24. Sister (?)
Takuya sedang duduk di salah satu kursi kantin dengan Shin disebelahnya. Ia memasukan satu persatu sendok makan berisi cilok goang ke dalam mulutnya. Disampingnya ada Shin yang sedang menyeruput es jeruk panas.
Shin tiba-tiba menepuk lengan Takuya, membuatnya menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Shin.
"Gue cabut dulu, ya. Ada Elsa!"
Setelahnya Shin beranjak dari tempat duduk dan lari kocar-kacir menuju kelasnya. Meninggalkan es jeruk yang masih tersisa setengahnya.
Takuya menghela nafas, Shin jadi aneh setelah cintanya tak kesampaian pada 'Elsa'-nya itu. Dia seperti takut, atau menghindar. Atau jangan-jangan dia phobia pada Rista?
Ia mengedarkan pandangan setelah Shin pergi. Dan mendapati Rista sedang tersenyum manis ke arahnya. Lantas cewek itu duduk di hadapannya.
"Shin kenapa?" tanya Rista. Dan Takuya hanya mengedikan bahu.
Rista manggut-manggut.
"Eh aku mau nanya," ujar Rista.
Takuya mengerutkan kening. "Nanya apa?"
Rista gugup, sangking gugupnya dia sampai meremas-remas ujung roknya.
"E-em. Anu.."
Takuya bergeming. Menunggu kelanjutan dari kata-kata Rista.
"Febriana itu siapanya kamu?"
Akhirnya, kata itu terlontar dari mulutnya walaupun sulit.
Febriana adalah orang yang kemarin Rista curigai. Bukan curiga. Hanya penasaran. Dia hanya ingin tahu, cewek itu siapanya Takuya. Jika memang mereka masih kerabat atau keluarga, dia akan mendekati cewek itu. Karena kelak dia akan menjadi bagian dari keluarga besar Takuya, kan?
Takuya mengigit bibir bawahnya. Terlihat berfikir. Sesulit itukah pertanyaan yang dilontarkannya?
"Dia emm ... dia." Kata-katanya terputus-putus. Gugupkah? Apakah berat menjawabnya? Ah Rista setengah menyesal karena telah mengajukan pertanyaan itu.
"Kalau ga mau jawab nggak pa-pa kok. Bukan siapa-siapa ini kan dia?" Rista sedikit Risih dengan kelakuan Takuya, jadi ia memutuskan untuk menyudahi introgasinya. Meninggalkan rasa ingin tahunya. Dan menguburnya dalam-dalam. Daripada harus terjebak dalam rasa bersalah.
"Dia itu sebenarnya teman waktu aku masih TK," jawab Takuya. Rista diam, menunggu kelanjutan kata-kata Takuya yang masih menggantung.
"Kan kamu tahu sendiri, dulu aku nggak tinggal di situ. Aku pindah pas Sekolah Dasar. Dulunya aku tetanggaan sama dia. Sama satu sekolahan pas TK. Orang tua kami dekat. Aku sama diapun jadi dekat. Dan sudah seperti saudara."
Rista mangangguk dua kali tanda mengerti. Lantas tersenyum tipis.
"Jangan salah faham!"
Rista terkekeh. Dia memang sudah salah faham dari kemarin. Dan sekarangpun setelah mendapat penjelasan dari Takuya, ia masih merasa ragu apakah yang dilontarkan Takuya adalah kejujuran?
"Nih pesenan Lo!" Seru Suzy sambil meletakan mangkok ke meja dihadapan Rista.
Takuya mengernyit melihat apa yang ada di dalam mangkok milik Rista.
"Ini kolek kerupuk?" Seketika Suzy tertawa terbahak-bahak. Dan Rista mengerucutkan bibirnya kesal.
"Gue bilang apa, seblak tuh pake sambel bukan bening kayak gitu," ucap Suzy lantas kembali tertawa. Dan Risa mendengus mendengar penuturan temannya itu.
"Oh seblak. Kirain kolek." Takuya nyengir setelah menyelesaikan kalimatnya karena Rista menatapnya sinis.
Walaupun kesal, Rista tetap menyendoknya dan memasukan seblak bening itu ke dalam mulut setelah sebelumnya meniupnya pelan-pelan. Karena ia lapar.
Bukan tanpa sebab ia memesan seblak dengan kuah bening. Ia tidak terbiasa. Juga keturunan. Ayahnya memiliki lidah kucing. Ia tidak bisa memakan makanan pedas juga panas. Begitupun dengan Rista. Berbeda dengan Raka, ia suka pedas seperti ibunya. Tetapi ia lebih suka makanan manis.
Handphone Rista berdering. Ia menghentikan aktivitasnya dan merogoh kantung bajunya. Dan panggilan masuk menyapa notifikasi.
Ia menggeser ikon hijau dan meletakan benda kotak itu di telinga.
"Assalamu'alaikum."
"...."
"Hah? Ayah melahirkan?"
"..."
"Oh kak Yuki udah lahiran? Yaudah ntar pulang sekolah Ita kesana."
Tut
Rista memutuskan sambungan teleponnya. Dan mendapati Suzy yang menatapkan penuh selidik. "Bapa Lo lahiran, Ta?"
Sontak pertanyaan itu membuat Suzy mendapat pukulan sayang dari Rista. "Kakak ipar gue yang lahiran!"
Suzy ber-oh ria.
Hening.
Tidak ada pembicaraan diantara ketiganya. Hingga suara Suzy menginterupsi.
"Eh tadi sebelum gue dateng lagi pada ngomongin apa? Kok kayak serius banget." Suzy bertanya dengan nada penasaran.
"Ngomongin es jeruk panas."
Jawaban Takuya sukses membuat Suzy melongo dan Rista yang tertawa tanpa suara.
***
Tbc
Ini bahkan lebih pendek dari yang kemarin hahahaha. Besok up lagi, Inshaallah. Mandet otak saya
See u,
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro