Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

exile •| miya(s)

Miya Atsumu tak punya rekam jejak yang bagus kalau berbicara perihal hubungan cinta. Mantan-mantannya rerata akan mengatakan hal yang sama: Atsumu mudah merasa bosan.

Tidak, cowok itu tak belum pernah kedapatan selingkuh, secara langsung. Atsumu masih menghargai status yang melingkari, meskipun kedua matanya seringkali melirik kesana-kemari.

"Gila lo." Osamu menghadang saudara yang lebih tua saat cowok itu baru menutup pintu.

Atsumu mengerutkan dahi, "Kenapa?"

"Kenapa-kenapa." Iris hitam Osamu menatap tajam. "Lo kapan mau berubah? Punya pacar tapi jalan sama cewek lain. Bukan sekali dua kali kejadian kayak gini."

Senyum miring tercetak di mulut Atsumu, "Bukan salah gue [name] nggak suka sama lo."

Nafas Osamu memberat, kedua tangannya turut mengepal kuat-kuat.

"Semua hal itu ada balesannya. Inget."

Dengan mengeluarkan pernyataan berisi peringatan yang terkesan sangat ditekankan, Osamu berjalan melewati saudara kembarnya. Menyenggoh bahu tanda perselisihan baru.

"Ya. Terserah." Atsumu mengedikan bahu, menutup pintu lalu berjalan melewati ruang tamu. 

· • —– ٠ ✤ ٠ —– • ·

ex·ile

/ˈeɡˌzīl,ˈekˌsīl/

noun

the state of being barred from one's native country, typically for political or punitive reasons.

"he knew now that he would die in exile"

· • —– ٠ ✤ ٠ —– • ·


"Hey?"

Suara Suna memecah lamunan [name]. "Eh? Kenapa?"

"Enggak." Kata Suna dengan suara pelan, "'Samu mau kesini katanya, nggak papa?"

Gadis itu mengangguk, "Nggak papa. Masa nggak boleh?"

Suna mengalihkan pandangan, menghela nafas mati-matian menahan rasa malas.

Keduanya berada di sebuah cafe, bersuasana vintage selayaknya style anak remaja yang sedang ramai-ramainya. Terletak di pinggir jalan raya, tak terlalu ramai mengingat hari ini termasuk hari libur akhir tahun. Orang-orang tampaknya punya kesibukan masing-masing, ada yang mempersiapkan festival dan ada juga yang sekedar pulang ke kampung halaman.

"Rin," [name] memanggil teman masa kecilnya. "Aku udahan aja kali ya?"

"Iyalah."

Netra coklat menusuk tajam, tak nyaman, terus-terusan menatap seakan meminta penjelasan.

"Kamu mau denger jawaban kayak gimana emangnya?" Suna memangu dagu, "Semua hal itu bisa dimaafkan. Bisa dilupakan. Bisa dimulai kembali dengan label memperbaiki. Kecuali perselingkuhan."

"Tapi Atsumu nggak selingkuh."

Suna memutar bola mata, kesal dengan perempuan yang tengah mengajaknya berbicara.

[name] masih menyangkal. Tak percaya bahwa laki-laki yang ia cinta bisa melakukan hal sedemikian rupa. Terlebih karena cowok itu tengah sibuk menjalani hari-hari perkuliahan, intensitas pertemuan keduanya menjadi semakin berkurang.

Hari ini adalah satu dari sekian janji yang Atsumu ingkari. Liburan akhir tahun, cowok itu menjanjikan akan menghabiskan waktu bersama dengan sang kekasih. Pertemuan pertama setelah empat bulan tak bertatap mata. Namun semalam setter MSBY itu tetiba membatalkan dengan alasan tak enak badan.

[name] hanya mengiyakan meskipun dalam hati merasa kecewa bukan kepalang. Gadis itu selalu berusaha agar tak menjadi beban, mencoba mengerti  bahwa kekasihnya bukan sembarang orang. Atsumu Miya itu orang yang super sibuk. Apalagi katanya cowok itu mendapat tawaran untuk bermain di Tim Nasional Jepang.

[name] masih ingat betul. Gadis itu merasa sangat senang saat mendengar bagian 'Tim Nasional Jepang'. Netra coklatnya membulat sempurna, sementara Atsumu memasang senyum lebar seraya sesekali tertawa.

"Aku keren kan?" Tanya Atsumu saat itu.

[name] ikutan tersenyum lebar, "Keren!"

Laki-laki itu tertawa lepas, meregangkan tangan tanda meminta pelukan hangat. [name] menghambur dengan cepat, mengucap syukur karena kerja keras sang kekasih akhirnya membuahkan hasil.

"Aku seneng banget, [name]. Cita-cita aku buat ketemu lawan baru akhirnya terkabul." Atsumu bergumam seraya mengeratkan pelukan, "Aku mau liat dunia luar. Nggak cuma jadi pemain terbaik di Jepang, aku pingin ketemu orang-orang baru."

Saat itu. Sepuluh bulan yang lalu.

Lalu kembali pada presensinya saat ini, [name] memikirkan apa yang baru ia lihat tadi. Netra coklatnya tengah melirik dengan sapuan jeli, mencari meja kosong tempat dirinya berniat mendudukan diri.

Di ujung ruangan, ia lihat. Iris coklatnya menatap lekat-lekat. Miya Atsumu tengah bercumbu dengan seorang perempuan baru.

Laki-laki itu menutupi figur si perempuan dengan punggung tegapnya. Menekan badan sama badan dengan tembok sebagai tumpuan. Kedua tangannya memenjarakan, kemudian yang satu bergerak mengusap pipi lawan jenis pelan.

"Aku nggak mau mengulangi kesalahanku di masa lalu." Kata Atsumu saat itu.

[name] menatap datar.

Cowok itu menghela nafas, menggenggam tangan kekasihnya dengan perasaan was-was. "Aku nggak akan berani nyentuh kamu, [name]. Kalau kamu nggak mau aku ngelakuin itu."

"Tapi kata temen-temen, kamu selalu suka kontak fisik sama mantan-mantan kamu yang dulu."

"Iya, makannya aku nggak mau mengulangi kesalahan yang sama. Kamu terlalu berharga buat aku, [name]."

Kata Atsumu. Saat itu. Tujuh bulan yang lalu. Rekata percakapan tercipta, [name] meminta penjelasan kenapa laki-laki itu seakan enggan bersentuhan dengannya di depan umum. Genggaman tangan yang gadis itu coba kaitkan saja Atsumu tepis pelan. Lalu siangnya cowok itu terlihat tertawa seraya merangkul bahu seorang perempuan, katanya sih teman satu universitas.

Ya. Hal ini pernah terjadi sebelumnya.

Suna menghalangi pandangan [name] beberapa saat setelahnya. "Gak usah dilihat."

"Rin!"

"Gak usah dilihat atau labrak sekalian."

[name] menggigit bibir bawahnya pelan. Kemudian menunduk, menghela nafas seraya menggeleng sebagai jawaban.
Telapak besar Suna Rintaro membawa bahu [name] membalik badan, keduanya berjalan pelan menuju meja-meja yang terletak di lantai dua.

Cowok itu kemudian diam-diam mengirim pesan pada si kembar yang satunya, berkata bahwa perempuan teman masa kecilnya sudah pada titik memerlukan pertolongan.

All this time,

i never learned to read your mind |❞

Fr: it's her
Tsumu?

Kita udahan aja ya?

Fr: @sumu
Iya?

Eh?

Kamu kenapa sayang?


Fr: it's her
Enggak papa Tsum :)

Kamu pantes dapet yang lebih dari aku

No hard feelings, ya?

Aku tetep sayang kamu kok <3

Fr: @sumu
Hey :(

Tell me what happened.

Are we good?

Fr: it's her

We are good.

By growing apart.

Osamu mengintip diam-diam dari belakang, dirinya baru saja sampai dan [name] terlihat sibuk dengan ponselnya sendiri. Suna memberikan gestur menunjuk dengan dagu, takut-takut gadis itu tetiba sadar dengan presensi Osamu.

Semuanya terasa seperti cermin; refleksi abadi yang sangat sulit disadari. Atsumu tak pernah mengerti [name], begitu pula dengan gadis itu yang seakan buta arah jika berbicara mengenai perasaan si kembaran.

Padahal kalau dirasa-rasa Osamu selalu ada disana; entah itu rekata bumi tengah diselimuti rutup hujan dan [name] butuh tumpangan untuk mengantarnya ke tempat percetakan, atau ketika bulan tengah naik tahta dan gadis itu terjatuh perasaan buruk ditengah kesendirian. Osamu selalu ada.

Sayangnya, pusat atensi netra coklat selalu saja salah direksi.

[Never learned to read my mind]

[]

Harusnya aku apdet ini tangga 23 ;-; tapi keasyikan ngebadut sama Directioners di Twitter. Amjing itu agensi untung fandom pada baek pada sabar 👎👎

Selamat 10 buat One Direction. Selamat Anniversary buat One Piece. Selamat buka puasa buat ipul 🤣

Anyway, stream Folklore by Taylor Swift.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro