15
Dona sedang duduk di ruang tamu rumah Agmi bersama teman-temannya, Nindy, Dea, Nara, dan Agmi. Mereka tengah serius mempersiapkan diri untuk UKMPPD yang tinggal hitungan minggu lagi. Laptop dan buku berserakan di meja, beberapa coretan soal terpampang di papan tulis kecil yang mereka gunakan untuk belajar kelompok.
Saat Dona mencatat poin penting dari diskusi mereka, ponselnya berbunyi. Ia mengintip layar sebentar dan melihat notifikasi chat dari Bella.
dr Bella
Lagi apa? Sibuk nggak?
Dona mengerutkan dahi, bingung dengan nada pesan itu. Bella? Chat seperti ini? Ia berpikir, apakah ini gaya Bella yang biasanya dingin dan formal? Pesan ini terasa… berbeda. Seperti seseorang yang sedang ingin PDKT.
“Ah, nggak mungkin,” gumamnya pelan. Ia menepis pikiran itu, mencoba fokus kembali ke diskusi.
Namun, rasa penasaran tetap menghantui. Setelah beberapa detik memikirkannya, Dona akhirnya mengetik jawaban
Mooi_
Lagi belajar kelompok buat UKMPPD di rumahnya Agmi bareng temen-temen seangkatan. Kenapa Dok?
Pesan itu ia kirim, lalu ponselnya ia letakkan begitu saja di sofa. Tanpa menunggu balasan, Dona kembali bergabung dalam diskusi. Ia dan teman-temannya mulai saling tebak-tebakan soal materi ujian, mencoba mengingat detail penting yang mungkin akan keluar nanti. Mereka belajar dengan serius hingga tubuh mereka mulai lelah, dan satu per satu akhirnya tertidur di ruang tamu.
Dona terbangun beberapa jam kemudian. Ia membuka matanya perlahan dan mendapati Dea tidur di sofa di sampingnya. Dea adalah teman seangkatannya yang selama ini membuat Dona sedikit grogi. Meskipun ia tahu bahwa Dea hanya menganggapnya teman biasa, Dona tidak bisa menahan rasa sukanya.
Saat Dona melihat wajah Dea dari dekat, ia menyadari ada sehelai bulu mata jatuh di pipinya. “Permisi, ya,” bisik Dona dalam hati, mendekat untuk mengambil bulu mata itu dengan hati-hati.
Tiba-tiba suara familiar memecah keheningan.
“Sekarang aku percaya kamu bukan transgender, Dona. Tapi kamu cowok mesum yang suka nyerang cewek waktu tidur,” kata Bella dengan nada sarkastik.
Dona terlonjak, wajahnya langsung memerah. “Dokter? Ngapain di sini malam-malam gini?”
“Ini belum malam, baru jam 10,” jawab Bella santai sambil melipat tangan di dadanya. “Kebetulan aku mampir ke rumah Aina, adikku, di sebelah sini. Rumah ini kan punya Reno, sepupuku.”
Dona mengusap wajahnya, berusaha menghilangkan rasa malu. “Dokter ngapain tiba-tiba muncul? Ada urusan penting?”
Bella melirik Dona dengan tatapan menilai. “Baca dulu chat-ku. Baru kita ngomong di luar.”
Dona kebingungan. Ia buru-buru meraih ponselnya yang sejak tadi tergeletak di meja. Ia membuka pesan Bella yang terakhir dikirim. Di situ ada balasan tambahan yang belum ia baca.
dr Bella_
Aku serius nanya ini. Kalau kamu nggak sibuk, kamu mau nggak… jadi pacarku?
Mata Dona melebar, otaknya seperti berhenti bekerja sesaat. Apa-apaan ini? Bella Prawirohadjo, dokter spesialis kulit yang dikenal dingin dan tidak peduli pada laki-laki, mengajaknya pacaran?
Dona menelan ludah, jantungnya berdebar keras. Ia menoleh ke arah Bella yang sudah menunggunya di dekat pintu. Dengan napas tertahan, Dona berjalan keluar, siap menghadapi percakapan yang tidak pernah ia duga akan terjadi.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro