secret admirer •| todoroki shouto
"[F/N]-san," Kaminari dan Ashido menghampiri gadis yang tengah duduk di perpustakaan saat jam istirahat. "Hng?"
Kaminari berkedip, merasa ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. "Bisakah kau ajari kami? Saat UTS kemarin nilai kami kedua terendah, kumohon!"
[Y/N] yang notabene-nya peringkat kedua saat UTS (mendapatkan nilai yang sama persis dengan Iida) hanya menunjukkan ekspresi datarnya. "Maaf aku sibuk."
"Mou, kau itu terlalu dingin, [F/N]-san!"
"Jika memang sedingin itu, aku tidak akan memperbolehkan kalian menyebut nama depanku."
Bel tanda masuk memotong argumen yang hendak keluar dari mulut Ashido, [Y/N] langsung pergi tanpa berkata sepatah katapun. Kaminari terus memperhatikan punggung gadis itu yang makin menjauh.
"Sayang sekali, padahal dengan otak pintar dan wajahnya yang cantik ia pasti mudah mendapatkan teman." Sahut Ashido menyadari Kaminari yang terus menatap kepergian [Y/N].
"Justru ekspresi jutek-nya itulah yang menjadi daya tarik."
Selama setengah tahun menduduki kursi di kelas 1A SMU U.A [Y/N] hampir tidak memiliki teman, jangan salahkan ekspresi jutek dan sikapnya yang dingin. Faktanya masih banyak murid dari kelas lain yang berusaha mendekati [Y/N], ada yang sekedar ingin berteman dan ada yang berniat lebih dari teman. [Y/N] sendiri selalu menanggapi semua itu dengan cuek, toh kakak-nya juga sangat membatasi pergaulan [Y/N]. Mengetahui [Y/N] memilih jalan sebagai hero dan sekolah di U.A saja membuat Tomura kesal.
Namun, siapa sangka orang yang cuek setengah mati seperti [Y/N] pernah mencoba menyatakan cinta-nya pada seorang laki-laki dikelasnya? [Y/N] memutuskan menyimpan surat cintanya itu di loker Todoroki langsung. Atas saran kakaknya, katanya kau tidak seharusnya melewatkan cinta pertamamu.
Todoroki Shouto itu orang yang cuek. Cuek bawaan dari lahir, bukan seperti [Y/N] yang dipaksa kakaknya untuk menutup diri dari semua orang. [Y/N] tahu betul hal itu, sebuah antisipasi jika surat cintanya dibuang. Dan—benar saja, Todoroki bahkan berkata bahwa ia tidak akan menerima cinta dari wanita manapun, ia sudah punya perempuan yang ia cintai.
~~
"Jadi surat pernyataan cintamu dibuang?"
[Y/N] memutar bola matanya. "Lagipula surat itu adalah usaha terakhirku, aku tidak akan mencoba mendekatinya lagi."
Tomura mendecih, "Kalau baru diabaikan saja sudah menyerah, apa kabar perasaanmu saat melihatnya dengan perempuan lain?"
"Iya deh, kau yang pernah ikut kencan buta dan hampir disodomi waria memang tahu segalanya."
"Mati sana."
Anehnya, [Y/N] dan sang kakak -kesampingkan fakta bahwa usia mereka terpaut tiga belas tahun- banyak memiliki kemiripan. Meskipun [Y/N] memutuskan menjadi hero dan sekolah di UA sementara Tomura memilih jalan sebagai villain, kedekatan mereka sama sekali tidak terganggu.
"Aku berangkat." Kata [Y/N] sesaat setelah menalikan tali sepatunya dan berjalan meninggalkan kediaman Shigaraki, Tomura hanya bergumam sebagai jawaban.
~
Ujian praktek pertanda berakhirnya semester pertama akhirnya tiba, kepala sekolah langsung yang memberi tahu bahwa tiap siswa akan dipasangkan dan melawan seorang guru.
Ekspetasi memang kadang berkhianat. [Y/N] dari awal sudah komat-kamit berdoa pada tuhan supaya dipasangkan dengan laki-laki yang disukainya. Sayang, realitanya Shouto dipasangkan dengan Yaoyorozu.
Ya, biarkan [Y/N] memanggil laki-laki itu dengan nama depannya. Setidaknya didalam hatinya sendiri, biarkan gadis itu merasa dekat dengan laki-laki yang selama ini dikaguminya, walaupun hanya sebatas ilusi.
"[F/N]-san," Kepala sekolah menengok kearah [Y/N], "Kau akan melawan Aizawa-sensei."
[Y/N] kaget menyadari Aizawa-sensei sudah dipastikan akan melawan Todoroki dan Yaoyorozu. Terbesit pikiran negatif, apakah ia akan menjadi orang ketiga—di tim mereka?
Kepala sekolah kembali bersuara, "Namun seorang diri, dikarenakan kelas 1A ganjil. Apakah kau sanggup?"
Gadis itu mengangguk pelan, terngiang kata-kata yang kakaknya ucapkan tadi pagi.
~~
Pertandingan keempat baru saja dimulai, tak sedikitpun atensi [Y/N] beralih dari layar pemantau dari awal pertandingan pertama. Hingga dilihatnya Shouto yang terkena jebakan Aizawa-sensei, lalu perkataan Aizawa-sensei memaksa [Y/N] menulikan pendengarannya sementara.
"Menaruh perhatian pada seorang gadis memang baik, tapi bukankah lebih baik lagi jika kau lebih sering mengajaknya mengobrol?"
Itu saja.
[Y/N] pamit ke toilet.
Bukan seratus persen salah Aizawa-sensei juga sih, berkata seperti itu. Memang terlihat dari awal bahwa Shouto berniat mengerjakan semuanya seorang diri, --tanpa melibatkan Yaoyorozu-- yang mana tidak baik bagi seorang pahlawan. Dan [Y/N] juga tidak pergi ke toilet untuk menitikan -mengguyurkan- air mata, ia hanya ingin melatih quirk-nya sedikit.
Jika quirk yang dimiliki kakaknya adalah tangan penghancur, maka quirk [Y/N] tidak jauh berbeda. Malah bisa dibilang lebih kuat daripada Tomura, [Y/N] bisa menghancurkan apa saja yang pernah ia lihat tanpa menyentuhnya sama sekali, ditambah regenerasi yang cepat dan juga bisa dipindahkan ke orang lain. Namun belum banyak yang mengetahuinya, hanya beberapa orang seperti kepala sekolah -alasan mengapa ia memanggil [Y/N] dengan nama depan, toh dulu kakaknya pernah mengancam akan melakukan sesuata jika identitas adiknya terbongkar- dan beberapa orang lain.
[Y/N] kembali dari toilet tepat saat pertandingan berakhir, pemandangan yang [Y/N] lihat ialah Yaoyorozu yang sedang menangis -di layar pemantau tentunya- dan Shouto yang bertanya apakah ia sakit. Lalu recovery girl yang membuat perasaannya semakin jengah.
"Walaupun kelakuannya seperti itu, dia tetaplah pria yang lembut."
Haruskah [Y/N] pamit ke toilet lagi?
Ponselnya bergetar tepat saat tim Shouto diumumkan lulus. ID Caller Anikii tertera di layar ponsel [Y/N].
"Suka dengan apa yang kau lihat?" Kata Tomura - menggunakan dialog yang sering dipakai di fanfic lemon dengan adegan si seme membuka celana dalamnya dan memperlihatkan tititnya yang tampak bengkak- disusul suara tawa yang keras.
"Aku tidak keberatan jika harus mendekam di penjara dengan tuduhan membunuh kakak kandungku sendiri." Balas [Y/N] sarkas. Tomura berhenti tertawa, "Sudah kubilang, kau tidak cocok menjadi hero. Meskipun jadi villain-pun tidak cocok sih, dengan segala perasaan cinta-mu itu."
[Y/N] menghela nafas saat diliriknya Yaoyorozu dan Todoroki memasuki ruang pemantau sambil mengobrol. "Serius, terkadang kau harus menyingkirkan urusan cinta dan segala benda-benda gelap semacamnya, hanya sisakan logika dan pendirian yang teguh."
"Tumben kau berkata sesuatu yang benar." [Y/N] terkekeh, "Tomu-kun." Lanjutnya setelah beberapa pasang mata -termasuk Shouto, yang [Y/N] tidak sadari- menatap karena mendengar pembicaraannya.
"Jangan memanggilku seperti itu, menjijikan." Terdengar suara dengusan.
[Y/N] tertawa kecil, "Sudah dulu, giliranku sebentar lagi." [Y/N] tersenyum manis. "Aishiteru wa."
"Gangguro-"
Klik.
Sambungan dimatikan.
"[F/N]?" Recovery Girl memanggil tiba-tiba, [Y/N] menaikkan alis sebagai respon. "Karena Aizawa-sensei punya urusan yang tidak bisa ditinggalkan, giliranmu dipercepat jadi sekarang."
[Y/N] mengangguk, "Oke."
Mengganggu kakaknya menjadi hiburan tersendiri bagi [Y/N], buktinya saja sekarang ia melangkah menuju bangunan tua yang menjadi arena ujiannya dengan percaya diri. Tanpa mengingat kejadian Todoroki dan Yaoyorozu beberapa saat lalu hingga ditengah jalan ada yang menahan tangannya tiba-tiba.
"Hei," Suara berat Shouto terasa sangat dekat di telinga [Y/N]. Gadis itu menengok, meskipun pandangannya melirik kearah lain. "Apa?"
"Kau membenciku atau bagaimana?"
"Hah?"
Todoroki mendengus, "Tatap lawan bicaramu, tidak sopan."
"Maaf," [Y/N] menunduk sebentar, setelah itu matanya bertatapan dengan mata heterokrom Todoroki.
"Aku tahu ini tidak terlalu penting," Todoroki menatap [Y/N] dengan ekspresi datarnya yang biasa. "Tapi—berjuanglah. Aizawa-sensei bukan lawan yang mudah."
[Y/N] mengumpat dalam hati, kenapa laki-laki ini bisa berkata sedemikian rupa ketika tangannya masih menggenggam milikku dengan ekspresi yang datar!?
Gadis itu mengalihkan atensinya, "T-terima kasih." Wajahnya menghangat, tak lama kemudian Todoroki melepaskan genggaman tangannya.
"Kenapa tiba-tiba?" Tanya [Y/N] sebelum Shouto beranjak pergi, "Maksudku—kita tidak pernah berbicara sebelumnya, tapi—"
"Aizawa-sensei menyarankan agar aku lebih sering mengajak gadis yang kusukai berbicara dibandingkan hanya memperhatikannya." Todoroki ikut-ikutan salah tingkah dengan mengalihkan pandangannya. "Tolong jangan anggap aku penguntit karena semua informasi yang kuketahui tentangmu, [F/N]."
[Y/N] mengulum senyum, malu-malu babi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro