Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10

Sore itu, kantin rumah sakit dipenuhi oleh suara obrolan dan bunyi piring yang beradu. Dona duduk di salah satu meja panjang bersama teman-temannya, menikmati momen santai di tengah hari-hari terakhir mereka sebagai koas. Di depannya, piring-piring berisi nasi goreng, gorengan, dan teh manis berjejer, menjadi teman obrolan yang tak kalah penting.

Nindy, dengan gaya khasnya yang suka memancing percakapan, membuka diskusi sambil menyuap nasi goreng. “Eh, Agmi,” katanya sambil menunjuk dengan garpu, “kenapa ya aku nggak ditunjuk jadi brand ambassador produk skincare barunya Reno? Padahal aku, kan, beauty vlogger juga. Followers-ku lebih banyak dari Bella Mooi itu!”

Agmi mendesah, meletakkan sendoknya. “Nindy, aku sudah bilang, itu keputusan Reno. Aku nggak bisa ikut campur. Dia yang milih Bella Mooi, dan katanya cocok sama konsep produknya.”

“Tapi dia sombong banget!” balas Nindy sambil menggeleng. “Aku aja males ngikutin dia di media sosial. Nggak tahu apa bagusnya dia.”

Dea yang duduk di seberang mereka tertawa kecil sambil menggigit gorengan. “Aku malah penasaran sama Dokter Isabella. Menurutku dia itu kayak kembarannya Bella Mooi. Mirip banget, cuma vibe-nya beda jauh. Bella Mooi itu ceria, imut-imut, sedangkan Dokter Isabella... serem.”

Nara, yang sedang menuang teh ke gelasnya, mengangguk setuju. “Iya, aku juga sempat mikir mereka itu orang yang sama. Kukira Dokter Isabella ganti konsep jadi beauty vlogger.”

Dona, yang sedari tadi mendengarkan dengan tenang sambil menyeruput teh manisnya, hanya tersenyum kecil. Dalam hati, ia bersyukur wajahnya masih tertutup riasan Bella Mooi selama di acara launching, sehingga mereka tidak menyadari apa pun.

Namun, Dea tiba-tiba menoleh ke arah Dona dengan ekspresi penasaran. “Eh, Dona, aku baru sadar, deh. Wajahmu juga mirip sama mereka! Kalau dipikir-pikir, kamu itu kayak versi cowoknya Bella Mooi sama Dokter Isabella. Gimana bisa ya kalian mirip banget?”

Dona langsung tersedak teh yang baru saja diminumnya. Ia buru-buru mengambil tisu untuk membersihkan mulutnya, berusaha menjaga ekspresinya tetap netral. Sebelum ia bisa menjawab, Nindy menyela sambil tertawa. “Ah, nggak mungkin! Dona kan cowok. Tapi aku setuju sih, kalau Dona jadi cewek, dia bisa banget mirip Bella Mooi.”

Dea tertawa sambil menambahkan, “Eh, katanya orang yang wajahnya mirip itu sering berjodoh, lho. Bisa jadi kamu berjodoh sama Dokter Isabella, Dona!”

Dona, yang merasa jantungnya berdegup lebih kencang, buru-buru menggeleng. “Nggak mungkin,” katanya dengan tegas. “Dokter Isabella itu jutek banget. Aku nggak bakal tahan sama orang kayak dia.”

Baru saja Dona selesai berbicara, suasana di meja mendadak berubah canggung. Dari sudut mata, ia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Dokter Isabella berdiri di pintu kantin, membawa nampan makanannya.

Semua kepala serempak menoleh ke arah yang sama. Isabella, dengan tatapan dingin yang khas, memandang Dona dan teman-temannya tanpa berkata apa-apa. Matanya menyipit sedikit, jelas mendengar percakapan mereka tadi. Ia lalu melangkah ke meja lain dengan wajah tanpa ekspresi.

Ketegangan di meja mereka terasa nyata. Dona menunduk, berusaha mengalihkan pandangan. Teman-temannya pun saling tatap, berusaha menahan tawa atau rasa cemas.

Dea memecah keheningan dengan suara pelan. “Yah, setidaknya dia nggak bilang apa-apa. Tapi tatapannya... serem banget!”

Dona hanya bisa menghela napas panjang, berharap percakapan tadi tidak berujung pada masalah besar dengan dokter kulit yang terkenal judes itu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro