"Kuroo-san," Kuroo menengok, mendapati kekasihnya yang menyodorkan handuk dan botol minum dengan wajah yang tertunduk.
"Sangkyu," Laki-laki itu mengambil Botol minum yang disodorkan, seringai jahil terpasang di wajahnya yang berkeringat.
"Eh?" [Y/N] sedikit mendongak menatap bingung Kuroo, "Handuknya-"
Wajah [Y/N] memerah, mendapati Kuroo yang berkeringat disertai seringaian kucingnya yang harus gadis itu akui cukup tampan berada sangat dekat dengan wajahnya.
"Kenapa bukan kau saja yang mengelap keringatku, hm?" Wajah Kuroo mendekat, [Y/N] mundur beberapa langkah ke belakang.
"Ini terlalu dekat!"
Tanpa sengaja, [Y/N] tersandung keranjang bola dan hampir terjatuh. Untung saja Kuroo refleks menahan badan gadis itu, wajah [Y/N] makin memerah dikarenakan posisi mereka yang terbilang sangat dekat.
Kuroo memeluk [Y/N] dengan sangat erat, laki-laki itu juga menenggelamkan kepalanya di bahu [Y/N]. Bau keringat yang diam-diam [Y/N] sukai mulai tercium, hidung [Y/N] yang tertempel di bahu Kuroo menjadi alasan.
"A-ano, Kuroo-"
"Panggil nama depan."
"Eeh?"
Yaku yang notabenenya berjiwa ibu-ibu, alias hobi bergossip ria mulai menghampiri Kenma yang berstatus sebagai kakak sepupu [Y/N]. Kakak sepupu yang terbilang overprotective, seringkali Kenma memarahi cowok manapun yang berniat memacari [Y/N].
Kuroo pengecualian, Kenma sendiri awalny tidak setuju. Dikarenakan sifat Kuroo yang sering menggoda gadis-gadis bahkan saat ia memiliki pacar.
Kenma tidak mau melihat [Y/N] sedih, itu saja.
"Heh, liat itu," Yaku mulai mengadu.
Kenma mengedarkan pandangannya, mendapati Lev yang sedang menahan tawa seraya menunjuk ke suatu arah. Barulah Kenma menyadari [Y/N] dan Kuroo yang sedang berpelukan.
"Hei," Kenma menoel bahu Kuroo. "Lepaskan, aku tidak mau adikku tertempel bau keringatmu."
Kuroo menggeleng di lekukan leher [Y/N], "Dia harus memanggil nama depanku dulu, baru kulepaskan."
Telinga [Y/N] ikut memerah karena berada lama di posisi yang sangat dekat dengan kekasihnya itu, Kenma sendiri kadang bingung kenapa gadis pemalu seperti [Y/N] dapat berpacaran dengan laki-laki seperti Kuroo.
"Kau akan membuatnya pingsan," Kenma mulai jengah.
"T-tetsurou.."
Suara yang terlampau kecil, bahkan Kuroo sendiri meragukan pendengarannya saat mendengar gadis itu memanggil nama depannya. Akhirnya Kuroo menjauhkan tubuhnya dari [Y/N] tapi tidak cukup jauh untuk melepas pelukan yang sedari tadi terjalin.
Kuroo tersenyum lebar, [Y/N] hanya menatap.
Tak disangka-sangka, Kuroo kembali mendekatkan wajahnya. Kali ini ia berniat mencium [Y/N], gadis itu sempat panik merasakan nafas Kuroo yang terjatuh di pipinya.
Sayangnya Kenma melempar bola kearah Kuroo sebelum cowok itu mendaratkan bibirnya di bibir [Y/N], Kuroo meringis.
Sementara Kuroo mengusap-usap bagian kepalanya yang terkena bola, Yaku berteriak sambil menunjuk [Y/N] yang sudah terkapar di lantai.
%
"Berhenti menjahili adikku." Kata Kenma, saat ini ia dan Kuroo sedang makan di salah satu warung pecel lele dekat komplek yang mereka tempati.
"Aku tidak menjahilinya," Kuroo menopang dagu. "Lagipula dia 'kan pacarku."
Kenma mendengus melihat Kuroo yang tersenyum miring, "Aku bingung kenapa dulu aku mengizinkanmu berpacaran dengan dia."
Kuroo mengangkat alis, "Kenapa? Kau cemburu?"
"Aku. Normal." Kenma menegaskan, Kuroo hanya terkekeh menanggapi.
"Tapi aku tidak menyangka dia se-pemalu itu." Kuroo menggesek-gesekkan betisnya yang terasa gatal.
Kenma tidak menanggapi, untuk sementara hanya deru nafas keduanya dan suara alat masak yang terdengar.
"Kuroo," Kenma memanggil dengan nada datar.
"Hm?"
"Kalau aku sampai mendapatimu membuatnya sedih," Ucapan Kenma terpotong. Kuroo menengok, mendapati Kenma dengan sebilah pisau di tangan kanannya.
Mata Kenma menyipit, Kuroo memundurkan badannya sedikit. "Kau akan disunat dua kali."
Kuroo mengangguk cepat-cepat, "Oke, aku janji."
Kenma kembali duduk dengan tenang.
"Lagipula, apa sih yang membuatmu menyukainya?"
Kuroo menaikan sepasang alisnya, "Aku hanya suka melihat ekspresinya, terlebih saat wajahnya memerah. [F/N] terlihat sangat manis."
Kenma bergumam mengiyakan.
Ponsel Kuroo berbunyi, menandakan sebuah panggilan masuk yang harus segera diangkat.
"Moshi moshi, ha'i?" Dahi Kuroo terlipat, pikirannya menggali memori tentang seseorang dengan suara yang kini tersambung dengannya melalui telepon.
Sementara Kenma menyantap pecel lele yang ia pesan dengan tenang, seakan tidak peduli dengan apa atau siapa yang berbicara dengan Kuroo.
"Ah! Hitoka-chan! Hishashiburi!" Kenma berhenti sejenak, melirik Kuroo yang menggaruk-garuk tengkuknya yang Kenma yakin tidak gatal.
"Iya, aku juga merindukanmu. Bagaimana kabarmu?"
Untuk malam itu, Kenma tidak terlalu menaruh curiga pada Kuroo. Seingatnya, Hitoka Yachi memang adik kelas Kuroo semasa SMP. Wajar saja jika mereka dekat.
Anehnya, belakangan [Y/N] terlihat murung. Kenma awalnya berpikit gadis itu sedang dalam masa datang bulan, nyatanya tidak.
Gadis itu juga jarang datang ke gymnasium, padahal biasanya setiap akhir latihan batang hidungnya selalu terlihat. Setiap ditanyakan kepada Kuroo pun cowok itu hanya menjawab tidak tahu dan berkata bahwa [Y/N] mungkin sedang sibuk.
"Kenma?" Kepala [Y/N] menyembul dari dalam pintu kelasnya, mendapati kakak sepupunya yang berdiri menunggu. "Ada apa?"
Kenma menarik lengan [Y/N] pelan, "Langsung saja. Kau ada masalah dengan Kuroo?"
Ditanya seperti itu, [Y/N] hanya menundukkan kepala tanpa menjawab.
"Jawab." Kenma berkata tegas, ia sungguh tidak suka melihat [Y/N] yang murung dan tidak mau jujur seperti ini.
Gadis itu akhirnya merogoh saku roknya dan mengambil ponsel miliknya, setelah diotak-atik ia menunjukkan layar ponsel itu kepada Kenma.
Kenma mendecih.
"[F/N]?" Bertepatan dengan itu, Kuroo datang dari belakang Kenma.
Kenma berbalik, menatap teman sedari kecilnya itu dengan tatapan datar. Sementara [Y/N] baru menyadari kehadiran Kuroo dan terlambat menyembunyika ponsel miliknya yang menampilkan foto Kuroo dan Yachi.
Gadis itu hanya berbalik dan berjalan pergi, Kuroo yanh baru sadar berniat mengejar [Y/N] namun dihadang Kenma.
"Kau sudah berjanji," kata Kenma.
Untuk kali ini, [Y/N] berjalan meninggalkan Kuroo sebelum laki-laki itu melakukan hal sebaliknya.
%
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro