6
Bella melangkah cepat ke meja resepsionis hotel dengan wajah masam. Setelah perjalanan panjang dan acara yang melelahkan, dia hanya ingin mengunci diri di kamar dan tidur nyenyak.
“Saya mau ambil kunci kamar,” kata Bella singkat, nadanya terdengar tidak sabar.
Resepsionis tersenyum ramah, tapi raut wajahnya tampak canggung. “Maaf, Dokter Bella, kunci kamar sudah diambil sebelumnya.”
Bella mengernyit. “Diambil? Sama siapa?”
“Seseorang yang bernama Bella Mooi,” jawab resepsionis dengan nada hati-hati.
Bella menghela napas panjang, mencoba meredam amarah yang mulai membuncah. “Saya ini Bella yang sebenarnya. Kenapa kunciku bisa diambil orang lain?”
“Saya cuma jalankan prosedur, Bu,” jawab resepsionis, tampak makin gugup.
Bella langsung membalikkan badan dan berjalan cepat ke lobi. Dia tahu siapa yang bisa disalahkan untuk kekacauan ini, Reno, sepupunya yang suka bikin ulah.
Dengan napas tertahan, Bella melangkah mundur, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu Reno adalah orang yang mengatur semua akomodasi. Dengan langkah tegas, ia berjalan ke arah lobi, tempat ia melihat Reno sedang bercanda mesra dengan istrinya, Agmi.
“Ren,” panggil Bella tajam.
Reno tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. “Ada apa, Bel? Wajahmu kok kayak mau makan oranh?”
“Kunci kamar hotelku dipakai Bella Mooi,” jawab Bella langsung. “Jelaskan!”
Reno menggaruk kepala, tampak salah tingkah. “Ehh… Jadi gini, Bel. Hotel ini lagi penuh. Aku memang taruh dia di kamar yang sama dengan kamu. Besok ada yang checkout, baru bisa dipisah.”
Bella mendelik. “Ren, aku datang ke sini buat kerja, bukan buat urusan beginian. Aku nggak suka sekamar sama orang asing.”
Reno tersenyum kikuk. “Ya aku tahu, Bel. Tapi kan cuma semalam. Besok aku pindahin dia ke kamar lain. Sabar sedikit, tolong.”
Bella melipat tangan di dada, menatap Reno dengan kesal. “Aku capek, Ren. Sudah nggak mau ribet lagi.”
“Aku ngerti, Bel, tapi ini darurat. Please, cuma semalam aja,” pinta Reno.
Bella mendengus. “Besok kamu yang harus beresin semua ini. Kalau nggak, aku lapor ke Kakek.”
Reno tertawa kecil. “Oke, oke, aku janji. Besok semua beres.”
Bella memutar bola matanya, lalu berjalan pergi menuju kamar dengan langkah berat.
***
Begitu membuka pintu kamar, Bella terkejut melihat kekacauan di dalamnya. Pakaian berserakan di atas sofa, koper besar tergeletak sembarangan, dan aroma uap dari kamar mandi memenuhi udara.
“Ini kamar hotel atau kapal pecah?” gumam Bella kesal.
Saat dia mencoba menata pikirannya, pintu kamar mandi terbuka. Seorang pria keluar, rambutnya basah, hanya mengenakan celana panjang, dengan tubuh setengah telanjang yang masih berkilauan akibat sisa air.
Bella terdiam, matanya membelalak. “Apa-apaan ini?”
Pria itu juga terlihat terkejut, langsung meraih handuk dan menutupi dadanya. “Eh… aku bisa jelasin…”
Bella menunjuknya, suaranya meninggi. “Kamu siapa? Kenapa ada di sini?”
Pria itu ragu-ragu, tapi kemudian menghela napas panjang. “Aku… sebenarnya aku Bella Mooi.”
Bella memutar matanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Apa?! Jadi kamu Bella Mooi?!”
Pria itu, hanya menggaruk kepalanya, mencoba tersenyum canggung. “Ehm… rahasiaku ketahuan ya?”
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro