Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15. stalker

Sehari setelah kencan, Takuya mengupload poto kami yang di potret Suzy ketika dia tak sengaja menemukan kami sedang berbincang di taman kota yang cukup panas saat itu. Foto itu Suzy kirim kepadaku. Dan aku secara sukarela mengirimkannya kepada Takuya. Yang tak kusangka foto itu dia posting di instagram pribadi miliknya

Aku tak pernah tahu bahwa Takuya sepopuler ini di media sosial. Foto yang dia posting mendapatkan 2000 love dari orang-orang yang mengikutinya. Dan ketika itu mataku tertuju pada kolom komentar yang tak kalah banyaknya. Dengan rasa penasaran aku membuka dan membacanya satu persatu.

Komentar itu dominan berisikan pujian. Dan jangan lupakan satu hal, yang berkomentar paling banyak bahkan hampir seluruhnya adalah wanita. Hanya ada beberapa pria yang berkomentar, itupun Takuya tak terlalu meresponnya.

Kenapa banyak wanita yang mengikutinya? Apakah karena dia tampan dan menjadi pujaan bagi banyak wanita? Terkadang aku merasa beruntung sekaligus miris.

Beruntung karena aku adalah salah satu diantara mereka yang dipilih Takuya. Mirisnya mereka seolah tak peduli bahwa Takuya telah memiliki aku. Mereka tetap saja bersikap seolah menggoda Takuya.

Hingga akhirnya aku menemukan sebuah komentar yang cukup menarik perhatianku. Bukan karena komentarnya berisikan sanjungan yang membuatku melayang.

Komentar itu diketik oleh seorang pemilik akun Icaludih. Nama yang aneh, mengingat arti nama itu dalam bahasa sunda cukup nyeleneh.

Caludih itu artinya kumal, kucel, dst.

Aku sedang tak ingin membahas nama akunnya, aku hanya ingin membahas isi komentarnya. Dia mengetik komentar yang membuat otakku cukup berputar-putar.

Isinya
'Cie foto bareng cewek, yang disini nasibnya gimana tuh? Hahahaha'

Mari kita analisis komentar tersebut.

Ada 2 keyword yang cukup menarik perhatiananku, yakni: yang disini, dan nasibnya.

Kata 'Yang disini' maksudnya pastilah sebuah subjek dan dapat dipastikan subjek tersebut adalah manusia. Manusia berjenis kelamin perempuan lebih tepatnya.

Selanjutnya kata 'nasib', nasib yang dimaksud adalah nasib orang yang disini (?) Apakah Takuya sedang menggantungkan nasib seseorang?

Aku mencoba menelusuri akun tersebut, dan pemilik akunnya itu ternyata seorang wanita.

Aku scroll foto-foto yang dia posting di instagram miliknya. Aku lihat-lihat fotonya. Tak ada postingan yang menarik. Hanya ada poto selfie dan beberapa poto pemandangan.

Salah satu dari foto selfie itu aku buka. Aku lihat wajah itu. Foto selfie dengan rambut tergerai, bibir di pout ke depan, mata dibulat-bulatkan dan wajah yang sengaja diimut-imutkan. Aku jauh lebih cantik darinya, menurutku. Bukannya aku sombong. Tapi ini opiniku saja. Mwehehehe.

Aku scroll lagi foto-fotonya, dan ada satu foto lagi yang menarik. Dia berfoto dengan wanita. Sepertinya itu temannya, sedikit lebih cantik dari dia. Tapi tetap lebih cantik aku.

Wajahnya kotak, alis tebal, bibir plump yang cukup seksi, dan rambut hitam legam. Sedikit kumengira dia turunan india. Cukup cantik walau foto itu sedikit blur.

Foto itu di tag kepada akun yang bernama LarasatiDevi. Mungkin akun itu adalah pemilik dari wajah itu.

Setelah cukup kenyang mengamati wajah itu, aku kemudian membaca caption-nya.

'TTT's heart'

Triple T? Hmmm bukannya itu nama panjang Takuya? Aku berfikir keras.

Sprei yang sedaritadi aku duduki, kini agak sedikit kusut. Pasalnya kakiku bergerak tak karuan mengikuti alunan hatiku yang entah bagaimana iramanya. Aku kini sedang berfikir keras, dan fikiranku kali ini cukup membuatku frustasi. Aku mengacak-ngacak rambut coklatku.

Disaat aku sedang menjadi stalker, pikiranku terbagi ketika aku mendengar Abang Raka sedang menyanyikan sebuah lagu. Itu membuatku sulit berkonsentrasi dengan pikiran busukku. Oh Husky Voice itu sungguh mengganggu gendang telingaku.

Pasalnya, dia menyanyikan lagu dengan keras sambil bertepuk tangan. Usianya hampir kepala tiga, tapi tingkah lakunya lebih kekanakan dari anak PAUD sekalipun.

Kau tahu apa yang dia nyanyikan? Dia menyanyikan lagu Pok Ame-Ame dengan wajah dibuat semenggemaskan mungkin. Dan tak lupa tangannya bertepuk tepuk. Kepalanya juga bergerak ke kanan dan ke kiri.

Pemandangan ini sungguh jelas terlihat karena pintu kamarku terbuka lebar dan langsung berhadapan dengan ruangan keluarga. Dia sedang duduk di ruang keluarganya bersama sang Istri, mungkin dia sedang menghibur s. Yahh mungkin Ibu hamil itu sedang dalam mood buruk.

Dan aku yang sedang duduk di kasurku menatap dengan malas ke arah mereka.

Ceklek

Ckittt

Anggap saja ini suara pintu terbuka. Tapi bukan pintu kamarku. Karena pintu kamarku daritadi terbuka dengan lebarnya. Dan ini adalah suara pintu rumah depan.

"Assalamualaikum."

Suara berat itu sangat tak asing di telingaku. Suara yang sangat aku rindukan. Suara yang sudah 2 minggu ini tak pernah kudengar.

Akupun menyimpan hapeku di nakas, lalu merangkak menuruni ranjangku dan berlari ke sumber suara tadi.

"Ayahhhh!!!!"

Aku berlari mendekatinya lalu aku terjang badan kurus itu. Aku memeluknya. Dan diapun membalas pelukanku. Betapa aku merindukanmu Ayah.

Kemudian aku mendongkakkan kepalaku untuk melihat wajahnya. Wajah yang menurutku sangat tampan itu menatap ke arahku.

Bibir plump itu tersenyum. Terlihat sangat manis mengingat usianya yang sudah menginjak 50 tahun itu.

"Appa, bogoshipo", ucapku sambil kembali tenggelam dalam pelukannya.

Pletak

"Aww, Appo Appa. Kenapa aku dijitak?" Tanyaku polos dengan raut wajah kesakitan. Aku sudah melepaskan dekapanku padanya dan sekarang tanganku sibuk mengelus kepalaku yang dijitak ayah barusan.

"Kebanyakan nonton drakor sih jadi Ayahnya pulang disangka Lee Minho pulang wamil kali ya. Pake bogosipo bogosipo segala lagi," dan Ayahku memang cerewet sekali bicara langsung sepanjang jalan kenangan.

Ayah langsung melenggang pergi ke kursi ruang tamu yang ada disana. Dia mengistirahatkan pantatnya di kursi sederhana berwarna coklat itu. Lalu dia membuka jas yang dia pakai, melonggarkan dasi dan membuka beberapa kancing kemejanya.

"Kan Ayah dari Korea," dan aku melakukan pembelaan sambil berjalan mengikutinya. Kemudian duduk disampingnya.

"Dikira Ayah disana syuting The Legend Of The Blue Sea apa?" Dia mendelik kesal.

"Ah ide bagus tuh, Yah. Ayah bisa jadi duyung disana temenin si Shim Cheong".

"Masa Ayah jadi duyung sih? Ntar telanjang dada dong," kali ini bukan Ayah yang menyahut, tapi Ibu yang datang dari belakang.

"Nggak kok, Bu. Jun JiHyun juga pake BH".

"JADI AYAH HARUS PAKE BEHA GITU?" Suara Ayah menggema diseluruh ruangan membuatku terbelalak kaget mendengarnya.

"Stt sudah malam," ucap ibu menengahi.

"Ayah sudah pulang?" Abang Raka datang dari belakang bersama sang Istri. Kemudian ikut bergabung bersama kami.

"Sepertinya Ayah tak akan pulang," jawab Ayahku becanda. Tapi tak disangka jawaban ini dianggap serius oleh sang menantu.

"Lalu ini siapa?" Yuki menunjuk dengan wajah innocent-nya ke arah Tn. Prasetya yang tak lain adalah Ayah mertuanya.

Harap dimaklum bahwa wanita yang sedang hamil muda itu memang agak lemot.

"Ayah bawa kupat tahu mangunreja ga?" Aku mengalihkan pembicaraan agar tak terus berlarut dalam kelemotan sang kakak Ipar.

"Ayah dari Korea sayang bukan dari Singaparna," jawabnya sambil mengacak poni kecoklatan milikku.

"Lalu Ayah bawa oleh-oleh apa?" sekarang Ibu yang bertanya.

"Ayah bawa Istri baru dari Korea".

"APAA?", lbu berteriak kencang hingga mata itu membulat sempurna.

"Ayah jahad", kini dia berlalu kearah kamarnya sambil terisak.

"Ayah becandanya ga lucu," aku mempout bibirku karena merasa kesal pada apa yang dicapkan Ayahku sendiri.

Dan Ayahku hanya nyengir.

"Ayah bawa burayot ga?" Kini si penyuka makanan manis itu mulai bertanya.

"Raka, Ayah tuh ga ke Bandung. Di korea mana ada burayot, Sayang".

Hembusan nafas berat sangat terdengar setelahnya.

"Mampir dulu atuh ke Bandung, Ayah." Sungguh kali ini seorang Raka sangat menyebalkan. Kepekaannya tidak muncul disaat sang Ayah butuh istirahat.

Tangan seputih susu itu mengacak rambutnya frustasi sambil mendesah kesal atas kata-kata si sulung.

"Sudahlah Ayah lelah." Kaki panjang berbalut celana bahan berwarna hitam itupun pergi berlalu meninggalkan anak dan menantunya sambil menyeret koper yang dia bawa tadi.

Kami bertiga hanya melihat punggung itu yang perlahan menghilang setelah berbelok ke kamarnya.

TBC


Anggap saja ini Ayahnya Rista.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro