Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

06] Feeling Partner

Senyumannya sama seperti senyuman matahari di pagi ini. Ketika Luke tidak sengaja mengambil bola bergelinding tidak jauh dari arahku, aku buru-buru mengalihkan arah.

"Belle?"

Hingga aku tidak menyadari seseorang entah sejak kapan, berdiri tidak jauh dari tempatku saat ini berada.

"Bagaimana kamu bisa kemari?" Rasanya nihil. Jika itu adalah orang yang sama. Itu adalah Luke dengan mengenakan kaos jersey tanpa lengan. Terlihat jelas badan atletis dengan lengan berotot. 

"Area lapangan gak bakal berubah," decaknya mengambil posisi bersender di kursi tidak jauh dari posisiku saat ini. 

Luke membasuh keringatnya dengan handuk kecil. Meneguk air mineral hingga tak tersisa. Diam-diam aku memperhatikannya dengan ekor mataku. Ah, rasanya aku ingin mengelap keringatnya dengan kedua tanganku! Haluku memang kelewat batas. Ck. 

"Sweather lo ...."

"Jelek?" tanyaku spontan. Menebak. Aku memperlihatkan sweather yang kukenakan saat ini dengan malu. Pastinya dia mengatakan tidak cocok denganku.

Karena merasa demikian, sesampai di kelas aku pun tidak mengenakannya. Lebih baik, salah satu orang mengkritikku daripada semua orang mengkritik dengan macian.

Seusai kelas akhir, tidak sengaja kami bertemu kembali. Tidak lain, dan tidak bukan. Luke, mendribbling bola di lapangan. Kuduga, dia terlebih dahulu keluar dari kelas sebelum kelasku berakhir. Dan lagi-lagi aku dipertemukan dengannya. 

"Kamu gak bosen maen basket dari pagi? Aku lihatnya aja bosen," ujarku ketika Luke mengalih ke arahku.

Lelaki itu mengampit bola basket di salah tangannya, lalu mengomentari penampilanku. "Kenapa sweather-nya lo lepas?"

Aku pun menduduk selagi bergumam, "Jelek."

Entah mendengar atau tidak, Luke mencelah, "Besok pakai lagi!"

Lah, apa-apaan?!

Setelah mengatakan itu, Luke meninggalkanku di tempat. Membuat mulutku yang ingin mengajuhkan komentar pun terurungkan. 

***

"Senyumanmu yang indah bagai candu. Ingin ku lihat walau dari jauh."

Kenapa aku berlagak seperti orang gila? Senyum-senyum sendiri di kamar!

Ish! Aku pun mematikan instrumen musik itu di deretan playlist lagu selagi menata pakaian. Fokusku teralih mengingat pembicaraanku dengan Luke mengenai sweather yang kukenakan tadi.

Ya. Dia tidak mengatakan jelek, atau dia menjaga pembicaraannya? Lalu untuk apa, menyuruhku untuk memakainya kembali di hari esok? Atau ... akan mempermalukanku? Ah, aku tidak boleh memandang oranglain dari sisi negatif.

Keesokkannya, aku masih mengenakan sweather itu. Bukan karena aku ingat dengan perkataan Luke--dikarenakan tiada kelas pagi, aku berangkat sedikit siang. Itung-itung melindungi kulitku dari serangan matahari, aku mengenakan sweaher lagi. Yah, masa cuma dipakai sekali doang?

Tidak sengaja kami berpapasan. Luke memakirkan mobilnya di area parkiran, lalu melambaikan tangan ke arahku. Kelas kami yang satu arah, membuatku mau tidak mau harus berjalan beriringan dengannnya. Aku pun menahan rasa gugupku dengan sedikit menjaga jarak.

"Kenapa lo kelihatan canggung?" celatuk Luke menaikan alis terpaut dengan ekpsresiku.

Aku menarik nafas dalam menghembuskannya belahan mengambil oksigen di sekitarku sebanyak-banyaknya kembali meneralkan ekspresi.

Dimana, gerombolan gadis menghalangi langkahku membuat nafasku kembali tidak normal--Tidak lain Valenciona, dan kru antek. 

"Jangan bilang, kalian couple?" Sisil, gadis berlipstik merah merona, semerah janda di kompleks ku itu menunjuk ke arahku dan Luke hingga Valenciona pun menatapku tajam.

"Minggir!" tegas Luke menatap tidak suka dengan kehadiran mereka yang masih menghalangi langkahnya.

"Gue gak bilang kalian couple. Really, couple sweaters." Sisil membenarkan kembali perkatannya.

Aku pun sedikit memperhatikan sweatherku dan juga sweather Luke, yang saat ini kami gunakan menjadi sorotan perhatian mereka.

Luke, mengenakan sweather biru, dan aku berwarna hijau tosca. Apa merk yang kami gunakan sama?"

"Couple sweather H&M." Sisil mematuk membenarkan. "Kebetulan kalian gak couple, 'kan?"

Pertanyaanku telah terjawab. Apa benar kami tidak sengaja mengenakan merk yang sama?

"Gimana lo bisa beli itu?"

"Ori atau KW?"

Sebelum banyak pertanyaan yang mereka tanyakan, Luke segera menarikku keluar dari gerombolan cewek si tukang perudung itu.

"Lo ditungggu Elora, di kelasnya," bisik Luke setelah menghindari mereka. 

'Falkultas Ilmu Komunikasi'

Sekarang posisiku berada gedung falkultas ilmu komunikasi. Kini aku mengerti gadis itu mengambil jurusan ilmu komunikasi. Pantas saja, dia terlihat mudah akrab dengan orang sekitarnya. 

Tidak sengaja, aku memperlihatkannya meneguk pil obat sebelum dia menyuruhku masuk ke dalam ruangan kelasnya. Apa dia sakit?

"Kau datang bersama Belle?" tanyanya kepada Luke sebelum tersenyum kepadaku. "Aku melihat ada berbeda denganmu, Luke."

Aku pun memperlihatkan interkasi kedua remaja itu. Pantas saja mereka terlihat dekat, bahkan tidak jarang mengangap mereka memiliki hubungan dari banyaknya gosip yang beredar.

"Berbeda? Aku tetaplah Luke," tengil Luke meringis.

Elora tertawa dengan menutup mulutnya memperlihatkan penampilan kami. "Aku tidak salah lihat, 'kan? Kalian coupe. atau sebatas couple sweather enga sengaja?" Terlihat dari ekpsresi Elora, dia menegerutkan kening saling bertanya. "Kenapa aku ketinggalan informan?"

"Ah, tidak! Aku sudah mengenakan sweather ini dari kemarin." Aku pun mengaruk kepalaku yang tidak gatal menutup kesalahpahaman di antara mereka. 

"Kenapa kalian kemari?"

Aku refleks menatap Luke. yang telah telah duduk manis di salah satu bangku. Bukankah kata Luke, kami kemari karean Elora memangilku?

Tiada jawaban, setelah Elora mengingat-ingat. "Oh iya! Aku hampir lupa." 

"Elora? Wajah lo pucet?"

Gadis itu mengalihkan topik memperlihatkan jam dinding. "Kembalilah jadwal mata pelajaran di jam yang sama, akan segera dimulai."

Luke mengalihkan ke arahku. Aku paham dengan situasi pun mengangguk tidak keberatan.

"Luke!"

"Setelah kelas selesai, banyaklah istirahat," tutur Luke mematuhi perkataan Elora, yang tidak memperbolehkannya untuk tetap berada disini. 

"Maaf karena merepotkanmu," ujarku meriiringi langkah menuju koridor.

"Dua kali lo bilang maaf ke gue."

Tidak sengaja memperlihatkan para murid Dreamland University, yang memperlihatkan ke arahku dengan berbagai tatapan. "Ini sangat menganggu," gumamku mengambil jalan tepi. Menghindari tatapan mereka.

"Kalau jalan lihat depan. Gak lucu, 'kan kalau jalan ketabrak tiang." Dikarenakan langkahku yang sedari menunduk, Luke menegurku.

"Gak nyaman juga jadi sorotan."

"Hidup gue udah penuh sorotan," ujar Luke tersenyum tipis. Dibelokan koridor falkultas, aku dengannya berpisah. 

Kemunculan Valenciona dengan kru antek-antek menghentikan langkahku. Aku menatap mereka dengan jengah. Jika aku memiliki kekuatan supernatural, mungkin ku akan menghilang tanpa jejak dari hadapan mereka.

"Gue gak suka tatapan lo, itu! Jangan ngarep naik martabat ya, elo!"

Aku pun memilih menduduk. Lagi-lagi di posisiku saat ini, aku merasa tersudutkan.

"Lo enggak beneran kencan sama Luke, 'kan?"

Sedikit mengenai Sisil. Sisil, berasal dari murid falkultas teknik kimia. Seseorang yang pernah menunpaiku dengan air kimia, adalah dirinya. Yang ku ketahui, Sisil dan Luke, adalah teman yang sama berada di falkultas teknik kimia.

Karena tiada respon dariku, Sisil mengertakku. "Gue butuh jawaban!"

"Padahal, jelas-jelas kemarin lo ditolak. Sekarang lo pakek pelet apa?" decih Valenciona membuka suara. Kemudian dianggukan oleh kru antek-anteknya.

Aku memutar balik arah. Memilih tidak merespon pembicaraan mereka sangatlah unfaedah.

Salah satu dari mereka hampir saja menghalangi langkahku, Valenciona segera mengehentikannya.

"Gue cuma mau tanya, dia beli sweeather H&M pakek duit apa?" 

Cih! Mereka sangatlah meremehkanku. Akan ku beli omongan pedas mereka dengan satu gerobak cabai lalu menyiram ke wajah sok highclass mereka. Jika aku berani, akan segera kulakukan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro