sukma |• bagian kedua
Kuroo menutup pintu pelan, diikuti suara kunci yang diputar tanda pemilik apartemen sudah tak mau diganggu siapa-siapa. [name] mengeratkan selimut dari balik sofa, tak sia-sia dirinya menunggu enam jam lamanya.
"Belum tidur?"
Kenapa gadis itu bisa masuk ke apartemen Kuroo? Tentu saja, kunci cadangan. Kuroo memang meminta bantuan [name] kalau-kalau dirinya tak pulang dalam waktu yang lama. [name] bersedia mengurus tempat tinggalnya supaya tak berdebu saat ditempati kembali.
"Belum. Nunggu kamu."
"Segitu kangennya?"
"Kamu free berapa hari?"
Netra coklat menatap Kuroo dengan sorot lemas, tahu kalau laki-laki itu kemungkinan besar tak bisa menemaninya lama-lama.
Ya, bahkan setelah masuk kuliah, Kuroo tetap aktif bermain Voli. Bahkan lebih sibuk dari semasa sekolah, dirinya juga harus mengurus segala tugas yang diberikan dosen.
"Besok aja," jawabnya seraya merangkul bahu [name].
Kedua insan itu kemudian duduk bersama dengan mata berfokus pada televisi, kebetulan tayangan saat ini adalah film 365 Days. Jam menunjukan pukul dua pagi, tak aneh film dewasa itu ditayangkan.
"Aku mau mandi dulu," kata Kuroo, seakan meminta izin untuk melepaskan pelukannya.
"Udah malem, nanti sakit."
Nggak ada hal baik yang terjadi selepas pukul dua pagi. Mungkin kutipan ini cocok menggambarkan keadaan [name] dan Kuroo saat ini. Gadis itu sebenarnya ingin berinteraksi lebih, membicarakan apa saja asal Kuroo mau menanggapinya. Hal yang sama dirasakan si laki-laki, namun keduanya sama-sama lelah dan terlalu mengantuk.
Dua pasang mata bertatapan, tak ada satupun yang mau memutus kontak. Bahkan Kuroo menyenderkan kepalanya pada bantalan sofa, mencari posisi yang nyaman agar bisa terus saling menatap netra.
Pikiran [name] mulai tak waras, atau begitulah yang ia sendiri batinkan. Aroma parfum yang gadis itu rindukan, bercampur keringat yang dihirupnya serasa makin menyengat. Netra coklat turun pada dada bidang, berisi dan berotot adalah hal yang pasti.
[name] ingin menyentuh Kuroo.
Cowok itu menegakan punggung, kepala mendekat menghapus jarak antara keduanya.
"Kiss me. I know you want it."
Gadis itu tak berekspresi, malah mengeraskan rahang sebagai pertanda emosi yang ditekan habis-habisan.
Jangan. Jangan lakukan itu.
Dewi fortuna berpihak pada Kuroo Tetsurou. Film yang ditayangkan kebetulan sekali menampakan adegan intim. Desahan si perempuan yang diculik terdengar nyaring bercampur dengan latar suara kulit yang saling beradu. Juga erangan manly si mafia, what a scene.
Kuroo mendengus, tanpa ragu ia angkat dagu [name] dan mencium bibir rakus. Gadis itu langsung bereaksi, kedua tangan bergerak mengelus leher serta remasan tak lupa ditinggalkan pada surai hitam. Kuroo mengerang.
"Ngh-ha Kuroo...."
"Shit, kamu nggak pake daleman? Were you expecting something?"
Menit demi menit dilalui dengan suara nyaring serta deru nafas yang terus memanas, Kuroo menandai leher serta tulang selangka gadisnya dengan kecupan-kecupan yang menghasilkan desahan keras. Kedua telapak kasar menyusuri badan, masuk kedalam pakaian dengan usapan-usapan panas.
Saat badan [name] tak kuasa melawan tenaga seorang atlit yang tengah menyentuh tubunya, Kuroo berniat mengubah posisi dengan menindih si gadis. [name] menurut, pelan-pelan membaringkan diri dengan punggung yang membusung cantik.
"ARGH-"
Kaki Kuroo terpeleset pinggiran sofa.
Duk!
Laki-laki itu terhempas diatas lantai, dengan kepala yang lebih dulu menghantam ujung meja kaca.
"KUROO!"
❝ Baby, be mine tonight,
mine tonight ❞
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro