10] Kedatangan Flag
Setelah insiden kemarin, terpaksa absensiku menjadi alpha. Mau tidak mau, hari ini aku mnegejar mata pelajaran yang sempat tertinggal.
Langkahku terhenti sejenak mobil yang dirasaku tidak asing itu melewati kami dengan sengaja. Padahal, area halaman universitas terbilang luas, kebetulan juga saat ini tidak terlalu padat. Bukankah masih banyak area selain melewati langkah kami?
Aku tidak habis fikir dengan mobil yang mempunyai struktur warna putih. Bukankah lebih sering terkena cipratan selokan? Pastinya sangat terlihat jelas.
Si pengemudi itu mobil tersebut membuka kaca spion lalu menghentikan mobilnya di area parkir. Tidak sengaja aku memperhatikan nomer platnya. Cekidot! Benar dugaanku. Pantas saja tidak terlalu asing, meski beberapa orang mengenakan merk mobil yang sama.
Ya. Ya, itu adalah Frag, si pengemudi mobil tersebut lebih tepatnya mobil berwarna putih tersebut adalah miliknya.
Barusaja aku ingin menghampirinya seusai Frag menampakan dirinya keluar dari mobil. Barusaja aku ingin bertindak, para idolanya sudah gembyar-gebyar mendekati. Sudah seperti kedatangan Awkarin, saja!
Sebelum aku berbalik arah, Frag sudah melambaikan tangan ke arahku. What the ...?! Bengeknya, Frag malah mengejarku membuat kami menjadi tontonan gratis.
"Mau kemana? Gue udah jauh-jauh dateng kesini, lo malah ngejauh," celatuknya melepas kacamata hitamnya dengan poni bersila tengah tertiup angin.
Aku pun mendongak kesal sedikit menatap sekitarku dimana mereka mereka sibuk membicarakan kami.
"Kamu juga ngapain kesini? Malu, Dek!" Aku menutup raut wajahku menghindar tatapan mereka mengendap bersembunyi dari balik badan Frag.
Frag segera membuyarkan kerumunan. Dimana ringhtone panggilan berbunyi. Frag menunjukkan nama pop-up si pemanggil. Itu dari Mama kami.
"Kamu gak bilang apa-apa sama Mama, 'kan?" tanyaku was-was. Pastinya kedatangan Frag, adalah meminta komponensasi yang menurutnya itu adalah tindakan bullying. Sama dengan orang tua kami menguatirkanku.
akan tetapi aku juga tidak mau menjadikan masalah lebih rumit.
Seusai Frag mengakhiri panggilan hanya mengatakan sepatah kata, aku kembali bergegas mengusirnya dari universitas. Bisa saja, apa yang mereka lakukan, bisa saja tanpa kesepakatan dariku.
"Kamu pasti sibuk, 'kan? Bilang sama Mama, kalau aku gak kenapa-napa," ujarku menyakinkan.
Frag mengenakan kacamatanya kembali lalu menyeimbangi langkah bersamaan menuntutku memasuki mobilnya tidak jauh dari area parkiran.
Tanpa disadari, seseorang memperhatikan interaksi kami meski tak dapat mendengar apa yang kami bicarakan.
"Mama nyuruh gue buat jemput lo pulang," ujar Frag. Disitu aku dapat bernafas lega. Berbanding balik dengan pemikiranku.
Frag mendongak ke arahku melanjutkan perkataannya, "Lo takut gue kesini nemuin kepsek?" tanyanya tepat terjeda sejenak, "Kalau itu Mama yang urus."
"Bele! Aku mencarimu kemana-mana. Aku mendengar--" cecar dari seorang gadis yang belakangan ini terdengar tidaklah asing. Entah darimana asalnya, Vanila mengetahui keberadaanku. Kalimat itu terputus ketika ia menegtahui pesonan Flag menatapnya dengan menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Elora? Apa kau tidak apa?" tanyaku menyerit dengan menghinpas raut wajah tampan adikku, Flag hingga tidak sengaja seolah menampar pipi bersihnya itu yang tak mempunyai bentolan bintik jerawat sama sepertiku. Lalu jika difikir lagi, aku keturunan siapa?!!
Belum apa-apa, Flag mengaduh kesakitan, yang paling aku waspadai adalah orang sekitarku--termasukElora--yang awalnya terlihat lemah lembut kini terlihat ketara sangatlah heboh ketika berada di dekat Flag. Apa dia fans fanatik Flag, adikku?
"Ah! Kau terlihat lebih tampan. Boleh aku meminta foto dan tanda tangan mu? Aku adalah idolamu!" teriaknya.
Itulah yang paling menakutkan.
"Elora! Inget! Habis gini lo harus chek-up, dulu!" Bahkan perkataan Luke terdengar berseru tak membuat Elora berpindah dari posisinya.
Bagaimana posisi ini terjadi padaku?
"Dia sapa lo, Bel?" tanya Luke tiba-tiba kepadaku.
"Dia?" tanyaku balik--lebih tepatnya bergumam reflek menunjuk keberadaan Flag tersenyum ke arah kamera bersama Elora dengan wajahnya yang membuatku geli.
Sedikit berfikir, sebelum aku menjawabnya, Luke kembali memotongnya tampa sengaja mengatainya, "Norak ..," cengirnya.
"Siapa yang lo katain?" Kalimat itu terdengar jelas di telinga Flag, dengan kalimatnya yang meninggi membuatku menepuk jidatku.
Jika dilihat-lihat dengan pakaian yang Flag gunakan--apa mengenakan pakaian pantai? Ash, itu saja sudah membuatku bergelik ngeri.
Bukan, bukan itu! Setidaknya gunakanlah pakaian yang terlihat cocok, dan lebih pantas. Ya, masa ke kampus universitas mengenakan pakaian pantai lelaki? Sedikit kumaklumi karena ...
"Ash sudahlah. Lebih baik kita pulang bersama sekarang," tuturku menarik lengan Flag menghentikan dari tatapan tajam Luke yang terlihat jelas tidak menyukai keberadaan Flag. Sedikit kekeuh, Flag menolak. Pada akhirnya, aku memberi nawaran, "Aku akan menetrakhirmu kali ini!"
Benar saja! Hanya dengan kalimat itu, Flag akan menurut. Sial! Hampir saja aku tercecik, karena kedua lengan tangannya bergelantung di leherku.
"Siapa dia, main ngatain gue? Gak tau gue ini siapa, huh?"
"Ya, kamu bego! Pakai pakaian lebih formal dikit, lah! Masa pakai pakaian pantai? Kamu habis dari pantai atau gimana?!" celahku gerah. Sedikit kesal dengan ocehan panjang lebar Flag masih berkicau di sepanjang jalan.
"Lo ngatain gue bego, sekarang?"
Hening.
"Awas aja, lo--Kak! Kalau berani deket-deket sama tuh orang! Hehkm. Gue gak suka! Ini nasehat sebagai adik yang baik!" celatuk Frag lagi sesampai di restoran langanan yang kami pilih, seusai memesan menu, lagi-lagi masih berceloteh. Berkicau. Tidak lupa kali ini menyindirku!
Bagaimana jika tidak boleh mendekat, jika menjauh adalah kesulitan terbesar bagiku.
"Eh! Kamu siapa? Selebgram?"
Typo-nya diusir pakek hand stanizer,
dulu🕵
makasih buat orangbaek
tetep suport di cerita absurd ini🤗🙏
Ya, meski meski banyak kekurangan,
eh ekek
cintailah karya sendiri😋
minum yakult tiap hari🙂
jgn lupa folow
instagram: agness.s
// anscrime
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro