20 • Yeosang & Jongho ♡
.
.
Yeosang merebahkan dirinya di katil bilik tetamu , mencari ketenangan.
Kepalanya tertoleh ke samping, memandang sosok anak kecilnya yang tidur dengan pulas di dalam katil bayi.
Dia tidak boleh menipu dirinya.
Dia tak rela membohongi ibunya,
Cukuplah sekadar perasaannya tak mampu dia sembunyikan daripada kawan baiknya, Wooyoung.
Wooyoung amat hebat membaca rahsia hatinya.
Disebabkan itulah Wooyoung merancang semua ini.
Membiarkan Yeosang dan Jongho kembali bertautan mata.
Bukan setakat itu, hati mereka juga terpaut antara satu sama lain. Sekali lagi.
Terhadap Encik Choi yang dia sayangi.
Yang pernah dia sayangi.
Dia sudah ada Yuna, anaknya dalam hidup.
Mengapa jiwanya masih meronta-ronta menginginkan kasih daripada Encik Choi ?
Tapi, Encik Choi sudah berubah.
Tak salahkan jika dicuba ?
" Yeosang, terima kasih kerana sudi memandang wajahku lagi. "
Teringat ucapan Jongho kepadanya sebaik sahaja Yeosang setuju untuk menapak masuk dan menjamu hidangan di rumahnya.
Yeosang rindukan dia.
Namun dirinya takut peristiwa lalu akan berulang kembali.
Kali ini dia ada Yuna, dia tidak mahu meletakkan anak kandungnya dalam bahaya dan risiko jika dia kembali hidup bersama Jongho.
San hyung pernah meyakinkan sebaliknya, bahawa Jongho sudah berubah dan menyesali kekhilafannya.
Dia perlu sedikit masa untuk membuat keputusan.
Mungkin dengan memberikan Jongho peluang untuk membuktikan dirinya memang bersungguh untuk hidup bersama Yeosang..
Itulah kata putus Yeosang.
Dia akan cuba buka hatinya untuk menerima Encik Choi semula.
Tak banyak, namun tetap mampu membenarkan bunga cinta di hatinya perlahan-lahan mekar kembang buat membina semula kehidupannya bersama Jongho.
.
.
.
.
" Encik Choi , saya pulang dulu .
Terima kasih kerana mengizinkan kami bermalam di sini .
Terima kasih juga kerana telah menjaga Yuna selama ini , membawanya pulang dari pusat asuhan dan mendorongnya untuk lebih terbuka dengan orang lain .
Kami balik dulu , ya .
Terima kasih . " , tutur Yeosang
Namun sebelum sempat Yeosang melangkah keluar pagar , Jongho bersuara ;
" Tak mahukah kau menginap lebih lama ?
Hari ini daycare nya cuti , bukan ?
Bakal sukar untuk kau bekerja jika dibawa sekali Helena ke tempat kerja kau .
Dia kelihatan sungguh berenergi sekali untuk dibawa sekali ke tempat kerjamu . "
Mulut Yeosang tak habis-habis ingin mengatakan tidak , dia tidak mahu menyusahkan sesiapa .
Namun kerana tekadnya semalam , dia membalas ;
" Kuingatkan tak akan kau pelawa kami menginap di sini lagi .
Jika tidak keberatan , bolehkah aku titipkan Yuna denganmu Encik Choi ? "
" Silakan . Jangan risau , akan kuminta beberapa pekerja di rumah ini mengasuhnya .
Engkau mahu ke tempat kerja ?
Mari kuhantarkan .
Jika tidak mahu kuhantarkan , aku akan tugaskan pemanduku yang membawamu ke sana . "
" Boleh . "
.
.
Awalnya Jongho keliru .
Jawapan "Boleh" Yeosang itu tadi buat tawarannya yang mana . Sama ada dia yang menghantar , atau pemandu peribadinya .
Namun kemusykilannya itu terjawab ketika Yeosang memberikan senyuman termanisnya setelah dia melepaskan Yuna berlari-lari kecil bermain dengan pembantu rumahnya .
" Jom . Nanti kuberitahu alamat tempat kerjaku . " , katanya kemudian keluar menuju garaj kereta .
Jongho yang melihat itu tersenyum tipis .
Sempat dia capai jaket berwarna coklat gelap , kunci kereta dan sling bag yang menempatkan kad kredit dan telefon bimbitnya sebelum mendapatkan Yeosang .
" Dada , byee ! " , bunyi Yuna .
" Bye sayang , Dada !
Nanti kita main sama-sama ye , lepas Dada hantar Papa . " , balas Jongho kemudian mencium pipi gembul bayi itu .
Yeosang memang tak melafazkannya, namun Jongho tahu benar bahawa Yeosang kini sedang perlahan-lahan mencuba merapatkan diri dengan Jongho semula .
Buktinya , setelah sebulan ini , Jongho selalu menghantar dan menjemput Yeosang dari tempat kerja .
Tak lupa juga dia sering menghantar Yeosang dan Yuna ke kediaman Yeosang dan Ibu Kang .
Semestinya , kemunculannya memeranjatkan Ibu Kang .
Namun Ibu Kang sudi menerimanya dengan hati yang terbuka .
Kali terakhir mereka bersua dahulu ketika di majlis perkahwinan Yeosang.
Di mana Jongho datang memeluknya erat dan meminta maaf atas segala kejahatannya kepada Ibu Kang dan Yeosang.
Puan Yena yang masih menggunakan kerusi roda itu mengalirkan air mata gembiranya sambil memeluk anak tiri angkatnya itu .
Secara praktikalnya , itulah gelaran Jongho . Kerana dia adik angkat San .
Tak hairanlah jika diceritakan bahawa setelah tiga bulan kemudian , Jongho membawa Yeosang, Yuna dan Ibu Kang pindah masuk ke rumahnya.
Mereka akan memulakan kehidupan baharu yang selama ini diidamkan .
.
.
.
.
Dahi mulus Helena Jongho kucup seketika .
" Sleep tight , sayang Dada . " , ujarnya perlahan .
Dia kemudiannya melangkah keluar dari bilik bayi Yuna menuju ke bilik utamanya .
" Sayang , sudah kutidurkan Helena di katil bayi dalam biliknya . " , ucap Jongho .
Dia terus merebahkan diri di sebelah Yeosang yang sedang khusyuk dengan telefonnya .
" Hm . " , sahut Yeosang ringkas
" Sayang , apa yang disibukkan sangat dengan telefonmu itu , hm ? " , soal Jongho .
" Awak , saya tengah baca tips bawa bayi bercuti ni .
Memang kita dah ada kerusi bayi yang boleh kita letakkan dalam kereta , tapi tetaplah saya study untuk memastikan keselesaan Yuna .
Saya tengah baca artikel tentang kekhuatiran ibu bapa terhadap bayi yang duduk lama-lama di kerusi bayi dalam kereta . Perlu titikberatkan tulang belakang dan kelancaran pernafasan bayi juga .
Perlu beli juga alat penutup telinga supaya dia tak merengek bila dengar bunyi kuat angin atau bunyi asing dalam kereta nanti.
Nanti saya nak belikan penutup telinga comel-comellah .
Banyak benda saya nak sediakan , esok saya mula pack pakaian dan barangan keperluan lain .
Saya rasa saya nak .... " , begitulah Yeosang bercerita ibarat mekanisme letupan bertih jagung .
Jongho menopang sisi kepalanya sambil memandang Yeosang dengan mata berbinar dan senyuman manis miliknya .
Dia gembira .
Yeosang miliknya ini sudah menerima dirinya , memaafkan kesalahannya dan bersedia menghadapi kehidupan mendatang bersama .
Kini mereka sedang membuat persediaan untuk bercuti. Selagi mampu kan ? Baiklah bersiar-siar dan makan angin bagi mencipta memori indah bersama insan tersayang . Healing lah katakan .
" .. Awak
Awak , saya panggil ni !
Saya cakap dengan awaklah !
Encik Choi ! "
○
Dejavu . Panggilan itu .
Satu-satunya panggilan yang keluar daripada mulut Yeosang yang Jongho sangat suka dengari sebelum ini .
Namun kini , sebutan nama panggilan itu sangat dilarang keras oleh Jongho
" Don't Encik Choi me anymore , sayang .
I told you too many times .
It reminds me of how bad I treated you back then . " , katanya .
Jongho memegang sebelah tangan Yeosang lalu dikucupnya penuh kasih .
Jongho kemudian bangun dari pembaringan dan duduk bersandar di kepala katil bersama Yeosang .
" Yes , darling .
What was it , again ? "
Yeosang memaparkan wajah meluat .
" Saya bukan main cakap panjang lebar tadi , awak tak dengar apa-apa langsung ? " , marahnya .
Dia mematikan telefon pintarnya , menaruknya di meja sebelah katil dan terus menarik selimut , berbaring membelakangi Jongho .
" Sayang .. " , pujuk Jongho .
" I heard you ..
Some cute stuff for Helena, your worries about eomma was left behind by us, about your job and else .
I just got love struck by the way you talk .
I love it .
So much . " , katanya sambil kembali berbaring dan menarik lembut tubuh Yeosang ke dalam dakapannya | memberi back hug
" Forgive me ya sayang ? "
Kucupan halus didaratkan di bahagian belakang leher Yeosang yang terdedah .
Geli , ngilu dan meremang .
Itu yang Yeosang rasakan .
Yeosang kemudiannya membalikkan tubuhnya dan mengecup dahi Jongho seterusnya menyelesakan dirinya dalam rangkulan Jongho .
" We'll talk about it later .
Now , let's fall into our dreamland . " , balas Yeosang .
Namun kata Yeosang itu tidak bertahan lama sebelum dia bertutur lagi .
" Tak sangka , daripada ungkapan
Bela aku , Encik Choi
Akhirnya dapat juga saya ucapkan ;
Belai aku , Encik Choi
.. tanpa ragu .
Caress me , Mr. Choi . "
Tidak mengambil masa yang lama , Jongho mengusap lembut pucuk kepala Yeosang dengan penuh kasih sehingga Yeosang terlena .
.
.
.
○ Bela(i) Aku Encik Choi [TAMAT]
• Here an epilogue & extra chapters 》》
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro