Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07] Supermaket

Supermaket, adalah tujuanku saat ini. Membelanjankan camilan di tengah kesibukan.

Coklat, prioritas utamaku. Terkadang bagi beberapa orang, coklat adalah salah satu penyebab munculnya jerawat. Terkadang aku pun berusaha menutup gendang telingaku. Coklat, mempunyai keenakan sendiri mengapa dihiraukan coba?

Tidak jauh berbeda dengan stok camilan coklat di swalayan: Silverqueen. Dairy milk. Delfi. Mungkin, aku harus berbelanja di mal yang jauh lebih besar, agar mendapatkan coklat berbeda. 

Seusai memilih di rak coklat sebagai tujuan utamaku, lalu membelokkan trolley ke rak-rak lain. Dikarenakan suasana terlalu sepi, aku dapat memperlambat langkahku. 

Di Circle Key, sejenak beristirahat seusai dari kasir aku pun menghitung coklat-coklatku yang kini telah menjadi milikku di dalam tas pembelajaan. Aah, rasanya aku ingin segera memakannya hingga tidak mengenal sebagaian. 

"Kamu lagi belanja atau berjualan. hem?"

"B-belanja," jawabku reflek hingga aku mendongak ke arah sumber suara. Disana, Elora menekan water boler membuat minuman panas.

Aku masih tidak mengeming di tempatku. Selagi memperhatikan sekitar. Ingin ku bertanya, kenapa Elora berada di sini, ataukah karena gadis itu juga tinggal daerah sini? Namun hal itu segera ku abaikan ketika aku mengetahui seseorang yang sangat ku kenal tidak jauh dari kami.

Buru-buru aku mengalihkan arah pandanganku. Tanpa sengaja aku pun tiba-tiba meringis kesakitan ketika merasakan bentolan di keningku terasa perih.

Itu adalah bentolan jerawat, yang sangat menganggu di situasi tidak tepat. Dengan kesal aku pun memukul jerawat itu dari salah satu bentolan bintik jerawat lain. Mungkin meeka sangat nyaman tinggal di kelenjar wajahku. Hingga tidak heran, aku ingin mengusir mereka dengan cara keji sekalipun.

Sebelum aku memencat bentolan jerawat yang menganggu dengan kuku panjangku, alih-alih sebuah tangan entah dari mana asalnya, mengentikanku.

"Jangan sembarangan mencet jerawat!" teriak orang itu mengema tepat di telingaku.

"Kenapa dengan ekspresi itu?" tanyaku frontal. Ayolah. Padahal aku hanya ingin memencet bentolan jerawatku, kenapa saat ini Luke menatapku dengan ekspresi menahan amarah?

Tanpa berkata, Luke segera menutup jerawat itu dengan hansplast yang telah diukur menjadi potongan serupa hingga tertutup rapat. 

"Kayaknya lo harus lebih perhatian sama jerawat, lo." Luke mengatakan itu membuatku kembali tertengun.

Jika boleh berkata 'Ya' aku akui itu. Aku sangat malas mencuci muka setelah selesai berpergian. Mungkin itu membuat kotoran dan debu mengindap di pori-pori sel wajahku. Lebih baik aku mengangguk dan menurut saja.

Elora tersenyum sendiri, memperhatikan kami. Disaat itu aku tidak sengaja memutar bola mataku ke arahnya. Tidak lama, gadis itu meninggalkan kami, melangkan kaki memutari rak. Hanya menyisahkan aku dan Luke, membuat situasi tidak terduga terjadi.

"Belle? Lo suka gue?" tanya Luke tiba-tiba.

Reflek aku membulatkan mata terkejut. Sebelum aku menjawab Luke kembali melontarkan kalimat, "Kasih gue waktu."

Kalimat itu terdengar nyata. Bukan hanya sebatas ilusi. Luke membisikan kalimat itu dengan suara lembutnya. Aku pun memejamkan mataku erat dengan jantung yang berpacuh cepat.

***

Aku masih tidak merubah posisiku. Bersender di bangku circle key dengan mengaduk minuman dingin, sebagaimana aku belum menyentuhnya sama sekali.

Mungkin, aku akan menyaksikan kepergian kedua temanku itu. Mengingat hari semakin panas matahari pun beranjak menuju bagaian atas kepala kami.

"Apa benar kalian hanya berteman?" tanyaku spontan ketika menyaksikan bagaimana pertemanan Elora dan Luke. Sebagaimana Luke menuruti perkataan Elora, membuatku merasa iri dengannya.

"Apa maksud-mu ...?" gercap Elora bertanya balik padaku.

Aku pun mengelengkan kepala, tidak bermaksud apa-apa. Lalu mengatakan, "Aaah! Kalian sangat cocok."

Kalimat itu langsung terjun begitu saja, tanpa aku memintanya. Dalam hati, mungkin aku tidak mengatakan demikian.

"Ya! Aku sudah berteman dengannya dari kecil. Bahkan kami sudah memperlihatkan perkembangan satu sama lain." Tidak lama terjeda, Elora melanjutkan perkataannya dengan sedikit melirik keberadaan Luke, yang menempati bangku dihadapanku. "Asal kau tau, dulu Luke sangat mudah menangis ketika aku mengambil mainannya. Lihat. Sekarang dia tumbuh menjadi pria dingin. Sangat bertolak belakang."

"Diam, atau pulang sendiri?"

Terdengar seperti ancaman, membuat Elora kembali terdiam. Lalu gadis itu berbisik kepadaku, "Meski sebenarnya dia sangat baik, sampai aku ingin membengal kepalanya." Dengan tatapan sengit kepada Luke.

Jam tangan dipergelangan tanganku telah menunjukkan pukul 11:21 PM. Dari jam pulang kampus, diperkirakan dua jam aku berada disini.

"Rupanya. Aku harus pulang terlebih dahulu," pamitku kepada Luke dan Elora. Namun salah satu dari mereka menghentikan langkahku.

"Kamu bisa pulang bersama kami," tutur Elora menawarkan tumpangan?

Belum sempat aku menolak, gadis itu telah menuntunku berjalan menuju parkiran. Mengarah ke mobil yang ditumpangi mereka--tidak lain mobil Luke.

"Aku merasa tidak enak hati kepadamu, Elora."

"Mulai saat ini kamu harus membiaskan diri bersama kami," balasnya tersenyum ramah.

Untuk mengusir kecangungan, aku pun meraih coklat batang yang masih utuh berada di kantung belanjaanku. Tidak lupa, aku mengulurkan coklat satu per satu kepada mereka.

"Terima lah. Anggap saja sebagai bentuk terima kasih ku," aku memohon.

"Anggap saja, kau membayar gojek." Luke membalas perkataanku dari kursi pengemudi sebelum dia menerima coklat dariku.

Jika dipikir lagi, seolah Luke menjadi supir pribadi kami. Tiada yang mengajaknya mengobrol. Hanya memperlihatkan jalan yang dilalui. Tidak jarang mendengarkan suara bising dariku maupun dari suara Elora, yang sedaritadi gadis itu terus mengajakku mengobrol.

"Belle. Semoga kamu tidak salah paham dengan pertemanan kami," ringis Elora. Entah dari mana ia tiba-tiba berbisik.

Dalam benakku aku bertanya, adakah pure pertemanan lelaki dan perempuan?

Aku mengerutkan kening tidak paham dengan perkataan gadis itu hingga si pengemudi menayatakan tujuanku telah sampai. 

"Perumahan Frandes," ucap Luke ketika telah sampai di daerah kompleks perumahan tempat tinggalku.

"Ku rasa kalian, belahan mengenal," tutur Elora sedikit menggoda sebelum aku bersiap turun dari mobil.

Aku pun mengucapkan terima kasih kepada mereka. Lalu melambaikan tangan hingga mobil yang di tumpangi Luke dan Elora hilang dari pandanganku.

Aku menyentuh detak jantungku kembali menetralkan suasana berbalik langkah menuju kediamanku.

Tidak banyak yang kukatan. Terkadang aku harus berterima kasih untuk apa yang telah berlalu.

***

entah kenapa,
sampek sini engah enggeh banget😌
gak kebiasan pakek pov 1,sih
jadi aku yang baca rada gimana gitu,
aku cuma perasaanku doang?

kasih pendapat ya cinteh😭🔫

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro