruno?"
Ada sesuatu yang aneh disini, Sakura berkeringat dingin. Menyadari hal itu Justin langsung merasa heran, "Apakah ada masalah Haruno?" tanya Justin khawatir.
"Nothing." jawab Sakura kaku.
"Syukurlah. Sebenarnya aku sangat menyesal akan kehilangan seorang dokter yang cukup berprestasi bagi rumah sakit besar ini. Tapi mungkin ini saatnya kau pulang, benar bukan?" Sakura mengangguk lemah.
"Baiklah, aku akan mengurus surat perpindahan rumah sakit untukmu. Seharian ini kau kulibur tugaskan. Jadi nikmati harimu saat ini, karena besok kau akan pulang." jelas Justin.
Clek
Emerald sehijau hutan, kini menatap kosong lantai rumah sakit itu. Tubuhnya kini berada tepat didepan pintu ruangan itu. Otaknya masih tak percaya dirinya akan pulang besok.
Ada rasa takut dalam benaknya dan juga rasa senang secara bersamaan. Sakura akui ia merindukan para sahabatnya di Jepang. Hinata, Naruto, dan..
Sasuke.
Ia harus pikirkan sesuatu untuk menghindar dari pria itu sementara. Bukan berarti dirinya tak merindukan lelaki itu, bukan berarti ia membenci Sasuke tanpa alasan, tapi ia begitu gugup bertemu pemuda bungsu dari klan Uchiha tersebut
'Oh tuhan aku belum siap, bagaimana ini?' pikir Sakura.
.
.
.
TBC
❤❤❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro