03] Damage
Author Pov's
"Belle! Penampilanmu sangat kotor sekali!" Teriak seorang gadis lain bernama Vanila melambaikan tangan ke arahnya. Gadis itu menerjap menebak, "Pasti telah kena bully! Dasar, Valenciona--"
"Sudahlah!" Bele memotongnya dengan cepat. Meski telah tertutup jaket oversize--sekiranya mengenakan jaket yang melebihi tubuhnya, bagi Vanila hal itu masih terlihat jelas meski tertutup dengan kain karung beras jumbo sekalipun.
Satu fakta, mereka adalah teman sebelum menjadi obreo. Meski terkadang dalam artian lain, hubungan pertemanan mereka tidak bisa dikatakan sebaik pertemanan pada umumnya.
"Tidak--"
Suara tepuk tangan tidak jauh dari arah mereka menghentikan pembicaraan. Sang pelaku menghentakan kaki keras berada diantara kami dengan sekilas menatap Vanilla dengan berdecih.
Tidak lain, Valenciona bersedekap memainkan rambut tipisnya dengan mengertakan giginya. Gadis yang cantik, tetapi tidak secantik dalamnya. Sangat disayangkan, hanya dengan tampang, tentu tidak bisa diukur dengan sebuah kecantikan.
Valenciona sengaja mengeret lengan tangan Bele kasar hingga mendapat perhatian dari beberapa murid yang berlalu lalang memperhatikan hal tersebut, meski dari mereka tidak ada yang berani menegahi salah satu dari mereka.
Valenciona memberi jarak sedikit berjauhan dengan jarak teman-temannya berada lalu tidak sengan mengebas tangan Belle melepaskan cengkaramnnya.
"Aww!" Belle menjerit memperhatikan pergelangan tangan yang dicengkeram Valenciona kini memerah.
Gadis itu tidak akan memperdulikan hal itu, kembali dengan tujuan ia kemari.
"Lo tau, Luke? Pemain basket yang ada di lapangan itu?" cecar Valenciona bertanya. Matanya mengekor ke arah siswi bernama Luke yang saat ini memantulkan bola.
Belle meneguk savilanya kasar. Ia sedikit bertanya-tanya apa yang direncanakan gadis licik dihadpannya ini.
"Gue mau lo nembak dia."
What the ... ?! Belle memulatkan mata sempat terkejut dengan perkataan Valenciona.
Gadis itu tersenyum sinis menyerigai. Kali ini, ia akan membuat malu Belle dihadapan banyak murid falkultas. Mana ada, murid sepopuler Luke merespon Belle, gadis berjerawat dengan julukan 'Beauty Acne'? Memikirkan itu membuatnya tersenyum lebar.
"Tidak mungkin! Luke tidak akan ...."
"Itu tujuan gue!" Valenciona berseru frontal. Rupanya, Belle tidak sebodoh itu.
***
Belle Pov's
Aku berada di koridor pingir lapangan setelah Valenciona meninggalkanku, eh tidak lebih tepatnya memberikan jarak.
Vanila terlihat khuawtir, menatapku dengan cemas, lebih baik aku mendekatkan arah ke arahnya terlebih dahulu. Aku mengatakan bahwa aku baik-baik saja. I'm fine.
"Gue gak mau lo kenapa-napa."
Valenciona sedaritadi memperlihatkanku, bersedekap tidak jauh dari kami berada.
"Gue mau lo nembak Luke, kalau engga ...."
"Kamu ga akan gangguin aku lagi, 'kan?" Aku membuat kesepatakan. Beruntungnya, Valenciona mau tidak mau mengangguk pelan.
Semoga saja, perkatannya tidak diingkari.
"Gue gak ngangu lo lagi, tapi lo bakal dipermaluin semua orang."
Anggap saja, itu sebuah sepakatan. Aku hanya ingin kehidupan kuliahku di Disney University ini tenang. Tanpa ada Valenciona, salah satu gadis yang suka membullyku dan mengatakan di semua orang bahwa aku adalah 'Beauty Acne'.
Aku terdiam, memikirkan perkataan itu. Logika dan hatiku sangat berlawan arah, seolah mereka teguh dengan pilihan mereka masing-masing.
"Belle ...."
Vanila menepuk pundakku membuayarkan lamunanku.
Aku segera mengarah ke tengah lapangan, mendekati seorang lelaki yang kini menjadi targetku sebelum aku dan Valenciona saling memberikan isyarat.
"Belle, dia itu licik." Valenciona menghentikan langkahku sejenak.
Aku harus membutuhkan tampang sekuat baja, agar tidak merasa ciut mendengar beberapa cibiran mereka tentangku, apalagi dihadapan Luke!
Aku cukup menyukainya diam-diam. Lalu, sekarang? Ralat, ini bukan keinginanku.
Kemungkinan terburuk terlintas begitu saja. Ketika aku telah berada tengah di lapangan, sesuai dugaan Luke mengahampiriku.
Suasana mendadak mengintimidasi. Detak jantungku berdetak lebih cepat sedangkan Luke melihat kearahku dengan mata elangnya. Meksi sekedar melihat ke arah ku memberikan efek luar biasa.
Aku berteriak dengan lantang, hampir semua orang tertuju kepadaku. Aku mengatakannya seolah semua orang tahu, aku-beauty acne memikat pangeran tanpa dengan caraku sendiri.
"AKU MENYUKAIMU!"
Siapa sangka, Luke malah mengelus kepalaku.
"Belle! Bangun!" Vanila berteriak dengan keras menyimpratiku dengan guyuran wastafel.
Detik itu juga kembali ke dunia dimana saat ini berada. Menepuk lesung pipiku selagi membuang mimpi itu jauh-jauh. "Cuma mimpi!"
Aku memperhatikan orang-orang disekitarku berlalu lalang. Mana mungkin Luke di dunia nyata seperti yang ku mimpikan? Jawabannya hanya ada mimpiku. Selagi memperhatikan lelaki itu bermain di lapangan, aku sedikit tersenyum. Mungkin mimpi itu datang karena aku terlalu menaruh harapan kepadanya?
***
Chapter ini gimana, huh?
aku kasih tau,
mungkin beberapa ada
pergantian POV
ekwk jangan bingung dulu ya😋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro